02

9 0 0
                                    

Malam itu seorang gadis  baru pulang dari tempat Les, Biru berjalan diantara genangan air yang diakibatkan hujan tadi sore. Biru dengan headseat  yang terpasang dikedua telinganya asik berjalan ditengah - tengah keramaian kota. Biru benci dengan yang namanya keramainya, untuk apa jika pada akhirnya dia tetap merasa sendirian.

Biru asik berjalan diantara keramaian dengan musik yang mengalun ditelinganya. Gadis itu menatap setiap kerumunan dengan wajah datar, tidak ada sedikitpun binar yang menunjukkan minat dimata Biru.

Tidak butuh terlalu lama untuk Biru sampai dirumahnya. Sekarang dia sudah sampai didepan pagar hitam, mendorongnya, lalu masuk kedalam rumah minimalisnya. Biru bersalaman dengan sepasang manusia yang tengah asik berbincang diruang keluarga, yang tidak lain adalah mama dan juga papa nya sendiri.

" udah pulang les nya, sayang. " ucap seorang wanita dengan senyum hangatnya, mama.

Biru meraih tangan mamanya, lantas menciumnya. Begitupun kepada papanya.
Tidak banyak perbincangan yang terjadi, Biru langsung pergi ke kamarnya. Biru meletakkan ponsel dan juga earpon dimeja belajarnya, menyimpan tas nya di kursi meja belajar, lantas langsung pergi kearah balkon kamarnya.

Biru mengernyitkan dahinya ketika melihat mobil kap terparkir didepan rumah kosong itu, rumahnya saling berhadapan dengan rumah Biru. Mungkin saking asiknya tadi, Biru tidak menyadari jika mobil itu terpakir disana sejak tadi. Tapi untuk apa mobil itu terparkir disana, bukankah pemiliknya baru saja pindah minggu lalu karena urusan pekerjaan?? Tapi sayang nya biru tidak tertarik untuk mengetahui semuanya. bukan urusannya likirnya.

Biru kembali melangkahkan kaki nya untuk masuk kekamar, kali ini dia berniat untuk membersihkan badannya setelah seharian beraktivitas. Biru dengan piama birunya kembali melangkah ke arah balkon kamarnya, balkon kamar memang tempat favorit untuk Biru. Dimana dia merasa tenang setiap kali berada ditempat ini. Balkon kamarnya, sudah disusun sedemikian rapi dan nyaman oleh papanya mengingat papa nya adalah seorang arsitek ternama dikotanya.

Biru duduk di sofa yang memang sudah ditempatkan disana. Kali ini biru sibuk memandangi Langit, yang entah kenapa terlihat begitu menawan dari hari - hari biasanya. Walaupun tetap sama hitam yang berkuasa sekarang.

Namun padangannya tergantikan ketika melihat seorang pria dibawah sana, tidak terlihat jelas karena topi hoodie itu menutupi wajah sang pemiliknya. Pria itu terlihat mengangkat sebuah kardus, mungkin kuli gotong. Lalu tatapan Biru kembali tertuju pada langit yang gelap, terlihat asik menatapnya, sampai suara di bawah sana sedikit mengganggunya. Seorang ibu - ibu menghampiri pria berhoodie itu, yang jika Biru tidak salah lihat terlihat marah kepada pria dihadapannya. Namun lagi - lagi Biru tidak tertarik untuk melihat perdebatan dibawah sana. Bukan urusannya.

Malam itu berlalu begitu cepat, langit yang tadinya hitam sekarang mulai terang ketika mendapat asupan sinar dari sang surya. Pagi ini Biru sudah siap dengan seragamnya, di tambah jaket yang dia kenakan. Biru duduk di meja makan, menunggu hidangan yang sedang disiapkan oleh koki terhebat dihidupnya, mama.

" sarapannya siap. " ucap mama, dengan celemek pinknya. Biru terlihat sudah tidak sabar ditempat duduknya. Mamanya menaruh beberapa sendok nasi goreng di piring Biru.

Papa nya baru saja menuruni anak tangga dengan dasi nya yang belum terpasang, dan dengan sigap mama nya langsung memasangkan dasi pada suaminya. Lihatlah betapa sigap mama nya itu, Biru merasa paling beruntung karena telah dilahirkan dikeluaraga ini menyaksikan dan merasakan setiap kehangatan yang ada dalam keluarga. Setidaknya dia merasakan kehangatan ketika bersama keluarganya.

Papanya langsung mengambil kursi disamping Biru, dengan Nasi goreng dihadapannya. Mereka bertiga serempak makan bersama pagi itu, dan selalu seperti itu.

Pesona LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang