Empat

35.9K 5.5K 256
                                    

Ternyata banyak orang
Yang hanya bertambah usia
Namun pikirannya tidak berkembang

-Ardiona Widati-

"Sori gue telat," kata Naisha sambil duduk di depan Diona. Hari ini mereka berdua memang berjanji untuk bertemu, sebenarnya Diona yang mengajak Naisha bertemu, karena ingin menceritakan masalah yang sedang dihadapinya.

"Semringah banget muka lo, sukses sama gebetan baru?" tanya Diona.

Naisha mengangkat bahu. "Nggak tahu deh, sekarang cuma mau menikmati tanpa banyak berharap."

"Yakin?" kata Diona seolah tak percaya. Dia tahu sekali watak Naisha seperti apa.

"Yakin, kok. Pokoknya nggak boleh baperan lagi."

"Bagus deh kalau gitu. Eh pesen makan gih, gue udah," kata Diona, lalu dia memanggil pelayan untuk mencatat pesanan Naisha. Setelah memesan makanan, keduanya mulai menceritakan aktivitas masing-masing selama seminggun ini. "Bokap lo berangkat lagi?" tanya Diona.

"Kapan sih Papa diem di rumah? Ya pasti ke luar kotalah. Paling juga weekend, itu pun masih sibuk ngurus kerjaan," jawab Naisha.

Diona memilih untuk membahas topik lain, masalah seperti ini sensitif, Diona tidak mau membuat obrolan ini menjadi canggung. Keduanya mulai membahas pekerjaan, diselipi dengan sedikit gosip. Ya, namanya perempuan sepertinya memang sudah wataknya suka bergosip. "Gue lihat foto terbaru Prisilia, gila itu anak pede banget," kata Diona teringat dengan selebgram yang paling tidak disukainya itu.

"Haha pose apaan lagi dia?" tanya Naisha penasaran. Diona langsung mengeluarkan ponsel dan menunjukkan foto Prisilia yang di akun Instagram-nya. Naisha tidak bisa menahan tawanya. "Kayak bebek," komentarnya.

"Parah sih ini anak. Pedenya luar biasa."

"Tapi dia hebat lho, tahan aja gitu sama komentar kasar netizen," ucap Naisha.

"Iya sih. Tapi kayaknya sekarang kalau nggak cari sensasi nggak bisa terkenal, Nai. Lihat aja artis yang berprestasi, nggak terlalu dikenal. Beda sama yang sensasinya di mana-mana," ujar Diona.

"Ya, tinggal pilih aja sih sebenernya, Di. Mau dikenal orang dengan cara apa. Kalau gue sih sori aja dikenal karena begonya," ucapnya santai.

Mau tidak mau Diona menyetujui ucapan Naisha. Entah kenapa di negara ini, tontonan yang membuat publik bodoh lebih disukai ketimbang acara berkualitas. "Nai," panggil Diona saat Naisha asik menyerumput camomile tea-nya.

"Sebenernya gue mau cerita."

Naisha menaruh cangkirnya pelan. "Cerita apa?" tanyanya penasaran.

Diona membuka ponselnya, lalu memberikannya pada Naisha. Naisha langsung mengambil ponsel itu dan membaca pesan yang ada di sana. "Astaga! Ini orang udah gila?! Siapa sih ini?" tanya Naisha. Dia kaget sekali melihat pesan-pesan itu, bukan hanya kata-kata yang digunakan si pengirim yang vulgar, tetapi pengirim itu juga mengirimkan foto-foto tidak senonoh kepada Diona.

"Anak bos gue dulu."

"Siapa?" tanya Naisha lagi.

Diona menarik napas panjang dan mulai menceritakan semuanya pada Naisha. "Dulu sebelum di sini gue kan pernah kerja di lembaga konsultan lain. Nah di sana gue ketemulah sama dia, namanya Edo."

"Terus?"

"Ya awalnya biasa aja Nai. Kita kan satu tim, gue sama dia sering keluar bareng ke rumah klien. Lama-lama kita deket, bukan gimana-gimana deketnya. Cuma ya dia sering curhat gitu ke gue, dia cerita kalau dia itu anak dari istri kedua bos gue. Sering ngerasa nggak adil, sebenernya gue udah tahu ini sih, tapi gue pura-pura nggak tahu aja. Nah,terus gue ngerasa dia mulai aneh, kayak suka ngelihatin gue gitu. Puncaknya waktu itu mati lampu, terus gue ngerasa ada yang niup-niup tengkuk gue. Tadinya gue ngerasa perasaan gue aja, tapi pas lampu nyala dia ada di belakang gue, senyum gitu. Dari situ gue mulai nggak nyaman sama dia."

Rahasia DionaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang