007

821 60 5
                                    

TYPO EVERYWHERE!

"jadi, ada apa dengan dirimu dan lumba-lumba itu?"

"Aku dan dirinya..."

Haechan menatap kedalam manik mata adik laki-lakinya, menunggu lanjutan perkataan dari Jisung,

"Tidak ada apa-apa kok"

Rasanya penantian Haechan selama beberapa detik yang lalu sia-sia, ia kira ia dapat meluluhkan pertahanan Jisung yang masih kokoh tidak mau bercerita kepada dirinya mengenai Chenle, namun ternyta semua gagal. Haechan tidak mendapatkan apapun.

"Jisung ah, Hyung mohon terbukalah kepada Hyung, jangan menyimpan semua itu sendiri Jisung ah" Haechan mengusap surai Jisung sembari menatap kedalam manik mata adiknya, berharap itu akan meruntuhkan pertahanan adiknya lagi, namun lagi dan lagi itu semua gagal.

Jisung hanya mengngguk mendengar perkataan hyungnya, ia masih tidak dapat menceritakan hal itu kepada Hyungnya, ia masih merasa hal itu tabu untuk diceritakan kepada orang lain.

Haechan menurunkan tangannya dari atas kepala Jisung, kedua tangannya ia lipat di depan dadanya, Haechan menatap keluar jendela, melihat indahnya malam pada hari ini.

Jisungpun mengikuti Hyungnya, ia ikut melihat betapa indahnya malam pada hari ini, terlihat sangat tenang dan damai, berbeda dengan keadaan hatinya saat ini.

Haechan menghela nafasnya perlahan.

"Jisung ah kau tahu? Terkadang Hyung merindukan masa disaat Hyung masih kecil, disaat Hyung masih setinggi pinggang mommy, Hyung sangat merindukan itu, kau tahu apa penyebabnya?"

Jisung mengalihkan perhatiannya, ia kembali menatap wajah manis Hyungnya dengan alis mengerut menunggu kelanjutan dari perkataan Hyungnya.

"Hyung rindu masa-masa itu, karena pada saat itu Hyung selalu bersenang-senang, Hyung masih dapat seenaknya melakukan sesuatu, Hyung masih memiliki jangka pikiran pendek yang hanya mementingkan kesenangan pribadi tanpa ada rasa takut dicemooh, atau pun rasa tertekan, semua begitu mudah dulu, penuh dengan kebebasan dan kenyamanan, namun seiring bertambahnya umur semua itu berubah, Hyung mulai mendapatkan masalah yang membuat Hyung depresi sehingga rasanya Hyung ingin menghilang dari dunia ini, Hyung selalu memendam semua masalah itu karena Hyung tidak mau membebani orang-orang disekitar Hyung, namun ternyata semakin Hyung memendam masalah itu, semakin banyak pula Hyung tersakiti dan tertekan, sampai akhirnya Hyung menyadari bahwa seharusnya beban-beban tersebut tidaklah Hyung pendam sendiri, karena jika terus-terus kita pendam maslah itu akan berubah menjadi benang tipis yang terikat-ikat oleh dirinya sendiri, semakin terikat semakin menyakitkan, persis seperti masalah, semakin kita pendam semakin jadi pula ia menyakiti, sejak saat Hyung menyadarinya, Hyung selalu bercerita dan meminta saran dari teman-teman Hyung, dan ternyata benar, disaat hyung menceritakannya, hyung mendapatkan jalan keluar dari masalah itu, maka, jika memang kau sudah tidak dapat memendam masalah itu lagi, ceritakanlah kepada Hyung, Hyung akan membantumu mencari jalan keluarnya, ingatlah itu Jisung ah, Hyung menyayangimu, tidurlah besok kau sekolah, Hyung keluar dulu" Haechan berjalan melewati Jisung yang masih terduduk di pinggir ranjangnya dan menatap kosong pada jendela kamarnya, Haechan pun keluar dari kamar adiknya dengan harapan esok hari adiknya akan menceritakan masalahnya kepada dirinya.

Pintu kamar Jisung tertutup dengan pelan meninggalkan Jisung yang masih terdiam dan merenungi perkataan Hyung nya dengan suatu pertanyaan yang terbesit di pikirannya

'Haruskah aku menceritakannya?'

.

.
TBC
.
.
Hai:")
Maaf bgt ya chapter ini singkat banget, otak aku ngestuck gitu ngerjainnya:(
Maaf banget mungkin chapter depan bakalan dipublish beberapa minggu lagi karena aku kena writers block:( smoga msi pda mau nunggu yaa:)


HURT - norenWhere stories live. Discover now