bagian 1

18 1 0
                                    

Di sebuah taman pikirannya kosong , taman yang terkenal sebagai tempat paling ramai itu terasa sepi olehnya. Keramaian tidak sanggup memecahkan kesepian gadis berambut hitam sebahu itu. Dari semua orang yang berseliweran tak ada kelihatan seorang yang sedang ditunggunya itu.

Banyak penjual keliling yang menawarkan minuman dan makanan ringan yang menghampirinya namun sama sekali ia tida berminat. Dia hanya duduk menunggu kedatangan Dhea, sahabatnya. Mereka sudah berjanji untuk pergi ke toko buku bersama untuk membeli buku.

Ia suda beberapa kali menghubungi Dhea namun hasilnya nihil. Ia sudah duduk terlalu lama dikursi tua di taman itu, gadis itu selalu sibuk dengan ponselnya, saat ia berdiri dan hendak beranjak pergi, ia menabrak seorang lelaki yang membawa tas lengkap dan kamera ditangannya, seperti seorang wartawan atau lebih tepatnya jurnalis, ya pasti dia seorang jurnalis. Untung saja kamera itu tidak jatuh agar tidak diminta untuk mengganti rugi. Gadis itu sedikit teriak karena terkejut dan lelaki itu juga terkejut.

"Maaf" ujar gadis berambut sebahu itu lalu pergi begitu saja tanpa permisi. Lelaki itu hanya diam dan matanya yang masih mmenghantar jejak langkah kepergian gadis yang telah menabraknya.

Kesal karena menunggu temannya sangat lama dan tak ada kabar, ia memutuskan untuk pergi ke toko buku sendirian, Ia melaju cepat dengan motor scoopy kesayangannya. Dilihatnya memo catatan buku apa aja yang akan ia beli, namun setelah berada di lokasi, ia malah memilih dan membaca-baca novel tersebut.
Dibacanya beberapa novel di deretan rak-rak buku, gadis itu mencari buku yang sudah lama ia idamkan.

Dari kejauhan seorang lelaki memandangi gadis itu yang sedang sibuk membolak-balik buku "Benar, ini gadis yang telah menabrakku dan tanpa merasa berdosa langsung pergi setadi pagi", gumam lelaki itu dalam hati. Ia mengaktifkan camera kesayangannya lalu memotret gadis itu dari kejauhan.

Gadis itu terlalu sibuk dengan buku-buku dihadapannya hingga tidak menyadari ada seorang yang sedang memperhatikannya.

"Hei, kamu ya yang.." belum selesai lelaki itu bicara langsung dipotong oleh gadis itu "maaf, kita belum pernah bertemu, mungkin salah orang" jawab gadis itu dengan singkat lalu beranjak pergi. "Tungguuu.. kamu yang sudah menabrakku tadi pagi di  taman" ucap lelaki itu meyakinkan. "Oh.. sekali lagi saya minta maaf, saya ga sengaja" jawab gadis itu singkat.

ketika ingin pergi, gadis itu melihat buku yang selama ini ia cari dibawa oleh lelaki itu. Matanya terbelalak lalu dengan segera mengambil buku dari tangan lelaki itu. "Ini dia buku yang kucari!" teriak gadis itu lagi-lagi tanpa merasa berdosa. "eh ehh... ini buka saya ya, saya juga sudah lama mengincar buku ini" jawab lelaki itu sambil mengambil buku itu kembali dari tangan gadis itu. "dimana kamu dapatkan buku itu? saya meu membelina sekarang" tanya gadis itu dengan sedikit nada merengek. "itu sebelah sana, ayo saya antar" jawab lelaki itu sambil menuju kearah tenpat diaman ia mengambil buku tersebut. Sang gadis lalu membuntutinya dari belakang.

"tadi saya ambil dari sini, kok gak ada lagi ya" ujar lelaki itu sambil mencari-cari buku yang sama. "hah masa sih, bukan disini mungkin, cepat tunjukkin dimana tenpat buku itu" jawab gadis itu. "iya disini, yasudah kita tanya ke reseptionis aja ya" ajak lelaki itu lalu menuju ke recptionist.

"maaf, stok buku ini sedang kosong" jawab seorang resepsionis setelah mencari buku dari katalog. Dengan wajah kecewa lelaki itu menjawab "oh terimakasi ya mba".

Dilihatnya wajah kecewa dari gadis itu, ia mau memberikan buku itu, namun ia juga sudah lama mencari-cari buku sastra tersebut. "yasudah, kan kamu bisa pinjam buku ini dari saya" ujar lelaki itu pada gadis yang masih menunjukkan wajah kecewa. "serius?" tanya gadis itu meyakinkan. "iya, tapi setelah saya selesai membaca ya" jawab lelaki itu. "yah.. sama saja lama, mungkin stok buku disini juga sudah ada lagi" jawab gadis itu.

"enggak lah, hanya butuh waktu dua hari saja untuk membaca buku ini, atau bahkan sehari kalau saya tidak ada kesibukan apa-apa" jawb lelaki itu. "ahh kita belum kenalan, perkenalkan namaku Bintang Haryanto, panggil saja Ryan" ucapnya sambil menyodorkan tangan. "Bintang? feminim sekali nama kamu" ucap gadis itu sambil menahan tawa. "ihh kan ada kepanjangannya, ayo perkenalkan nama kamu, tangan saya sampai kesemutan nih" ucap ryan dengan nada greget. "haha iyaiya, namaku Tari, tapi aku panggil kamu bintang aja deh" jawab gadis itu sambil terkekeh. "iya deh terserah kamu, yaampun wanita iniiii" jawab Ryan sambil menarik tangan Tari untuk berjabat tangan dengannya.

Ryan menceritakan sedikit tentang  penulis buku sastra itu, dengan bahasanya yang menarik, Tari senang mendengar cerita lelaki yang baru dikenalnya itu.

"Oh iya, aku tau kedai yang terenak dekat sini" ucap Ryan menawarkan pada Tari. Tari mengangguk tanda mengiyakan.

setelah sampai di kedai Ryan memesan secangkir Hot Bonbon, lalu Tari meminta untuk disamakan saja pesanannya.  setekah pesanan sampai, Ryan langsung mengaduk secangkir Bonbon yang berwarna hitam diatas putih itu menjadi warna coklat keruh lalu meminumnya. Tari memperhatikan kopi yang sudah dipesannya itu lalu mencicipi dengan sendok. "Pahittttt!!!" ucap Tari dengan ekspresi meringis. Ryan tertawa terbahak-bahak melihat gadis polos yang ada didepannya itu. "Tari..Tari.. Bonbon itu Expresso susu, expresso memang pahit makanya harus diaduk sebelum diminum" ucap Ryan menceramahi gadis itu lalu mengaduk kopi Tari. "nahh diaduk, sekarang coba deh" ujar Ryan menyarankan pada gadis itu.

Tari mencicipi kopi itu dengan sendok sambil berhati-hati "hmm... gak terlalu pahit, tapi rasanya agak aneh" jawab Tari masih dengan ekspresi polosnya itu. Ryan hanya tertawa melihat kelakuan gadis yang ada dihadapannya itu, seperti tak pernah meminum kopi saja gadis ini.

Perbincangan mereka berlanjut sampai menceritakan tentang diri masing-masing. Ryan menceritakan tentang kesibukannya sekarang yang baru lulus kuliah, dan Tari yang menceritakan tentang banyaknya tugas-tugas yang harus ditanggung dibangku perkuliahan.

BonbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang