00. Prolog

68 11 0
                                    

Kemala melangkahkan kakinya tergesa-gesa disepanjang koridor sekolah. Hari ini adalah hari pertama cewek itu masuk sekolah barunya. Ah, lebih tepatnya hari pertama ia bersekolah secara normal.

Tetapi yang menjadi kesialan Kemala sekarang adalah karena cewek itu terlambat. Terlambat di hari pertamanya masuk sekolah.

Cewek bertubuh mungil itu pun sesekali melirik arloji putih dipergelangan tangan kanannya. Namun, ia kini merasa kebingungan karena tidak tahu dimana letak ruangan kepala sekolah. Sementara itu kegiatan belajar-mengajar telah dimulai mengakibatkan tak ada satu makhluk pun yang berkeliaran.

Bruk....

Seseorang baru saja menabrak Kemala membuat cewek itu sukses jatuh terduduk dilantai. Ia meringis. Bokongnya jadi terasa nyeri sekarang.

"Kalo jalan itu liat-liat!" Suara berat milik seorang cowok terdengar membentak.

Kemala kemudian mendongkak. Didapatinya seorang cowok berseragam yang sama dengannya namun nampak sangat berantakan. Tidak memakai dasi, dan yang ia lihat cowok itu memakai celana jeans abu-abu bukannya celana abu-abu.

Namun nampaknya cowok itu tak mempunyai rasa bersalah sama sekali. Terbukti dengan kakinya yang melangkah pergi tanpa membantu Kemala berdiri. Bahkan sekedar meminta maaf pun tidak.

Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Cewek itu lalu berdiri. "Tunggu!"

"Hey, Tunggu!" Kemala berdecak karena punggung cowok yang perlahan menjauh itu tak kunjung berbalik. Ia beranjak mengejar cowok itu namun kakinya jadi terasa nyeri sekarang.

Tak mau kehabisan akal, Kemala
kemudian melepas sebelah sepatunya, menimang-nimang sebelum akhirnya melempari sepatunya ke arah cowok itu.
Pluk....

Lemparan Kemala berhasil mengenai kepala belakang cowok itu. Membuat si empunya berbalik dan menatap Kemala geram.

"Lo gila?!" Bentak cowok itu.

Baiklah, sepertinya Kemala sudah salah orang. Bisa Kemana lihat jelas cowok itu mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya perlahan memerah, menyatakan emosi yang sudah siap meledak-ledak.

Juga tatapannya......yang setajam elang.
Kemala menunduk. Kakinya serasa lemas. Ia menjadi sangat takut sekarang. Seluruh tubuhnya bahkan mulai bergetar.

Sementara itu, cowok bermata setajam elang itu mulai mendekat. Ditatapnya Kemala yang semakin menundukan kepala ketakutan.

"Jangan buat gue jadi banci karena harus mukulin cewek."




ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang