Ayah, ini Sabrina.

63 16 7
                                    

Nama aku Sabrina Queenza Azalia, aku adalah anak tunggal dari ibuku. Aku duduk dibangku SMA, umurku 16 tahun dan aku sekarang kelas 2 SMA, aku adalah remaja yang mulai tumbuh dewasa, kedewasaan ku tumbuh ketika aku harus merasakan masa masa sulit, ketika ibu dan ayah ku bercerai. Kini aku tinggal bersama ibu, ayah tiriku, dan dua adik tiriku.

Ibu dan ayahku bercerai ketika aku umur 4 tahun, sudah lama aku tidak berjumpa dan memeluk ayah. Terkadang aku ingin mengatakan bahwa aku sangat mencintai dan menyayangi ayah, tapi sangat sulit, sangat sulit sekali. Aku tak tahu kini ayahku berada di pulau mana, dengan siapa ia disana, sehatkah ia, dan dapatkah aku bertemu walaupun sekali saja dengan ayahku.

Hidup yang aku jalani sangat berat, sudah 12 tahun lamanya ayah kandungku berpisah dengan ibu, hingga saat ini aku belum bertemu kembali dengan ayahku. Aku sudah lupa dengan kasih sayang dari ayah kandungku. Masa kecilku bisa disebut kurang kasih sayang, karena ibuku mempunyai suami baru ketika aku duduk di kelas 1 SMP.

Hari ini adalah hari pertamaku pindah ke sekolah baru, karena ibu memiliki pekerjaan yang baru di kota Bandung. Sekolahku sekarang sangat nyaman dan teman-teman baruku sangat ramah. Itulah SMA Bhineka 17 Bandung, SMA baru yang akan menjadi harapan untuk masa depanku.

Bel listrik pertanda mulainya jam pertama dari ruang guru terdengar nyaring bagaikan riuh teman temanku ketika mendengar informasi jam kosong dan guru tidak memberikan tugas kepada kami.

*teeeeeeet... teeeeeeet... teeeeeeeet. It's time to begin a first class*

Suara yang mungkin sangat menyebalkan bagi murid yang malas belajar.

Jam pertama di kelasku hari ini adalah pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oh ya, aku adalah siswi jurusan Bahasa, kelasku memiliki jumlah siswa dan siswi yang cukup sedikit dari pada kelas MIPA atau IPS yaitu hanya berjumlah 26 siswa,  karena jurusan Bahasa tidak banyak diminati,  siswa-siswi  di dalam kelas ku adalah orang orang yang gemar membaca.

"Anak anak, kenalkan ini adalah teman baru kita, silahkan nak memperkenalkan diri" ucap guru Bahasa dan Sastra Indonesia, ia memberikan aku kesempatan untuk memperkenalkan diri di depan kelas baru ku.

"Hai... namaku Sabrina Queenza Azalia, aku pindahan dari SMA Pancasila Jakarta. Hobiku adalah membaca, kalian bisa panggil aku Ina, Enza, atau apapun itu. Hehehe..."

"Halo Ina..." Ucap serentak teman-teman di kelas baruku.

"Baik anak anak, sekarang kamu bisa duduk disamping Riza" Bu Neni mempersilahkan aku untuk duduk. Begitulah perkenalanku di sekolah baru, Bu Neni adalah guru pertama yang aku temui, beliau mengajar di sekolahku sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia, beliau juga guru bimbingan konseling khusus untuk kelas 11 saja.

Jam pelajaran bu Neni berjalan dengan baik, sastra sudah menjadi bagian dari hidupku, aku memiliki cita-cita untuk menjadi penulis, aku sangat menyukai sastrawan yaitu Chairil Anwar, aku suka sekali terhadap karya yang beliau buat, penuh makna dan sangat menyentuh bagi siapapun yang membacanya.

Ketika bel istirahat berbunyi, aku memaksakan mulutku mengucapkan sepatah kata kepada Riza.

"Ha-ha-hai, aku Sabrina, tadi aku lupa nama kamu siapa, hehe..." Aku sedikit malu untuk menyapa Riza.

"Oh halo, aku Riza" ucap Riza membalas sapaanku.

"Oh ya Riza, hobi mu apa?" tanyaku seputar kepribadian Riza.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Kesempatan untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang