Masih sangat kuingat, bagaimana pertemuan pertamaku dengan Eden.
Saat itu, aku masih duduk di kelas 3 SD. Sesaat setelah bel masuk berbunyi, ibu guru cantik yang selalu memamerkan senyumannya masuk ke kelasku di ikuti oleh murid laki laki yang tampak asing. Laki laki itu berjalan mengikuti langkah Bu Fitri sambil menundukkan kepalanya, tampaknya dia malu.
"Selamat pagi anak anak, mulai hari ini kalian punya teman baru"
Ucap Bu Fitri di depan kelas, sambil memegang pundak anak laki laki itu.
"Nak, bisa perkenalkan dirimu?"
Tanya Bu Fitri kepada anak laki laki yang sedari tadi masih saja menundukkan kepalanya.
Anak itu terdiam terlihat kebingungan. Lalu menggelengkan kepalanya, tanda bahwa dia tidak bisa memperkenalkan diri di depan kelas.
Tampaknya Bu Fitri mengerti.
"Anak anak, teman baru kita ini bernama Eriza Raden. Dia pindahan dari Bekasi. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengan Riza"....
Seperti itu kira kira pertemuan pertama kami, aku hanya teman sekelasnya tepatnya kelas 3 dan 5 SD. Tidak terlalu dekat memang, tapi yang aku ingat laki laki yang sekarang aku panggil Eden ini dulu adalah laki laki yang pendiam. Tidak seaktif laki laki yang lain.
Setelah tamat sekolah dasar, di SMP aku bertemu dengan Eden lagi. Entah hanya kebetulan atau bagaimana, Padahal sudah pindah kota.
Setelah tamat SD, keluargaku memutuskan untuk pindah ke Bandung. Entahlah aku tidak menanyakan alasannya, mungkin karena aku masih kecil saat itu.
Di SMP Eden dipanggil dengan nama Riza, dia cukup populer. Bukan karena nakal, tapi karena dia sangat aktif di kegiatan kegiatan sekolah. Bahkan dia menjadi ketua osis. Benar benar berbeda dari Eden yang dulu aku kenal.
Di SMP aku cukup dekat dengannya, karena banyak hal hal yang aku lakukan bersamanya. Kebetulan aku juga salah satu anggota osis saat itu.
Lulus SMP aku lanjut ke SMA yang menjadi salah satu sekolah favorite di Bandung.
Ya lagi lagi aku bertemu dengannya.
"Elma, kita ketemu lagi" kata Eden sambil berjalan menghampiriku yang sedang duduk di bangku.
Aku otomatis melambaikan tangan ke arah Eden."Di sini kosong? Gue duduk disini ya?" tanyanya.
"Iya sini duduk" jawabku cepat tanpa berpikir panjang.
....
Jujur saja, semakin hari aku semakin akrab dengannya.
Jarak rumahku ke sekolah cukup jauh, dan harus melewati jalan besar. Setelah beberapa minggu sekolah, Eden mengajakku berangkat dan pulang bersamanya, dan aku menyetujui hal itu.
Ah ya, saat itu aku belum memanggilnya Eden. Masih mengikuti teman teman yang lain, memanggilnya dengan nama Riza.
....
"Rizaaaa aku lapar" ocehku di atas motor sambil memegang perut yang kelaparan.
"Rizaaaa kamu dengar tidak? Aku lapar. Tadi ga bawa makan dan ga pergi ke kantin" ocehku lagi setelah ocehan pertamaku tidak di respon olehnya.
"Siapa yang suruh?" jawabnya sambil membuka kaca helm agar suaranya makin jelas terdengar.
"Ga ada, tapi tadi aku ga sempat. Ayo mampir sebentar. Plissss" pintaku sambil menggoyangkan bajunya.
Eden menuruti permintaanku, motornya mulai menepi kepinggir jalan dan berhenti tepat di depan tukang nasi goreng. Ini kali ke 3 aku makan nasi goreng di tempat yang sama, memang ini adalah tempat nasi goreng terenak menurutku, buatan bunda saja kalah. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Elma
Teen FictionHai, Terimakasih. Berkatmu, sekarang aku tau bagaimana rasanya di cintai secinta ini, dan di sayang sesayang ini. Maaf sering membuatmu kecewa, aku harap kamu tidak akan membenciku. Dari Elma.