Jum'at, 19 Oktober 1973
Di pagi yang cerah, suara kicauan burung bersahutan membangunkan seluruh makhluk yang menginjak lantai bumi, nampak nya mereka sudah siap untuk mencari makanan untuk hari ini.
maklum saja, kemarin hujan deras mengguyur daerah pedesaan tersebut dari malam hingga sore harinya, dan berlanjut sampai pagi lagi, membuat penduduk sampai semua mahkluk di hutan memilih berteduh di kediamannya.Di salah satu rumah pinggir sungai, terlihat seorang ibu yang telah selesai mencuci pakaian, ia menjemur pakaian didalam keranjang rotan yang ia gendong tersebut sambil bersiul.
"Ibu, katapel ku kemarin ibu simpan di mana?" teriak seorang anak berumur tujuh tahun dari dalam rumah.
Perempuan tersebut selesai menjemur pakaian, ia langsung menarik keranjang yang berada di tanah dan berlari kecil masuk kedalam rumah.
"Ibu simpan disini" perempuan tersebut mengambil katapel yang ia gantung pada paku di balik pintu rumah, lalu ia sodorkan pada anaknya.
"Lain kali kalau kamu simpan barang itu jangan di sembarang tempat, nanti kalau hilang gimana?" kata ibunya tersenyum sambil mengacak-acak rambut anaknya.
"Baik, Bu. Kalau gitu aku tunggu diluar, ya, Bu" balas anaknya lalu berlari keluar rumah.
Melihat keceriaan anaknya, perempuan tersebut tersenyum lalu berjalan menuju dapur.
"Udah siap semua nya, Bang?" kata perempuan tersebut sedikit mengejutkan suaminya.
"Ehh... kaget aku. Udah nih, tinggal berangkat" kata suaminya tersenyum pada istrinya.
"Ayuk" balas istrinya.
"Kamu tidak ganti pakaian dulu?" kata lelaki itu.
"Pakaian aku di ladang, Bang, kan aku tinggalkan di sana kemarin." balas istrinya.
Setelah suaminya selesai membereskan bekal, mereka berjalan keluar beriringan.
"Dedi dimana?" tanya lelaki itu.
"Nunggu diluar katanya" balas istrinya.
"Tadi dia nanyain katapelnya sama aku, apa sudah di temukan, ya?"
"Udah. Kemarin aku yang simpan," kata istrinya sambil menggembok pintu rumah.
Mereka berjalan menuruni tangga rumah lalu di hampiri oleh Dedi anaknya, dia membawa seekor burung murai batu hasil bidikannya.
"Udah jago, ya. Kamu dapat di mana?" kata Ayah anak tersebut.
"Disitu, Pak" Dedi mengarahkan telunjuknya kearah pohon rambutan di dekat rumah mereka.
"Nanti di bakar, ya, Pak" kata Dedi lagi.
"Iya" jawab Bapaknya.
Mereka menyusuri jalan yang basah akibat hujan semalam, Dedi berlari kecil sambil bermain genangan air dijalan sambil memandikan burung yang ia dapat tadi.
"Udah mati kenapa di mandiin?" ucap ibunya.
"Biar bersih, Bu. Nanti sesampai di ladang tinggal dibakar" kata anaknya polos.
"Tidak akan bersih, Nak, kalau air nya kotor begitu" balas bapaknya.
Dedi mengamati kondisi burung tersebut, apabila masih ada kotoran ia akan memandikan nya lagi.
Melihat tingkah Dedi, orangtua nya tersenyum bahagia.Mereka terus berjalan, karena perjalanan menuju ladang masih jauh.
Mereka menyapa beberapa warga yang dilewati mereka. Sebagian ada yang membalas sapaan mereka sebagian ada yang tidak. Hal tersebut sudah biasa mereka alami, karena tidak sedikit warga yang membenci orangtua Dedi, terutama ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Mana Ada Setan ?
General FictionSuatu hari Andra Aditya bertemu dengan seorang perempuan di sebuah lift apartemen. Di dalam lift tersebut, gelagat perempuan tersebut sedikit aneh, tidak tenang, seperti ada yang memburunya. Gerak gerik perempuan itu masih aneh hingga ia keluar dari...