Part 8

6.9K 287 0
                                    

Tatapannya membuat perasaan gadis itu tidak tenang, karena setiap bertemu dengan mata milik Theo jantungnya berdetak cepat. Ternyata tak semudah itu untuk menghentikan perasaannya.

Dia membuatkan bubur untuk Theo makan sebelum minum obat. Ia tak peduli jika dia menolaknya nanti, terpenting dia sudah berusaha agar merawat suaminya yang tengah sakit itu.

Melihat Theo yang sedang memainkan laptopnya di atas kasur dan kedatangan Risa membuat dia menoleh. Risa berjalan dengan membawa mangkuk berisi bubur juga obat.

"Aku tahu kamu tidak pernah mau makan masakan buatanku. Tapi, hari ini kamu harus memakannya demi tubuhmu agar bisa cepat sembuh. Aku taruh di sini dan jangan lupa minum obatnya." Kata Risa menaruh makanan itu di atas lemari dekat tempat tidurnya.

"Hm," gumam Theo tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Risa berjalan pergi keluar kamarnya, sepasang mata Theo melihat gadis itu menutup pintu kamarnya. Bahkan, untuk mengatakan terima kasih dan maaf begitu sulit dia katakan.

Mulutnya terasa kaku ketika melihat gadis itu dan sulit mengatakan apa yang ingin dia katakan. Theo mengambil mangkuk berisi bubur itu dan menatapnya. Dia akhirnya makan bubur itu untuk menghargai usaha Risa, sebagai penebusan perbuatannya.

Di saat, sakit seperti ini dia tak mampu melakukan apapun dan butuh bantuan orang lain. Dia baru sadar jika alasan adiknya selalu sarapan pagi, ternyata masakan buatan Risa seenak itu.

Pujian yang Marvin berikan untuknya memang bukan hanya kebohongan semata, tapi memang benar masakannya sangat enak.

Risa mematikan kompor dan akan mengunci semua pintu, dia mengecek semuanya sebelum memutuskan untuk tidur.

"Kapan kamu pulang ini sudah tengah malam?" tanya Risa di sambungan telpon dengan Marvin.

"Dimana kamu?" tanya lagi Risa dengan sedikit marah pemuda itu belum pulang.

"Pulang sekarang! Siapa yang mengizinkan kamu menginap di rumah teman, hah? Gak ada alasan lain, pulang sekarang." Kata Risa dengan mematikan ponselnya.

Mendengar pembicaraan Risa dengan Marvin, membuat Theo yang baru bisa keluar dari kamarnya terdiam. Marvin menentangnya karena sesayang itu dia pada Risa.

Risa menunggu kepulangan Marvin di depan rumah, Theo masih memperhatikannya dari jauh. Sampai terdengar suara motor adiknya itu dan saat dia masuk ke dalam rumah.

"Aku sedang di jalan tadi, jadi aku tidak bisa mengangkat telponmu." Kata Marvin saat tiba di rumah.

"Jangan begini lagi. Setelah pulang sekolah langsung pulang jangan keluyuran. Emang ada, anak sekolah pulang jam segini." Marah Risa yang khawatir anak itu bergaul dengan orang-orang tidak benar.

"Iya iya," ucap Marvin yang selalu kena marah jika pulang terlambat.

"Makan dulu sana, aku sudah menghangatkannya. Setelah itu, mandi dan tidur." Pinta Risa membuat pemuda itu menghela nafasnya.

"Aku sudah makan, Kak. Perutku sudah tidak bisa menampung makanan." Ungkap Marvin yang di paksa makan tengah malam.

"Bisa aja kamu bohong. Aku 'kan tidak melihatmu makan secara langsung," ucap Risa sampai pemuda itu terpaksa duduk untuk makan malam, yang dimana itu sudah tengah malam.

"Kamu selalu saja begini. Harusnya, kamu sudah tidur ngapain nunggu aku pulang, aku sudah bilang aku bakalan nginep di rumah teman." Jelas Marvin dengan kesal pada kakak iparnya itu.

"Teman mana maksud kamu? Gak ada temanmu yang bisa aku percaya," ucap Risa tahu betul dengan siapa saja Marvin berteman.

Theo menatap mereka berdua dari atas yang dimana ia ingat perkataan Risa, senakal apapun Marvin dia tidak akan pernah menghukumnya. Jika dia yang mendapati Marvin pulang selarut ini, mungkin hukuman berat sudah di dapatkan.

☘️☘️☘️

Tidak pernah peduli atau memperhatikan sekitarnya, menutup diri untuk tidak tahu segala hal. Kini, Theo secara tidak dia sadari sudah membuka pikirannya tentang Risa. Perlahan ia melihat sikap yang tidak pernah ia lihat selama ini.

Marvin sudah kehilangan orang tua di masa remajanya dan ketika orang tuanya masih hidup dia juga tidak mendapatkan kasih sayang itu. Menjadikan Marvin selalu iri dengan dirinya yang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Di sini Theo melihat adiknya mendapatkan apa yang tidak pernah dia dapatkan yaitu kasih sayang. Risa seperti sudah menggantikan peran Ayah sekaligus Ibu dalam diri Marvin. Karena itu, Marvin sampai menentangnya karena menyakiti Risa.

"Bagaimana dengan nilaimu?" tanya Theo saat hari ini ikut sarapan pagi sekian bertahun-tahun.

"Aku sudah bilang, aku tidak suka belajar. Otakku berbeda dengan otakmu, jangan sama 'kan aku denganmu." Jelas Marvin yang masih marah pada kakaknya atas kejadian tempo hari.

"Kamu pasti ingat apa yang Ibu katakan. Tidak ada yang bisa ia banggakan dariku." Tambah Marvin yang selalu di minta untuk seperti kakaknya.

"Lalu, apa yang ingin kamu lakukan untuk masa depanmu?" tanya Theo karena sebentar lagi adiknya lulus.

"Kamu juga tahu apa yang ku inginkan. Aku ingin bermain musik dan menjadi musisi ternama. Aku ingin semua orang mendengarkan lagu yang ku buat. Jika kamu tidak bisa mewujudkan impianmu, aku yang akan mewujudkannya." Jelas Marvin alasan dia suka musik karena melihat kakaknya dulu seorang anak band.

"Oke, aku akan mendukung impianmu, jika kamu serius dengan tujuanmu itu. Aku tidak akan melarangmu melakukan apa yang kamu inginkan, asalkan kamu benar-benar serius dengan impianmu itu." Ungkap Theo membuat pemuda itu menatapnya tak percaya.

Awalnya, Theo bersikeras untuk adiknya masuk ke universitas tertinggi di luar negeri. Melihat adiknya yang tidak suka belajar dan tidak suka di kekang. Ia mencoba menurunkan egonya dan membiarkan ia memilih jalannya.

"Sekali saja aku lihat kamu main-main, kamu harus ikut jalan yang ku inginkan." Kata Theo seperti memperingati adiknya untuk serius dengan tujuannya.

Risa terdiam mendengarnya apalagi impian yang di miliki Marvin adalah menjadi musisi. Impian awal kakaknya ingin dia wujudkan, Risa baru mengetahui di masa lalu Theo seorang anak band bermimpi menjadi musisi ternama.

Banyak hal yang sudah dia korbankan termasuk mimpinya. Ia rela melanjutkan perusahaan orang tuanya, Theo memutuskan untuk berhenti selamanya dari dunia musik.

Stuck In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang