—hari di mana Ketiadaan telah dikosongkan. Ketika Pena-pena menulis menggantikan yang terhapus.
*Sebelum kau muncul, ketahuilah aku sudah membawa seseorang yang telah mati—bahkan lebih dari yang mampu dihitung oleh manusia—untuk hiburan pada sebuah taman rahasia dan tersembunyi. Ke arah di mana cahaya Surga tidak lagi teraih. Pada kekosongan kemudian kenistaan. Tiap-tiap dari kalian akan menemukan masing-masing jalan sesuai dengan baris akhir catatan sekaligus bagaimana itu akan dilaluinya.
Untuk yang membunuh Tuhan di dalam hatinya.
Tiada sambutan.
Ruh yang tertanam pun kian mengalir melingkupi seluruh jalan ini telah mengetahui kalian, seperti seseorang yang mengenal telapak tangannya sendiri.
Kuakui dunia ini memang sudah luar biasa mengerikan. Semakin hari semakin banyak orang berbondong-bondong memenuhi kriteria yang sudah disebutkan. Apa mereka pernah berharap mampu mengubah sesuatu meski pun hanya membuat cacat? Hal yang paling membuatku tergelitik, mereka melakukannya dengan baik, meski itu tergolong tidak sengaja.
Aku makin tergelak ketika itu justru menjadi lepas kendali dengan penuh kesukarelaan terhadap diri mereka—kau melihatnya bak ketergantungan sesuatu setara sex—terlebih tidak peduli seberapa besar konsekuensi yang akan diterima nanti. "Lihatlah betapa besar perbuatan ini dari pikiran dan tangan kami." Terlalu sederhana hingga kita terlihat hidup di atas tanah dan di bawah awan yang sama. Kawan-kawanku tentu bakal lebih berani, lebih leluasa, lebih bebas untuk menentukan nasib terhadap orang-orang berkepala busuk itu.
Semakin mereka tahu, kami semakin gila. Mata untuk mata ....
Lidah.
Kulit.
Dosa.
Tuhan pemilik segala kebaikan dan keburukan.
Maka ketika kamu berbuat keburukan dalam dunia yang didampingi hukum-Nya, telah sah utangmu terhadap-Nya.
Sebanyak ini utangmu, sebanyak itu pula kamu menghindar, sebanyak itu lagi usahamu untuk melupa.
Namun, tahukah kamu? Betapa ingatnya kami dengan hari-hari itu, tindak-tandukmu, dan Tuhan dengan marah membicarakannya terus-menerus kepada kami ... bahkan itu bukan perbuatan kami? Kami berbagi kesedihan ini dalam waktu yang lama.
Lalu, hari ini semua akan dikembalikan.
Masuklah, menderitalah. Aku percaya ketika satu tempat penuh dengan orang asing, laki-laki dan perempuan, dengan kehinaan yang sama lebih cepat akrab dalam keputus-asaan. Jangan berkecil hati karena sebenarnya kamu tidak pernah sendiri. Keburukan dibalas keburukan, si brengsek dengan si brengsek, pemeliharaan terganti dengan pencampakan.
Dari tidak-menentu menjadi kontras.
Tiada alasan.
Habis belas kasih.
Rumah-rumah semu di dalam mimpi dan kegilaan.
"Kira-kira ... adakah jalan untuk kehormatanku yang hilang itu kembali?"
Semua makhluk dibesarkan bersama kehormatan.
Dahulu kita terhormat.
Paling tidak, sebelum kehormatan itu setara dengan dosa, menurutmu.
Jadi, berbanggalah, berbahagialah.
Karena sekarang, kehormatan ini milikmu.
Dan karena Tuhan telah mengabulkan. []
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]The Great Hall For Conseil ✓
Short Story1st of "The Great Hall" oneshot. Conseil; advice/ Novel & Cover illustration © by NevMenevel