Hilang Layaknya Senja

94 10 8
                                    

Lagi-lagi aku terbangun dari tidurku, tepat pukul 3 pagi. Aku mengambil salah satu buku bacaan yang kubaca sedikit demi sedikit sembari mengumpulkan nyawaku. Aku rasa tanggung jika harus melanjutkan tidurku lagi. Disela-sela membaca, aku teringat seorang laki-laki yang sempat menaikkan ghirah ibadahku. Semakin lama rasa itu kupendam, semakin aku ingin dekat dengannya. Aku pernah membaca suatu kisah seorang pemuda yang hatinya jatuh pada seorang wanita. Indah bila dipandang, menawan saat ia berjalan, begitulah kiranya pemikiran laki-laki itu. Namun, untuk memandangnya saja, pemuda itu tidak sanggup. Kepalanya selalu tertunduk ketika berlewatan dengan wanita. Mereka tak saling mengungkapkan perasaan. Pun tidak menyapa sekedar menanyakan perihal kabar. Hingga mereka dipertemukan kembali, dikursi pelaminan.

"Ah, indahnya cinta jika berlandaskan iman" Bathinku. Akankah kisahku seindah kisah-kisah yang pernah kubaca? semoga saja.

****

Disekolah, seperti biasa, aku selalu ke perpustakaan. Kali ini, aku mencari novel. Apapun itu, aku hanya ingin membacanya. Rak demi rak ku telusuri, kudapati novel
"Aduhai, Cinta" Awalnya ku pikir novel ini bagus, namun ketika membaca bagian belakang buku dan tertulis sang tokoh utama berpacaran, aku pun mengurung niatku untuk mengambilnya. Yah, begitulah aku. Karena diberikan oleh Allah ingatan yang lumayan bagus, aku menjadi sedikit berhati-hati ketika hendak membaca. Aku pun mengembalikan buku itu ditempatnya, sambil melihat-lihat buku yang lain. Saat aku hendak mengulurkan tangan untuk mengambil suatu buku, aku bertemu laki-laki itu. Laki-laki yang bahkan sampai sekarang tak ku ketahui namanya.

"Aku duluan ya" Ucapnya
Tak sempat ku menjawab, dia pergi dan mengambil buku yang berada tepat didepanku, yang tadinya ingin aku ambil. Tanpa bertanya selain berpamitan.

"Kalau ketemu satu kali itu kebetulan. Kalau dua kali berarti takdir kan Zuh?" Tanya Wulan padaku.
"Kapan kamu disitu?" Tanyaku.
"Daritadi kali Zuh". Jawab Wulan
"Yaudah, ayok balik". Ajakku
"Loh? tidak jadi pinjem buku Zuh?"
"Udah terlambat kali". Jawabku sambil berjalan keluar perpustakaan.
"Eleh eleh Zuh ,jodoh itu pasti bertamu kok, tenang saja". Ledek Wulan.

****
Sepulang sekolah, hatiku tergerak untuk pergi ke toko buku. Awalnya, aku ingin mengajak Wulan, namun Wulan tidak bisa pulang terlambat karena harus membantu Ibunya menjaga adiknya. Saat diperjalan, aku tiba-tiba memikirkan teman laki-lakiku itu. Aku tak pernah bertemu dengannya, selain di perpustakaan. Sesampainya aku di Toko Buku, aku melihat-lihat sekeliling. Sebenarnya, ini pertama kalinya aku ke Toko Buku. Karena dahulu, ayahku tidak suka jika sepulang sekolah, aku harus mampir ke suatu tempat dulu dan saat liburan, Toko Buku juga libur. Aku berjalan dengan pelan, melihat dari atas ujung rak yang dipenuhi dengan buku-buku dengan sampul yang sangat indah, semakin kesana, langkah kakiku semakin pelan, sampai mataku tertuju pada satu buku berjudul "Berlayar Ke Syurga". Di sampul bagian depan buku ada satu kalimat yang membuat aku langsung jatuh cinta pada buku itu,
"Langit akan selalu mempertemukan rindu."

****

Hari-hari aku lewati seperti biasa. Bertemu dengan teman-temanku disekolah, dan tentunya membaca buku. Hari ini, dikelasku kedatangan murid baru. Aini Aprilia namanya. Temanku yang ini cukup unik. Dia selalu ingin bertanya dan bertanya, tentang apapun itu. Seperti saat dia bertanya padaku tentang mengapa aku sangat suka membaca, dan ketika aku menjawab karena membaca adalah hobiku, dia akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Aini selalu menorehkan perhatiannya padaku, dan aku selalu mendapatkannya saat dia melihat kearahku.

"Zuhra, kamu mau kemana?" Tanyanya.
"Ke Perpustakaan, kamu mau ikut ?" Tanyaku.
"Boleh, boleh" Balasnya.

Hari ini tujuanku berbeda. Aku pergi ke perpustakaan bukan untuk membaca buku. Aku mencari laki-laki itu, sudah 2 minggu aku tak bertemu dengannya.

Karenamu, Madu Terasa Lebih ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang