Rumah Ibu[2]

44 8 0
                                    

Bella membawa Clara, sambil menangis. Sungguh memang terlalu sadis apa yang telah diperbuat Ryo padanya. Cinta yang dulu ia kira cinta sejati, namun nyatanya semua itu hanya angan-angan saja. Penghianatan yang menyakitkan untuk Bella. Entah apa yang membuat Ryo berubah seperti ini, mungkin karena kekayaan Jessi atau karena hal lain.

"Bunda, kita akan kemana? kenapa ayah marah-marah sama bunda. Kenapa bunda menangis." Gadis kecil 4 tahun itu terus bertanya kepada sang bunda.

"Kita akan ke rumah nenek sayang, bunda enggak papa dan ayah juga enggak marah sama bunda."

"Lalu siapa tante itu? Kenapa sama ayah?.

Bella tak sanggup menjawab pertanyaan polos dari putrinya itu. Dan hanya sebuah senyuman kecil yang ia perlihatkan. Di dalam taksi Clara terus saja bertanya tentang ayahnya. Dan Bella hanya menjawab ala kadarnya saja. Dan sampailah dirumah sang Ibu. Bella mengetuk pintu rumah dan dibukakan oleh Mbok iem asisten rumah tangga keluarga Bella sejak Bella kecil.

"Ohh Non Bella, apa kabar ini Clara ya? Udah gede."

"Baik kok mbok, Ibu mana?"

"Ada di dalam, masuk dulu non."

Bella dan Clara masuk ke dalam rimah besar milik keluarga Bella. Rumah itu yang ia tinggalo dulu, dan ia tinggalkan demi Bajingan seperti Ryo. Bahkan ia melupakan impianya menjadi seorang disainer hanya untuk menikah dengan Ryo. Andai waktu dapat di putar itulah harapan Bella, namun waktu tak akan bisa di putar dan hanya jarum jam yang bisa kita putar-putar.

"Ehh cucu nenek yang paling cantik datang."

"Nenek, Clara kangen nenek. Kakek mana?"

"Kekek masih di kantor sayang."

"Ibu."

"Kenapa nak?"

Bella memberi isyarat pada mbok iem untuk membawa Clara pergi. Dan Bella kini tinggal bersama sang ibu saja. Sangat terlihat jika Bella sangat sedih. Sang ibu juga terlihat cemas, cemas akan keadaan anaknya. Bella tak berkata dan memeluk sang ibu.

"Kenapa nak? Apa kalian bertengkar?"

"Mas Ryo bu,"

"Iya dia kenapa?"

"Selingkuh."

Bella menangis dipelukan sang ibu, dan ibu bella mencoba sedikit menenangkan anaknya itu.

"Sudah, kamu harus bangkit. Teruskan kuliah disainermu nak. Mungkin dengan belajar kamu akan lupa masalah ini. Meski hanya sedikit."

"Bagaimana dengan Clara?"

"Tenang ibu akan urus Clara sayang."

"Terimakasih bu."

Bella memeluk erat sang ibu, ia senang karena ibunya masih bisa menerimanya. Entah bagaimana dengan ayah Bella, apakah masih mau menerima Bella. Entahlah semua pasti ada jawabanya.

"Entah sekarang hidup ini ilusi atau nyata? Rasanya seperti hidup di udara, ngambang bersama dengan angin. Mengikuti angin yang kadang datang dan kadang menghilang." - Bella

Resiko menikah yaitu antara menua bersama, ajal memisahkan atau mungkin percarain. Semua itu adalah resiko dari menikah, pahit manis itulah hidup. Sama halnya kopi, meski pahit harus dinikmati. Jika tidak suka pahit maka tambahlah gula, jika kebanyakan gula jadi terlalu manis. Yang terlalu manis kadang juga bisa berakhir pahit. Mungkin sama seprti permen karet awalnya manis dan akhirnya tak ada rasanya atau hambar.

Ryo dan Jessi nampak sedang bersantai menonton telvisi. Mereka bak pasangan muda yang sedang mesra-mesraan, bercumbu berdua. Dan seakan duni milik berdua saja. Menikmati film dan bergurau bersama. Meski di balik kelakuan meraka ada hati yang terluka disana.

"Mas, aku kasihan sama Bella. Dia cantik kenapa mas pilih aku?"

"Karena dia tidak seseksi kamu, kamu lebih cantik kok."

"Alasanku karena aku ingin memiliki hartamu saja." batin Ryo

Tbc
Haii Readers salken dari Nay yah.

"I Hope"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang