CHAPTER 1

107 3 0
                                    

Levita Kencana Ayu seorang gadis cantik yang kini tengah bersantai di dalam kamarnya. Ia berasal dari keluarga yang sangat menjunjung tinggi agama.
Ayah - bundanya sangat mendidik ia dengan sangat keras. Namun, karena didikan orang tuanya yang keras, ia merasa terkekang. Ia menjadi gadis pemberontak. Keluar malam, ngeklub, minum - minuman keras, bahkan sex bebas adalah kebiasaan yang ia lakukan tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

Saat ini jam menunjukkan pukul 21.00 wib. Levita sedang bersantai sambil bermain ponsel di dalam kamarnya.
Dan tiba - tiba ponsel nya berbunyi yang menandakan panggilan masuk.

Derrt..... Derrt.... Derrt....

Sena is calling......

" Halo...."

" Halo. Vit lo dimana..? "

" Gue di rumah. Kenapa......?"

" Ngeklub yok... Gue bosen nih..."

" Gak ah...! Males gue. Toh di dalem klub cuma gitu - gitu doang isinya... Bosen gue ngeklub terus "

" yeee. Yang ini beda kali vit. Kali ini di klub ada yang lebih spesial..."

" Spesial gimana maksud lo...? " Rasanya klub masih sama aja saat kita datengin kemaren

" Spesialnya karena malam ini si rio ngadain party di club. Gue di undang dan dia nyuruh gue untuk bawa elo.
Mau ya vit temenin gue... Please..."

" hehh... Ya udah gue ikut. Tapi kita pulang nya jangan malem - malem ya... Gue gak mau di ceramahin bokap gue lagi "

" Oke vita ku sayang. Makasih. Setengah jam lagi gue jemput elo Oke. Dandan yang cantik ya...! Bye. "

" Hemm. Bye juga "

Setelah menerima panggilan tersebut, levita segera bergegas untuk bersiap - siap.
Menjelang beberapa menit kemudian levita telah selesai bersiap - siap. levita pun pergi dari kamarnya menuju rena yang sudah menunggu nya.

Levita segera menuruni tangga.
Namun, sesampainya ia di ruang tamu ia melihat kedua orang tuanya sedang duduk santai sambil bercengkrama. Levita tetap melanjutkan jalannya, ia tidak memperdulikan tatapan heran kedua orang tuanya karna melihat anak gadis mereka hendak pergi padahal hari sudah malam.
Sesampainya ia di pintu depan ia mendengar suara ayah nya.

" Mau kemana kamu malam - malam begini kencana...? " ucap sang ayah memanggil namanya menggunakan panggilan keluarganya.

" Mau ke klub. Ngehadirin undangan temen aku di klub " jawab levita dengan malas.

" Kamu tau ini udah jam berapa...? " ucap sang ayah.

" Tau. Ini udah jam setengah sepuluh malam. " jawab levita dengan santai.

" Kalo kamu tahu ini udah malam, kenapa kamu masih keluar...? " balas sang ayah sambil menahan amarahnya.

" aku cuma mau ke klub doang kok. Mau have fun sama temen - te..... " jawab levita, namun langsung terpotong dengan bentakan sang ayah.

" LEVITA KENCANA AYU....!!! " bentak sang ayah sambil berjalan ke arah levita. Di ikuti oleh bundanya yang tengah mencoba menenangkan sang ayah.

" Cukup yah.... Ayah gak usah larang - larang kencana lagi buat ngelakuin apa yang kencana mau.
Kencana udah besar yah.... Kencana bisa nentuin hidup kencana sendiri.
Ayah gak usah campur lagi masalah kenca....." belum levita menyelesaikan ucapannya. Ayahnya sudah lebih dahulu menampar pipi levita.

Plakkkk

Levita diam terpaku. Merasakan pipinya yang mulai memanas. Tak terasa cairan bening pun keluar dari pelupuk matanya.
Lalu ia menatap sang ayah dengan tatapan tak percaya.

" Ayah tampar kencana....? " tanya levita kepada sang ayah dengan air mata yang terus mengalir dari matanya.

" Kencana..... Sayang.... Maafin ayah.... Ayah gak bermaksud buat tampar kamu....! " sesal sang ayah tak menyangka telah memukul anak semata wayang nya.
Ayah nya mencoba untuk memeluk tubuh levita. Namun, lekas - lekas di tepis oleh levita.

" Gak usah sentuh kencana lagi.... Ayah jahat.... Kencana benci sama ayah.... Kencana benci... Ayah bukan ayah kencana lagi....!!! " teriak levita dengan nada frustasi. Lalu berlari meninggalkan sang ayah yang kaget dengan ucapan sang anak.

" KENCANA....!!! " panggil sang ayah sambil memegang dadanya yang terasa sakit. Lalu tiba - tiba sang ayah luruh ke lantai dan disambut dengan teriakan ibunya.

Levita yang tidak memerdulikan panggilan sang ayah terus saja berlari. Hingga ia sampai ke mobil rena ia menyuruh sena untuk cepat pergi meninggal kan rumahnya.

" Jalan sen....! " ucap sara sambil mengelap air mata yang terus mengalir di pipinya.

Sena yang melihat ayah levita yang pingsan pun mencoba menahan levita.

" Tapi vit.... Bokap lo...." ucap sena ingin memberi tahu levita.
Namun segera dipotong oleh levita.

" GUE BILANG JALAN SEN....!!! " bentak levita dengan penuh emosi.

Sena yang merasakan emosi levita dengan terpaksa menjalankan mobilnya menuju klub malam.

*****

Dan disini lah sekarang mereka berada. Di tengah lautan manusia yang tengah meliuk - liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang diputarkan DJ dengan volume yang memekakkan telinga.

Sedari tadi levita hanya merenung sambil meminum minuman kerasnya yang entah sudah gelas ke berapa?
Ia tidak ikut bercengkrama dengan teman - temannya untuk menikmati pesta tersebut.
Sena yang prihatin melihat kondisi sahabatnya itu mencoba menghentikan levita yang terus meminum minuman haram itu.

" Vi, udah.... Jangan minum terus... Entar lo mabok " ucap sena.

Levita yang hanya termenung pun tidak memperdulikan ucapan sena. Ia terus meminum minumannya. Ia tidak peduli seberapa gelas ia minum. Yang sekarang ia inginkan adalah melampiaskan rasa kesalnya.
Hingga tiba - tiba ponsel levita berbunyi. Tertera nama bundanya yang memanggil.

Derrt.... Derrt.... Derrt

Bunda ia calling...

Sena yang melihat panggilan tersebut segera memberikan ponsel tersebut kepada levita.

" Vit, bunda lo nelpon nih...! "

"...."

Levita tidak menjawab. Ia tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini. Termasuk bundanya.
Yang ia lakukan hanya terus menelungkupkan kepalanya di meja kedua lipatan tangannya.

Melihat levita yang terus mengabaikannya, sena pun menjadi kesal. Ia memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

" Halo...." ucap sena.

"......."

" APA....???? " pekik sena yang terkejut mendengar kabar dari bunda vita.

Sena yang masih terkejut, langsung memberikan ponsel tersebut kepada levita dengan tatapan prihatin.

Levita yang kaget mendengar pekikan sena, ia langsung mengangkat kepalanya untuk melihat sena. Ia bingung karna tatapan yang diberikan sena. Ia pun lansung mengambil ponsel tersebut dan menjawab panggilan bundanya.

" Halo bun..." jawab levita.

"....."

Dan DEG

Bagaikan petir yang menyambar. Levita seketika diam mematung. Dunianya terasa berputar. Ada beban berat yang membuatnya menjadi sesak untuk bernapas.
Tak terasa, cairan bening itupun luruh kembali dari mata indahnya. Tubuhnya terisak. Dengan air mata yang terus berurai, ia berlari.... Berteriak memanggil nama sang ayah.
Ia berlari.... Berlari ke tempat ayah nya berada.

Ya.... Ayahnya...!
Pelindungnya.... Kekasihnya...!
Cinta pertamanya...!
Kini pergi... Meninggalkannya...!
Untuk selama - lamanya...!

Hufft... Gimana...? Suka...?
Ini cerita pertama aku. Mungkin agak gak jelas. Mohon dimaklumi.

Jangan lupa....!!!

* Vote dan komen ya *










Pantaskah Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang