Hembusan nafas memenuhi ruangan kosong berdinding putih tersebut. Suara percikan hujan bak pelengkap suasana ruangan yang kian menggelap.
Tetes demi tetes air mata membasahi selimut putih kusut yang terlihat telah beratus-ratus kali diremas oleh empunya. Isak tangis pilu penyayat hati keluar dari bibir plum seorang perempuan berbaju putih yang berusaha menyakiti dirinya sendiri. Kim Chaewon, tertulis pada gelang pasien di tangan kanan perempuan manis itu. Tangannya mengusak kencang rambut merahnya yang kian berantakan. Mungkin sudah tak terhitung berapa banyak pukulan ia berikan pada kedua kakinya yang kaku itu, mungkin karena saking banyaknya pukulan yang ia berikan?
Iris matanya beralih menghadap kaca berembun yang menghadap ke arah selatan.'Apakah langit tengah mengejekku?' pikirnya. Diraihnya tongkat besi yang terletak persis disebelah kanan kasurnya. Dengan susah payah ia meraih tongkat itu dan berusaha membuka kenop jendela. Dinginnya angin menerpa wajah putih pucatnya, Diliriknya permukaan tanah yang jaraknya berkisar 11 meter dari letak dirinya saat ini.
Tangan mungilnya mencoba meraih kursi kecil yang terletak tak jauh darinya, dinaiki kursi itu dengan perlahan. Pandangannya perlahan berubah, bayangan eomma-nya merentangkan tangan sebari tersenyum muncul di atas permukaan tanah yang basah karena air hujan itu. Dengan perlahan ia mengeluarkan kaki kakunya itu, disusul dengan dilemparnya tongkat menjauhi dirinya.
"Kim Chaewon! apa yang kau lakukan?" teriak perempuan bertubuh mungil berlari menuju jendela dan meraih badan perempuan tadi. Ditariknya badan Chaewon menjauh dari jendela.
Didekapnya badan Chaewon dengan erat, sang pemilik badan hanya terdiam sembari menahan air mata yang kian mendesak untuk keluar lagi. Baju putihnya basah karena air mata dari orang yang mendekapnya.
Setelah suasana kian menenang, Yuri melonggarkan pelukannya dan menatap wajah Chaewon yang tak berekspresi.
"Kenapa kau mencoba mencegahku bertemu eomma-ku?", tanya Chaewon dengan pandangan yang masih menatap lurus kedepan.
"Jangan bertindak bodoh seperti tadi, eomma-mu masih berada di Jepang mengurus perusahaan bodohnya.", ucap Yuri.
"Bahkan tak ada-"
"Jangan berucap yang aneh-aneh, aku disini peduli denganmu. Tak usah pikirkan mereka yang bahkan tak memikirkanmu.", sela Yuri.
Senyum Chaewon perlahan berkembang, betapa ia menyukai cara sahabatnya menenangkan dirinya. Yuri memang pribadi yang keras namun sebenarnya ia berhati lembut. Dibantunya Chaewon untuk berdiri menggunakan tongkatnya perlahan.
"Hari ini kamu dibolehkan pulang. Masalah kursi roda udah aku selesaikan, mungkin sekarang udah sampai dirumahmu. Kakakmu mengawasimu 24/7 jam, jangan berani-beraninya melakukan tindakan bodoh seperti tadi", ujar Yuri panjang sambil memasukan beberapa file rumah sakit kedalam totebag merah.
"Mobilmu udah sampai, aku hanya mengantarmu sampai lobby karena aku harus mendatangi Hwang-sialan-Hyunjin untuk mengurus olimpiade fisika Sabtu ini.", lanjut Yuri membuka pintu. Chaewon berjalan dengan kedua tongkatnya menuju lift Rumah Sakit disusul oleh Yuri.
🌈🌈🌈
Mobil Tucson hitam terparkir sempurna didalam garasi rumah bergaya modern yang cukup luas. Sang pengendara turun untuk membukakan pintu penumpangnya, dituntunnya pergi menduduki kursi roda yang telah tersedia diruang tamu.
Chaewon mengarahkan kursi rodanya memasuki kamar barunya yang terletak dilantai pertama. Dulu kamarnya berada dilantai dua, karena kondisi fisiknya terpaksa ia pindah ke kamar kosong bekas ruang pakaian dilantai satu.
Letak barang-barangnya sama persis dengan kamar lamanya, kecuali cermin tua yang terletak berhadapan dengan kasurnya yang membuat dirinya penasaran. Rasa penasaran itu menuntun Chaewon mendekati dan perlahan mengelus permukaan cermin. Tidak ada yang aneh hanya sebuah cermin tua dengan frame kayu coklat berukir, pikirnya.
Chaewon mendekati kasurnya, perlahan ia dudukan badannya di kasur berkaki miliknya. Dibukanya file pada totebag yang Yuri berikan tadi. File yang bertuliskan 'Sangat Rahasia' pun ia buka.
Isakan tangisan kembali terdengar dari bibir Chaewon. Mutiple Sclerosis, terpampang jelas dikolom diagnosa dokter. Air mata yang entah berapa banyak ia tumpahkan, keluar lagi membasahi kertas yang ia pegang. Yang dipikirkan Chaewon sekarang hanya bagaimana dunia memperlakukannya dengan tidak adil.
Setelah tangisan sesengukan yang terdengar kini mereda, mata Chaewon mulai terasa berat. Mungkin karena terlalu banyak menangis? Chaewon berbaring menghadap cermin tua dihadapan kasurnya. Perlahan Chaewon pun jatuh terlelap.
🌈🌈🌈
Tukk Tukk
Suara ketukan mengusik ketenangan tidur Chaewon. Ia mengucek mata bengkaknya yang terlihat sembab karena terlalu banyak menangis.
Tukk Tukk
Suara ketukan yang sama terdengar kembali. Ia pikir hanya imajinasinya saja. Chaewon yang masih dalam keadaan belum sadar sepenuhnya, bangun dari tidurnya dan duduk dipinggiran kasur. Ia menguap dan mulai mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar.
Chaewon hampir saja lompat dari kasurnya setelah ia menemukan pantulan bayangan laki-laki berambut merah pada cermin tua dihadapannya. Laki-laki itu melambaikan tangan seakan mengajaknya untuk mendekat.
Dengan gemetar Chaewon menarik kursi rodanya dan memposisikan badannya pada kursi roda itu. Didorongnya kursi roda tersebut mendekat ke cermin tua. Pantulan laki-laki berambut merah kian terlihat jelas. Wajah putih ber-freckless dipadukan bibir plum memberi kesan manis kepada Laki-laki itu.
"Ka-mu sia-pa?", suara Chaewon yang bergetar memulai percakapan.
"Halo! Aku Lee Yong- Felix penyihir yang siap mengubah hidupmu, Chaewon-ah", hormatnya sambil tersenyum.
'Ah sial, senyumnya mirip sekali denganku'
.
.
.next/end?
.
.
.haiii
ini ff pertama aku yang berani aku publish sepanjang aku hidup 😭 maaf kalo ceritanya aneh huhu semoga kalian suka!! beri aku komentar juga ding kaka kaka biar kedepannya gak mengulangi kesalahan yang samaMutiple Sclerosis itu penyakit saraf yang bikin pengidapnya punya gangguan koordinasi, semacam kelumpuhan gitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
mirror ; felix chaewon
Fanfiction- When two opposites happen at once who will deserve a better life?