Chapter 8

7K 288 0
                                        

Pagi itu, Naina masuk sekolah dengan langkah yang lebih cepat dari biasanya. Ia berharap bisa tiba di kelas sebelum Azila. Ia tidak siap ditanyai—tidak siap diselidiki. Tapi sayangnya, doa orang gelisah jarang dikabulkan.

“Naina! Eh, sini dulu, sini!” suara Azila memanggil dari balik pintu kelas. Ia melambai semangat seperti biasa, tapi kali ini ekspresinya lebih nakal dari biasanya.

Naina hanya menghela napas.

“Aku sedang tidak ingin diganggu pagi ini,” gumamnya, tapi tetap menghampiri.

Azila sudah duduk di bangkunya sambil mengunyah roti. “Kau kenapa? Muka kau kayak habis lari satu lap kolam.”

Azila mendekat, menyipitkan mata. “Atau… jangan-jangan—hah! Kau habis ketemu Reigha ya?”

Naina mengerutkan kening, duduk pelan di kursinya. “Apa maksudmu?”

“Kemarin kalian lama banget di kolam renang. Kau pikir aku tidak lihat dari balkon atas? Itu bukan waktu latihan biasa, Nai…”

Wajah Naina seketika merah padam. “Kau mengintip?!”

“Bukan mengintip!” sahut Azila cepat. “Mengamati.”

Azila menahan tawa. “Jangan bilang... kalian—oh my God?!”

Naina menatapnya tajam. “Kau terlalu banyak nonton drama.”

Azila tertawa pelan, menepuk pundaknya. “Santai saja, Nai. Kau tidak perlu sembunyi. Tapi serius, ekspresi kau ini tidak bisa bohong.”

Belum sempat Naina menjawab, seseorang masuk kelas.

Langkah kakinya terdengar tegas seperti biasa. Suaranya nyaris tak pernah ada, tapi kehadirannya membuat seluruh kelas otomatis sedikit diam.

Reigha.

Ia berjalan biasa saja, membawa ransel di satu bahu, wajah dinginnya tak berubah. Tapi saat melewati meja Naina, tanpa menoleh sedikit pun, ia bicara pelan.

Hari ini kau tidak perlu lari.”

Dan kemudian duduk di tempatnya.

Azila melirik dengan mata membulat.

“OH MY—” Azila nyaris berteriak, tapi ditahan Naina dengan cepat menutup mulutnya.

Dunia terasa terlalu terang pagi ini.

Saat jam istirahat, Adrian baru saja selesai latihan. Sebagai atlet renang sekolah dengan banyak prestasi, dia sudah terbiasa menghabiskan waktu di kolam renang. Namun, saat dia hendak mengambil handuknya, matanya menangkap sosok yang tidak biasa di tepi kolam.

Seorang gadis berdiri di pinggir kolam, tampak ragu-ragu sebelum akhirnya masuk ke dalam air. Gerakannya kaku, jelas bukan seorang perenang yang baik. Adrian mengerutkan kening, sedikit penasaran. Biasanya, hanya anggota tim renang yang menggunakan kolam ini untuk latihan. Tapi dia belum pernah melihat gadis ini di tim.

Adrian menyandarkan tangan di pagar pembatas, mengamati cara gadis itu mengayuh di dalam air. Napasnya cepat, dan dari ekspresinya, dia terlihat berusaha keras untuk tetap mengapung. Adrian bisa langsung tahu—dia tidak terbiasa berada di air dalam.

Adrian dalam hati, mengamati dengan saksama.

"Dia tidak terbiasa berenang, tapi kenapa dia ada di sini sendirian? Apa dia sedang belajar?"

Sebuah ide terlintas di pikirannya. Jika gadis itu benar-benar ingin belajar, mungkin dia bisa membantunya. Lagipula, melihat seseorang berjuang sendirian seperti itu… entah kenapa, membuatnya ingin ikut campur.

Reighaard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang