Tanpa judul bagian 1

10 1 0
                                    

Disclaimer :

Shigatsu wa Kimi no Uso © Naoki Arakawa

Sawabe Tsubaki & Arima Kousei

OOC, Typos.

.

.

.

Satu Hari bersama Tsubaki

.

.

.

Ia tidak berniat menyapa waktu ketika hasil yang sudah ia temukan tidak relevan dengan yang ada di kolom jawaban.

Lampu duduk yang sudah agak usang, bersanding dengan frame foto berwarna terang, menjadi saksi ketika berkali gadis berambut coklat itu merengut frustasi.

"Jika aku tambahkan terlebih dahulu baru aku kali dengan bilangan lain, mungkin hasilnya akan kutemukan."

Ia berbicara pada dirinya sendiri.

"Tapi, dalam peraturannya harus dikali lalu..."

Masih pada dirinya sendiri, ia ingat-ingat lagi teori.

"NANI WO SHITE?!"

Berkali, namun itu malah membuatnya semakin frustasi.

Ia kembali tenggelamkan diri dalam buku tpebal penuh teori rinci yang memaksanya agar berpikir kritis.

"Sst Tsubaki."

Ia lupa tidak menutup jendela.

"Oi Tsubaki."

Kesalahan lain di hari ini.

"Tsuba-"

"URUSE BAKA KOUSEI!"

Orang itu datang, sebenarnya perkataan Tsubaki tidaklah selalu bersungguh-sungguh kasar. Hanya saja, orang tepat hadir di waktu yang akurat untuk melayangkan amarah, pada sosok berkacamata yang tidak tahu apa-apa.

"Kurasa untuk besok tidak ada PR yang harus dikerjakan. Ini 'kan musim panas."

Sosok itu memangku dagu sambil berujar. Menatap ke bawah, memainkan tanaman tinggi yang tumbuh menjalar. Kamar mereka berhadapan.

Tsubaki berdiri, undangan pemuda itu tidak bisa ia toleransi lagi.

"Aku bukan tipikal orang yang akan belajar ketika ada PR saja. Tidak seperti kau yang hanya berlatih saat akan ada kompetisi."

Kousei termenung. Ia menatap muka Tsubaki yang menyeringai puas. Lalu kembali pada rumput hijau kering di musim panas.

"Souka..."

Tsubaki tahu, ucapannya mungkin bisa melukai pemuda itu.

"Nee..." Tsubaki berujar, Kousei menatap wajahnya lagi, "Jadi apa yang akan kau katakan. Kau membuang tiga menit berhargaku." Lanjutnya sambil pura-pura melihat jam di tangan. Padahal eksistensi benda pengukur waktu itu tidak benar-benar tersemat di sana.

"Mengenai itu..."

Pemuda itu berdiri dengan benar kali ini, mengubah posisi. Setelah sebelumnya mengambil sesuatu dari meja kayu di bawah jendela yang tidak terlihat dari posisi Tsubaki. Namun gadis itu terlalu hafal dengan letak setiap benda dalam rumah yang jadi sahabat masa kecilnya.

"Aku sudah menuliskan agenda untuk besok."

Kousei mengacungkan sebuah buku catatan bersampul biru dongker. Satu warna dengan kacamatanya yang Tsubaki rasa.

"Lalu?"

Dengan pandangan yang tidak menaruh minat sama sekali, Tsubaki menyilangkan kedua tangannya.

"Aku namakan ini, Satu hari bersama Tsubaki."

Lazuardi pekat.

Tsubaki menengadah, lantas segera ia sadari, bintang tidak mengambil bagian kali ini. Aneh sekali, padahal ini musim panas yang sangat panas.

Dari kejauhan, ia mendengar nyanyian jangkrik yang mirip seperti koor paduan suara. Oh ayolah ia membenci musik.

"Kau mau 'kan?"

Hei, kenapa jarak antar jendela kamar mereka serasa makin dekat saja? Dunia menua atau ia yang telah beranjak dewasa? Sudah berapa lama waktu terlewat sejak ia suka terjun bebas dari sebuah jembatan keberanian?

"Oi Tsubaki?"

Tsubaki kembali menyimpan fokus pada pemuda itu, memangnya bagaimana caranya menolak?

"Mengapa kau menangis?"

"Are?"

.

.

.

END

.

.

Nani wo shite : apa yang dilakukan

Uruse baka Kousei : berisik Kousei bodoh

Souka : Begitukah?

Nee : Hei

Are : Saya tidak tahu kata yang pas untuk ujaran ini, lebih mirip seperti, "Hah?" dalam bahasa Indonesia.

.

A/N : Saya persembahkan untuk OTP saya tercinta dan juga para reader yang menaiki kapal yang sama.

Sebuiah drabble yang pernah dipublikasikan pada tanggal 20 Juli 2016 di Fanfiction.net. 

Tsubaki yang meneteskan air mata dengan ungkapan 'Are' di pantai pada episode 14 benar-benar membuat saya tersayat. Adegan akhir cerita terinspirasi dari scene di episode tersebut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Satu Hari bersama TsubakiWhere stories live. Discover now