Chapter 3 - Gadis Cahaya

26 4 2
                                    

Setelah bekerja keras selama beberapa hari di kedai, Tok Aba menghadiahkan Boboiboy tiket untuk menghadiri sebuah festival.

Boboiboy sempat menolak, namun ia hanya bisa pasrah melihat wajah Tok Abah yang penuh harap. Baiklah, kan Boboiboy juga butuh hiburan.

Dan disini lah ia sekarang, di festival cahaya yang diadakan setiap lima tahun sekali. Kenapa begitu? Boboiboy pun tidak tahu.

Gelapnya malam tidak lagi terasa akibat kilauan yang berasal dari berbagai macam sumber cahaya yang menerangi kawasan festival.

Melihat sekeliling, retina Boboiboy tertuju ke sebuah kedai teh yang terlihat sepi. Ia memutuskan untuk mampir ke kedai tersebut untuk mencari ketenangan dari riuhnya festival tersebut.

Ia memilih untuk menguasai sebuah meja yang menurutnya paling nyaman, di sudut ruangan, dan kursi yang empuk. Sesaat kemudian seorang pelayan datang sambil memberikan menu kepada Boboiboy.

Menelusuri selembar menu yang diberikan, yang ia temukan hanyalah teh. Sejenak Boboiboy melupakan bahwa yang ia kunjungi adalah kedai teh, pantas saja sepi!

"Saya pesan teh melati satu, dengan gula 50%. Terima kasih." Ucap Boboiboy singkat, dengan nada ketus, lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela. Pelayan tersebut tercengang dengan tingkah laku Boboiboy yang terkesan dingin, namun ia tetap profesional dan langsung pergi untuk menyiapkan pesanan.

Duduk sambil menopang dagu, Boboiboy memandang orang-orang yang berlalu lalang dari balik jendela. Tidak jarang terdapat pasangan yang lewat mencuri perhatian Boboiboy.

Emangnya hidup harus ada cinta-cintaan ya? Tidak bisakah kita hidup seperti ini saja tanpa cinta? Bukankah perasaanku kepada Tok Abah dan Ochobot juga termasuk cinta?
Emang, rasanya mencintai seseorang itu bagaimana sih?

TAK!

Lamunan Boboiboy terbuyarkan dengan hadirnya secangkir teh hangat di hadapannya.

"Selamat menikmati." Ujar pelayan yang berusaha tetap ramah dengan senyumannya.

Boboiboy mengangguk dan langsung menyeruput teh tersebut.

Pfftttt----

Matanya membola seketika dan hampir menumpahkan teh yang sedang ia pegang.

"Panassss!!!" Boboiboy mengeluarkan lidahnya yang terbakar akibat teh yang baru saja ia minum.

"Boboiboy! Kamu gapapa??" Pelayan tersebut panik, dan berlari untuk mengambilkan air dingin.

"Terima kasih." Ucap Boboiboy dengan wajah merah karena terlampau malu akibat tingkah cerobohnya. Menerima air dingin,  Boboiboy pun menenggak air tersebut perlahan.

"Tidak masalah, kamu oke, kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan.

Ia berjongkok untuk melihat raut Boboiboy yang menundukkan kepalanya. Boboiboy membalas tatapan pelayan tersebut.

Dengan kedua matanya, Boboiboy menangkap gadis ber-apron merah yang berwajah oval, mata berkornea cokelat, bulu mata yang lentik, serta rambut tergerai yang panjangnya sebahu.

Penampilannya benar-benar membuat Boboiboy terpaku.

"Apakah kamu mengenalku?" Tanya Boboiboy heran.

"Tentu saja aku kenal Boboiboy! Kamu kan superhero!" Ungkap pelayan tersebut dengan sumringah. Boboiboy baru menyadari bahwa pelayan yang daritadi ia perlakukan dengan dingin adalah gadis secantik ini.

"Ah...benar juga..." Boboiboy kembali tersipu malu dengan kata 'superhero'. Hingga sekarang ia belum terbiasa dengan sebutan itu.

"Dan aku sudah beberapa kali bertemu denganmu." Ungkap gadis tersebut yang terlihat sedikit kecewa.

Boboiboy menaikkan sebelah alisnya tanda kebingungan. Beberapa kali bertemu? Apa maksudnya?

"Kita pernah bertemu? Benarkah?" Tanya Boboiboy ragu.

Gadis tersebut mengambil tempat pada kursi tepat di hadapan boboiboy.

"Ya! Aku adalah salah satu pelanggan setia kedai Tok Aba!" Senyuman kembali terpancar dari wajah eloknya.

Lagi-lagi Boboiboy tersihir dengan senyuman gadis tersebut. Rasanya menenangkan sekaligus menyenangkan.

Apakah sebuah senyuman benar-benar memiliki efek samping seperti itu?

Boboiboy berusaha menemukan gadis cantik ini pada lembaran-lembaran memori di otaknya.

"Oh! Kamu si pecinta eskrim cokelat itu ya?!"

Gadis tersebut ikut antusias mendengar perkataan Boboiboy, "Wah, akhirnya kamu mengingatku!"

Gadis tersebut tidak berani mengatakan bahwa sebenarnya mereka sudah beberapa kali berkenalan.

"Perkenalkan, namaku Vionita." Vio menjulurkan tangannya untuk berjabatan dengan pria bertopi oranye di hadapannya.

"Hehe, aku Boboiboy." Mereka pun berjabat tangan.

"Vionita? Rasanya, nama itu tidak asing bagiku." Gumam Boboiboy. Ia merasa familiar dengan nama tersebut.

Vionita yang memiliki indra pendengaran yang tajam dapat mendengar perkataannya.

"Boboiboy, kita pernah bertemu ketika beberapa kali aku membeli eskrim, kamu juga sudah sering melayaniku. Dan...." Ucapan Vionita tertahan.

"Dan?" Tanya Boboiboy penasaran.

Setelah jeda beberapa saat, Vio melanjutkan, "Kita juga sudah berulang kali berkenalan."

Vio tersenyum ketir. Apakah ini yang ia maksud sebagai kutukan?

Gadis tersebut melepaskan apron yang ia kenakan dan langsung berlari keluar dari kedai teh.

Setiap langkah yang diambil Vio diperhatikan lekat-lekat oleh Boboiboy. Hingga keberadaannya tenggelam oleh gemerlap cahaya festival malam itu.

"Vionita... Aku harus mengingat nama itu dari sekarang." Ucap Boboiboy yang langsung mengetik nama gadis tersebut pada 'jam kuasa'nya.

Boboiboy, kamu harus mengingat namanya. Vionita. Perempuan yang senyumnya terang bagaikan cahaya.

##BERSAMBUNG##

Couldn't Falling In Love  [ Boboiboy ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang