Deru hujan menghantam atap membangunkan seorang yang sedang tidur nyenyak. Andra mengerjap mata dan mengambil ponsel di samping nya, ia terkejut menatap jam sudah menunjukan pukul sembilan. Rasa lelah setelah pulang dari kantor polisi membuatnya malas bangun dari pembaringan nya apalagi ia harus menghadapi beberapa polisi cerewet yang menginterogasi nya semalam.
Di tariknya kembali selimut lalu kembali tidur, enggan baginya untuk berangkat bekerja.
Berkali-kali ia mengubah posisi tidurnya namun tak juga kembali terlelap, rasa lelah dan ngantuk sudah begitu berat.
Memikirkan kejadian semalam yang menimpa calon kekasihnya, Mikasa, membuatnya susah untuk tidur.Andra menghela nafas berat dengan lengan kanan ia letakan di atas kening nya. Pandangan nya mengarah pada langit-langit rumah, pandangan itu kosong serta pikiran nya melayang entah kemana.
"Apa kau akan kembali melakukan nya?" sesosok makhluk hitam menyeramkan tiba-tiba muncul di samping tempat tidur Andra.
Lama Andra terdiam tidak membalas pertanyaan makhluk itu. Ia masih menatap kosong langit-langit rumah berwarna abu-abu itu.
"Aku kira kau sudah menyadarinya" Ucap Waruqh datar.
"Hmmmm...." kembali Andra menghela nafas, helaan nafas itu seperti terisi beban yang begitu berat yang harus ia tanggung.
"Aku mencintainya, aku heran mengapa di saat seperti itu ia baru memberitahuku perasaan nya," Andra menutup kedua matanya dengan lengan yang dari tadi bertengger di keningnya. Tangan kirinya mengepal menggenggam selimut.
"Tidak ada di antara manusia mengetahui takdir yang akan terjadi di masa depan. Meskipun ada, hanya beberapa persen saja kebenaran nya. Tidak ada yang bisa menyamakan sang pencipta yang maha mengetahui." kata Waruqh dengan tatapan menyeramkan ia arahkan pada Andra.
Andra menyibak selimut yang menutupi setengah tubuhnya, ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Di tatap nya hujan yang begitu lebat seakan hujan tidak akan berhenti. Andra memejamkan mata menikmati deru hujan yang menimpa atap-atap rumah.
"Mereka juga merasakan kesedihan yang sama atas kepergian nya" Andra membuka mata dan tersenyum, sementara tangannya menengadah merasakan tetesan hujan yang turun melalui atap rumah nya.
"Apa kau akan menghadiri upacara pemakaman itu?" Tanya Waruqh.
"Mungkin," balas Andra singkat.
Ia beranjak menuju kamar mandi, dirasa seluruh badan sudah begitu lengket dan kotor oleh keringat dan juga masih ada bekas darah yang tidak sempat ia bersihkan semalam.
*****
Jalanan kota masih basah, terlihat cipratan air dari genangan yang membasahi tempat sekitar akibat di lalui beberapa kendaraan bermotor yang melaju.
Hujan mulai reda beberapa jam lalu, tapi rintik hujan masih saja turun dengan di selimuti mendung membungkus langit.Hal tersebut tidak mematahkan semangat Andra untuk menghadiri upacara pemakaman Mikasa.
Seperti mayat-mayat yang sama sebelumnya, polisi tidak mendapatkan bukti-bukti yang cukup untuk menangkap pelaku pembunuhan akhir-akhir ini. Oleh karena itu, setelah di autopsi, mayat Mikasa langsung di pulangkan ke rumah duka di kediaman nya.Tiga puluh menit perjalanan Andra menuju rumah Mikasa dengan di tempuh jalan kaki, sesampai nya di kediaman Mikasa, Andra menyadari bahwa mayat telah di bawa ke tempat pemakaman. Andra langsung menuju ketempat pemakaman Mikasa.
****
"Bagaimana seorang pembunuh seperti mu bisa berkeliaran bebas di tempat umum?" Billy terlihat geram menatap Andra.
Mendengar ayah Mikasa berucap seperti itu, ada bagian di sisi hati nya terasa sakit.
"Aku juga tidak percaya bagaimana polisi melepaskan mu. Apa kau memberi mereka uang?" Ucap Billy semakin geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Mana Ada Setan ?
Ficção GeralSuatu hari Andra Aditya bertemu dengan seorang perempuan di sebuah lift apartemen. Di dalam lift tersebut, gelagat perempuan tersebut sedikit aneh, tidak tenang, seperti ada yang memburunya. Gerak gerik perempuan itu masih aneh hingga ia keluar dari...