Reydan

13 1 0
                                    

Cowo dengan rambut bersurai hitam pekat itu sedang menatap lurus kearah Alfina dengan tatapan lembut, sepanjang hari Reydan, ia selalu disinari dengan senyum Alfina yang terus mengembang diwajahnya.

Bagi Reydan, tidak ada hal yang lebih indah dari senyum seorang Alfina, senyumannya itu tentu tidak akan pernah gagal membuat hati para murid cowo di sekolah SMA Merdeka meleleh, bahkan hanya dengan tatapan seorang Alfina semua cowo langsung terpikat padanya, termasuk Reydan.

"ALFINAAA! Bantuin gueeee dong...." Reydan mulai beranjak mendekati Alfina yang sedang sibuk mengerjakan beberapa soal kimia di mejanya.

"Bantuiin apaan?"Alfina menatap Reydan sekilas dan kembali melanjutkan soal kimia yang masih belum terjawab.

"Ini loh... gue ga bisa" kata laki laki itu sambil menunjuk bukunya yang masih kosong, sebenarnya dibalik semua itu, alasan utama Reydan menanyakan soal kimia bukan hanya untuk meminta jawaban, melainkan hanya untuk modus kepada Alfina.

"Hmm..tanya yang lain dulu deh, gue juga kurang ngerti soal yang itu" jawab Alfina sambil tersenyum manis.

Lagi-lagi senyum Alfina itu hanya bisa membuat Reydan terbungkam kagum, ia kembali menatap Alfina dengan tatapan halus.

"Kenapa lo, Rey?" Tanya Alfina yang mulai merasa risih dengan tatapan Reydan.

"Gapapa" jawab Reydan singkat, lalu ia membuang wajahnya cepat.

"Bentar ya, gue nanya Firana dulu" Alfina menyenggol lengan teman sebelahnya dengan pelan.

"Napa?" Firana menoleh kearah gadis di sebelahnya yang tadi menyenggol lengan cewek itu.

"Lo bisa jawab soal yang ini ga, Na ?" Alfina menyodorkan buku catatannya ke tangan Firana.

"Bisa, nih nyalin aja gih!" Tepat seperti dugaan Alfina, teman sebangkunya itu tentu saja bisa mengerjakan soal kimia yang satu ini , bahkan soal kimia sesulit apapun pasti bisa terjawab dengannya.

"Makasih, Baik deh!!" reflek Alfina memeluk lengan sahabatnya.

Krekk....

Semua perhatian anak kelas XII IPA 1 tertuju pada gadis yang baru saja membuka pintu kelas dengan lengan kirinya yang dibalut perban.

Keira, salah satu anak yang dianggap freak di kelas karena tingkahnya yang selalu introvert dan pemalu, ia selalu datang terlambat ke sekolah, ditemani dengan luka yang selalu berpindah tempat alias luka baru, banyak yang mengatakan luka itu disebabkan karena ia ceroboh, tetapi ada juga yang mengatakan kalau ia suka menyakiti diri sendiri, banyak sekali gosip-gosip buruk mengenai dirinya.

"Keira, kau telat lagi, dimana lukamu berada kali ini ?" Sindir Pak Adi selaku guru kimia yang sudah terbiasa dengan keterlambatan Keira , hal itu malah membuat seisi kelas tertawa kecil.

"Maaf pak atas keterlambatan saya, tadi saya jatuh dari tangga" jawabnya singkat tanpa mempedulikan suara tertawa kelas XII IPA 1 yang semakin keras dan langsung berjalan cepat menuju mejanya yang terletak di pojok belakang ruangan.

"Sudah sudah , lanjutkan tugas dari saya" Pak Adi kembali menenangkan keadaan kelas agar tidak terlalu ribut.

"Si Keira kenapa lagi tuh? " bisik Reydan pada Alfina sambil mendekatkan tubuhnya sedikit condong kearah Alfina.

"Mana gue tau!" sahut Alfina tak peduli.
Jika diperhatikan lebih dekat, sebenarnya keadaan Keira sangat kacau, dimulai dari matanya yang sembab, mungkin karena ia habis menangis ?, lalu rambutnya yang dikuncir asal, dan dilengkapi dengan seragam sekolah yang compang-camping.

"Keira, lo kenapa lagi ?" Kali ini yang berbisik adalah teman sebangku Keira , Anita.

"Gue gapapa kok, Ta" keira menjawab hanya dengan senyuman tipis.

"Lo ga bisa bohong Kei, semuanya udah keliatan dari penampilan lo itu" nada Anita sangat terlihat jelas bahwa ia khawatir dengan kondisi teman sebangkunya.

"Seriusan, Ta, gue gapapa" ucap Keira yang mulai mengeluarkan buku kimia di atas mejanya.

"Kalo ada apa apa ngomong sama gue ya, Kei."
Jujur saja, Anita selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya, sudah berapa kali Keira datang terlambat dengan luka yang tak jelas alasannya, ia tahu, Keira bukan orang yang ceroboh maupun suka menyakiti diri sendiri . Semua itu hanya bullshit alias omong kosong, pasti ada sesuatu yang tidak beres, hanya saja keira selalu menutup diri untuk menceritakannya apa yang terjadi padanya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Insist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang