Masih ada waktu sekitar satu minggu sebelum liburan akhir semester benar-benar berakhir. Orang lain mungkin masih sedang berlibur bersama keluarganya di tempat yang jauh dan belum kembali, atau mungkin sedang berbelanja kebutuhan sekolah yang baru.Tapi tidak dengan Dhira, kebutuhan sekolahnya semua telah diurus oleh bibi Ratna yang kebetulan tetap tinggal di rumah Dhira walaupun sedang masa liburan. Sementara liburan bersama keluarga? Dhira tidak pernah tahu seperti apa itu, orangtuanya terlalu sibuk bekerja dan dia sudah terbiasa akan hal itu, menghabiskan waktu liburannya seorang diri.
Seperti sekarang ini, meminjam novel sebanyak-banyaknya dari perpustakaan umum, menghabiskan semuanya di kamar, lalu mengembalikannya saat masa liburan habis, dan itu sudah menjadi kebiasaannya selama beberapa tahun terakhir.
Masih sangat pagi di hari libur, pukul 07.00 gadis berponi itu sudah berada di perpustakaan umum sambil memilah-milah buku mana yang akan dia pinjam kali ini.
"Dhira udah lama gak ke sini." Penjaga perpustakaan, Bibi Vina berseru riang saat Dhira hendak membayar buku pinjamannya.
"Iya Bibi, Dhira kan ke sini cuma kalau ada waktu luang atau kalau lagi liburan semester doang," balas Dhira sambil memberikan kartu perpustakaannya kepada Bibi Vina untuk mencatat semua judul novel pinjamannya. Mereka memang sudah bisa dibilang cukup akrab mengingat Dhira yang sudah sering berkunjung.
"Nah selesai. Kalau ada waktu ke sini lagi yah, hati-hati di jalan," seru Bibi Vina.
"Iya Bibi. Makasih," ucap Dhira sambil tersenyum singkat. Setelah pamit Dhira langsung pulang ke rumahnya.
"Tunggu, bukannya yang ini sudah pernah gue baca? Judulnya memang familiar tapi sampulnya baru pertama kali gue lihat, ngak papa deh mungkin emang belum pernah gue baca, lagian tadi juga gue minjem banyak novel," Dhira bergumam pelan sambil terus berjalan kembali menuju rumahnya. Jarak perpustakaan itu memang tidak jauh dari rumah Dhira jadi dia bisa pergi ke perpustakaan hanya dengan berjalan kaki saja.
"Eh, permisi boleh nanya?" Seorang anak laki-laki yang tingginya kira-kira lebih tinggi 5cm dari Dhira tiba-tiba sudah berada di depannya.
Dhira yang kaget dan juga pemalu jika bertemu orang baru langsung menunduk ke bawah. "nanya apa?" balas Dhira dengan suara pelan sambil tetap menunduk tanpa berani menatap langsung laki-laki itu.
"Maaf lo kaget ya? Sorry gue cuma mau nanya doang, ngak makan orang kok hehe gak usah nunduk gitu dong," ucap laki-laki itu sambil cengengesan. Dhira perlahan mulai mengangkat kepalanya.
"Lo tinggal di sekitar sini ya? Gue baru pindah kemarin, belum hafal jalannya tapi karena gue bosen di rumah gue keluar jalan-jalan bentar terus gak tau jalan pulang," laki-laki itu menjelaskan panjang lebar sambil menunjukkan cengirannya yang membuat Dhira malah agak takut.
"Rumah gue warna putih bertingkat, halaman depannya agak luas banyak tanamannya, ada pagar warna hitam, di sekitar lingkungan rumah gue ada taman, Cuma itu yang gue ingat," jelas laki-laki itu.
Oh jadi dia penghuni baru rumah itu batin Dhira dalam hati. Ciri-ciri yang disebutkan laki-laki itu adalah rumah yang beberapa minggu lalu ditinggalkan oleh pemiliknya dan hanya berjarak 3 rumah dari rumah Dhira.
"Ikut gue." Dhira langsung berjalan melewati laki-laki itu. Laki-laki itu menatapnya sebentar lalu langsung mengekorinya.
"Masih jauh ya?" tanya laki-laki itu yang sepertinya bosan karena gadis di depannya daritadi hanya diam saja.
"Ngak," jawab Dhira singkat.
"Oh iya. Gue Raya." Laki-laki yang namanya Raya itu mulai menyejajarkan langkahnya dengan Dhira sambil mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Innefable Pain [hiatus]
Teen Fiction-Cover by me- Yang satu terjatuh, yang satu lagi ada untuk menopang agar yang satu bangkit. Yang satu lelah, yang satu lagi ada untuk bertahan. Yang satu terluka, yang satu lagi ada untuk menyamarkan luka. Yang satu pergi, agar yang satu lagi bisa b...