Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. iYA! Aku naik kelas. Sekarang aku duduk dibangku kelas 3 sekolah menengah atas. Aku berpikir sebelumnya bahwa hari ini adalah hari yang biasa saja, hanya kelas dan teman sebangku yang berbeda dari sebelumnya. Bangun pukul setengah lima pagi untuk membantu ibuku menyiapkan jualannya di toko dan berangkat sekolah pada pukul setengah tujuh pagi. Masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Menggayuh orenjiku, ah orenji, karena ia berwarna orange aku menamainya orenji. Teman setiaku sejak sekolah menengah pertama.
Ah aku lupa kalau hari ini pasti sangat ramai disekolah, karena hari masuk pertama bagi siswa baru. Aku berpikir biasa saja seperti sebelumnya, para adik-adik kelas yang berbaris rapi dilapangan dan menuruti perintah kakak-kakak osis. Melihat mereka mengingatkanku akan masa orientasiku dulu. Kalau diingat, sedikit lucu juga. Hehehe...
Masih seperti biasanya juga, aku mengikuti kelas matematika yang tak pernah gagal membuatku sekejap memejamkan mata dikelas dan makan siang dikantin bersama teman-temanku. Tak lupa aku memesan ramen dan yang ditemani sebotol air mineral yang telah disiapkan oleh ibuku. Bagiku itu adalah sebuah makan siang yang sempurna. Ramenku masih belum habis namun bel masuk telah berbunnyi, "sayang dong ramennya, nanti nangis gimana, bodoh ah aku mau makan dulu." Sampai akhirnya ketika kantin mulai sepi, aku melihat seorang anak yang masih memakai seragam sekolah menengah pertamanya terlihat kebingungan, "sepertinya anak baru."
Karena aku sudah menghabiskan ramenku, aku mencoba menghampirinya, "halo, kamu anak baru ya? Kenapa dek kok kelihatan kebingungan?" sapaku padanya.
"ah... iya halo kak, iya aku anak baru, tadi aku ketinggalan rombongan kelompokku kak, tadi aku habis dari toilet, eh pas keluar mereka sudah tidak ada."
"kamu mau kemana?"
"tadi disuruh berkumpul diruang vocal, tapi aku masih belum hafal denah sekolah ini."
"ooo begitu, mari aku antar."
"wah terima kasih kak!" jawabnya sambil membungkuk sempurna 90 derajat.
Sepanjang perjalanan keruang vocal kami tidak melakukan interaksi. Dia yang sibuk dengan dunia kecemasannya. Kemudian aku mencoba untuk mencairkan suasana.
"Hyunjin. Hwang Hyunjin." Kataku.
Tak ada respon, seketika dia berhenti dan menoleh kepadaku. Aku bisa melihat jelas mata rubahnya itu memiliki pupil yang berwarna cokelat. Ia masih terdiam membisu menatapku. 'ini anak kenapa?' batinku. Yang terlihat kini, dia sedang mengetip-ngetipkan matanya sambil menatapku, kemudian tersenyum manis hingga menunjukkan dimple di pipi kiri dan kanannya, tak lupa kawat gigi dengan bantalan warna putih yang menghiasi giginya. 'aneh, tapi manis.' Dia masih belum menyebutkan namanya, 'apa dia tak paham maksudku tadi mengucapkan namaku ya?' dan pada akhirnya kita telah sampai diruang vocal.
"Terima kasih kak Hyunjin!" aku hanya tersenyum.
Tiba-tiba dia mendekat dan membisikkan sesuatu ditelingaku "Jeongin. Yang Jeongin." Aku bisa melihat pipinya yang merona ketika berlari menuju ruang vocal.
Namanya terus berputar diotakku, Yang Jeongin, Yang Jeongin, Yang Jeongin. Sepertinya aku tak asing dengan nama itu. Namun aku masih belum bisa mengingatnya.
Yang Jeongin, Yang Jeongin, Yang Jeongin................
Ah entahlah aku masih belum bisa mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Whole World [Hyunjeong/Hyunin]
Fiksi PenggemarNamanya terus berputar diotakku, Yang Jeongin, Yang Jeongin, Yang Jeongin.....