#2 LastStandingNation
(Sebagian sudah dihapus dan dipindah ke DREAME. Tersedia versi Buku)
Ruby King tidak anggun seperti perempuan kebanyakan. Dia ditakdirkan menjadi seorang perempuan tangguh dan menyukai tantangan. Tak ayal dia memutuskan menjadi...
Suasana sarapan pagi ini terasa sepi. Fred Constantine sebagai pemilik mansion sekaligus kepala keluarga memperhatikan putranya satu-persatu. Setiap paginya hanya ada keheningan. Kalau pun ada suara, pasti sangat berisik. Itu juga berisik karena membahas tubuh perempuan seksi di luar sana. Andai saja anak perempuan satu-satunya bersedia menetap di mansion seperti anaknya yang lain, mungkin dia tidak akan merasa sehampa ini.
"Dad, kudengar Hans berhenti. Benarkah?" tanya Roger sambil memotong pancake bertabur potongan buah beri serta maple syrup di atasnya.
"Jangan pura-pura bertanya. Ini ulahmu, Roger! Beruntung aku sudah menemukan pengganti Hans. Jangan pernah memperlakukan pengawal baru kalian seperti yang Hans dapatkan. Hargai dia!" kecam Fred penuh penegasan.
"Seandainya pengawal yang Dad pekerjakan adalah perempuan, mungkin kejadian sebelumnya tidak akan terjadi," tambah Edward.
"Pengganti Hans memang perempuan. Kalian harus bersikap lebih manis dengannya dan jangan terlalu menyusahkan!" sambung Anna Constantine-istri Fred.
Roger dan Edward saling melempar pandang. Ada senyum aneh yang terukir di wajah mereka.
Landon menggelengkan kepala lalu mulai menanggapi, "Kurasa pilihanmu mengutus seorang perempuan di rumah ini salah, Dad." Kebetulan dia duduk di dekat ayahnya sehingga suaranya dapat tertangkap baik oleh telinga sang ayah. Sementara kedua saudaranya berada di seberang sana.
Fred tersenyum. Dia yakin perempuan yang menjadi pengganti Hans lebih mampu menjaga anak-anaknya. Sekali-kali dia mempekerjakan seorang perempuan untuk menjadi pengawal pribadi. Tentu keputusan itu bukanlah sembarangan karena dari biodata yang dia dapatkan, perempuan itu cukup kompeten dan berdedikasi tinggi dalam bidangnya.
"Kita lihat saja nanti. Kalian semua pasti akan menyukai kehadirannya," ucap Fred. Suaranya terdengar cukup bersemangat sehingga Roger dan Edward yang berada di seberang sana dapat mendengarnya.
"Menyukainya? Kalau dia memiliki bokong seksi seperti Kim Kardashian, maka aku akan menyukainya," sahut Roger yang membuat Fred segera melotot tajam.
"Roger! Berhenti membahas tubuh perempuan! Kau tidak ada habisnya membicarakan hal seperti itu di pagi hari! Kau ingin rekeningmu dibekukan?" omel Anna dengan nada tegas melebihi sang suami.
Roger mencibir, "Mom, membicarakan tubuh bukan berarti aku suka merabanya." Kemudian dia melirik Edward yang terkekeh geli karena kalimatnya.
"Pokoknya kau harus bersikap sopan kepada pengawal baru kita, Roger! Aku tidak mengkhawatirkan semua kakakmu, tapi dirimu yang selalu berulah tidak jelas!" Sekali lagi Anna mengomel.
"Iya, Mom, baiklah," kata Roger akhirnya menurut.
Landon tidak berkomentar, dia memilih menyantap makanannya. Sementara Fred merasa bangga memiliki istri seperti Anna yang terkadang dapat menjadi sosok yang lebih tegas atau lebih tepatnya cukup menyeramkan jika marah.
"Tenang saja, pengawal baru kita pasti bisa mengatasi semua dengan baik. Percayalah padaku, istriku." Fred berbisik kepada sang istri.
Anna membalas ikut berbisik, "Aku yakin akan hal itu. Aku sudah tidak sabar menyambutnya, Sayang."
*****
Sementara itu, di sebuah flat kecil masih di kota yang sama, terlihat seorang perempuan berwajah cantik bermata hijau sedang terduduk di pinggir tempat tidur merapikan barang-barangnya.
"Kau akan bekerja di tempat baru? Dimana?" tanya Willy King-kepada putrinya yang terlihat sedang merapikan pakain ke dalam koper berukuran besar.
"Iya, Dad. Mulai lusa aku pergi ke tempat lain. Keluarga Constantine yang menjadi tempat baruku," jawab Ruby yang masih sibuk dengan kegiatannya.
Willy kembali bertanya, "Constantine? Keluarga Fred Constantine atau Constantine yang lain?"
Ruby menoleh ke belakang, menarik senyum manis saat menatap sang ayah yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Seharusnya sang ayah tahu, keluarga Constantine mana yang bersedia membayar jasa pengawal pribadi dengan harga fantastis.
"Ya, Fred Constantine. Memangnya ada lagi keluarga Constantine yang memiliki kekayaan fantastis-yang kalau mengeluarkan satu undangan pernikahan seharga jutaan dollar?"
Willy menganggukkan kepala seakan mengerti. "Aku tahu. Berhati-hatilah, putriku. Kudengar semua putranya senang berulah. Pastikan kau tidak pusing dan tidak kalah berargumen dari anak-anak orang kaya itu."
Ruby berdiri lalu menghampiri ayahnya. Dia memeluk sang ayah sebentar sebelum akhirnya melepaskan di menit selanjutnya. Sambil menarik senyum manis, Ruby mengacungkan ibu jarinya.
"Tidak akan ada yang bisa membuatku pusing, Dad. Urusan berargumen, mereka tidak akan pernah menang dariku. Dad tenang saja. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan," ucap Ruby yakin.
"Seharusnya aku bisa membuatmu bahagia, Ruby. Bukan membuatmu bekerja terus-menerus demi mencari uang untuk menghidupi keluarga kita," kata Willy merasa bersalah. Suaranya bergetar, begitu pula mata yang berkaca-kaca ketika melihat putrinya.
Ruby mengamit tangan ayahnya lalu menepuk-nepuk punggung tangannya. "Dad, jangan mengatakan hal itu. Aku rela bekerja tanpa henti asal aku bisa membuatmu sembuh. Kau sudah berbuat banyak hal untukku sejak kecil setelah Mom pergi meninggalkan kita berdua. Saatnya aku membahagiakanmu. Apa pun akan aku lakukan untukmu, Dad."
Willy segera memeluk putrinya. Tidak ada kata yang lebih besar selain bersyukur karena dia memiliki putri sebaik Ruby. Kepergian istrinya bukan menjadi keterpurukan karena masih ada Ruby keberkahan terbesarnya.
"Jangan sampai kau terluka karena menjaga semua anak Fred yang menyusahkan itu. Aku takut setelah mendengar rumor mengenai tingkah laku buruk mereka," bisik Willy.
Ruby terkekeh kecil lalu membalas, "Dad, tidak perlu khawatir. Semua akan baik-baik saja. Percaya padaku."
Willy yakin putrinya dapat mengatasi dengan baik. Tapi tetap saja, anak-anak dari Fred Constantine tidak pernah mudah ditebak. Begitu yang Willy dapatkan dari berbagai sumber majalah, maupun media sosial. Sebagai seorang ayah, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putri kecilnya.
*****
Wajib komen dan vote nih >_<
Kalau udah mencapai lebih dari 70 komen dan vote, maka CJ akan lanjutin ke Chapter 1 :p
Cerita ini pasti updatenya rutin, jadi kalau kalian semangat, CJ pun akan semangat hehe
Jadi gimana nih prolognya?
Siap bertempur ketemu cogan-cogan dan calon mertua kalian? XD
Follow IG:
allcjstories
christyoseph
Dapet bonus postcard dari Constantine Corporation<3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.