"Perpisahan"[1]

56 10 5
                                    

               Malam terasa sunyi Bella masih menunggu suaminya pulang. Jarum jam sudah berada diangka 1 dan 12. Jam satu dini hari, dan Bella masih saja menunggu Ryo suaminya itu. Bella Anindito, yang telah meninggalkan hidup mewahnya hanya untuk menikah dengan Ryo Taro seorang buruh pabrik kala itu. Bella terus saja menatap ke arah jam dinding pink dirumahnya itu. Rasa ngantuk mulai menghampiri dirinya. Bella kini merebahkan tubuhnya di sofa.
             Suara pintu diketuk membuat Bella bangun dari ketiduranya.

"Iya mas sebentar ya."

Tak ada jawaban, namun Bella tetap menuju depan dan membuka pintu.

"Mas, mabuk lagi? Udah aku bilangin berapa kali jangan mabuk-mabuk."

"Oke enggak mabuk tapi main wanita boleh ya?"

"Mas, sadar ini aku istrimu."

"Bagiku kamu hanya orang yang suka ngatur-ngatur saja."

"Mas."

              Ryo meninggalkan Bella, dan dan muncul seorang perempuan dari balik pintu. Perempuan itu mengikiti Ryo. Rasanya benar-benar seperti ditusuk-tusuk jarum, itulah yang dirasakan Bella. Ia mencoba sabar, namun kelakuan suaminya sudah melewati batas saat ini. Bella masuk ke dalam kamar clara, ia menangis namun tak bersuara agar Clara tak mendengar suara tangisnya itu

"Kenapa mas, kenapa mas seperti ini kenapa? Kamu berubah, mana janji kamu yang akan terus membuatku tersenyum kini hanya luka yang ku dapat."

              Bella tidur disamaping Clara, ia berharap semua ini hanyalah mimpi saja. Dan saat ia bangun semuanya akan baik-baik saja. Ia berharap Ryo sama seperti Ryo yang ia kenal 5 tahun lalu. Disis lain Ryo dan wanita itu berada dikamar, kamar yang seharusnya ditiduri Bella dan Ryo dan kini Ryo memasukam wanita di dalam kamar itu.

"Mas, kapan kamu ceraikan istrimu?"

"Sebentar lagi sabar ya sayang."

"Iyaa mass."

"Aku sayang sama kamu."

"Aku juga mas."

Wanita itu bernama Jessi, dia masih terlihat muda. Memang Jessi masi kuliah, namun penampilanya sudah seperti tante-tante saja. Jessi memang lebih berisi dari Bella, namun masalah cantik lebih cantik Bella. Mereka tidur satu ranjang, Ryo sangat tega dengan Bella.  Dan ini sangat menjijikan sekali.

        Pagi menyapa, kilauan cahaya masuk melalui cela-cela ventilasi udara. Bella terbangun, dan ia sadar semalam bukanlah mimpi. Clara juga bangun, dari tidurnya. Ia nampak heran karena Bundanya tidur disampingnya. Clara nampak clingak-clinguk. Clara mencari ayahnya, kenapa hanya Bundamya yang ada disampingnya. Dan ayahnya tidak ada.

"Bunda, ayah mana?"

"Belum pulang."

"Aku lapar Bunda."

"Iya ayo kota bikin roti bakar di dapur."

"Siap bunda."

         Bella dan Clara ke dapur, dan di dapue sudah ada Jessi dan Ryo yang nampak romatis masak berdua. Dan hal itu membuat hati bella sangat terluka. Bella masih saja terus menatap Jessi, dan Jessi menatap dengan tatapan tajam. Ryo melihat ke arah Clara, dan Clara menatap ke arah Jessi. Bella manarik nafasnya, untuk menetralisirkan emosinya itu.  Ia tak ingin marah-marah di depan Clara.

"Mas hentikan semua ini, hentikan."

"Iya akan mas hentikan, aku talaq kamu talaq tiga kita cerai."

"Mass, kasihani Clara."

"Clara akan ikut aku."

"Mas." (menangis).

"Bunda? Ayah kenapa ayah marah sama bunda?"

"Kamu jahat mas."

Nampak terlihat jelas jika Jessi sangat senang melihat hal ini. Bella mengendong Clara keluar dari rumah. Tempat yang akan ia tuju adalah rumah orang tuanya. Entah orang tuanya masih mau menerimanya atau tidak. Air mata tak henti-hentinya jatuh dari kelopak mata bella.

TBC
VoteMen sangat membatu

"I Hope"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang