6.) Batas Waktu

71 56 32
                                    


Jangan lupa icon bintangnya ditekan 💙
.
.
.
- - -
Dhea melihat sekeliling bangku penonton dan ternyata hanya beberapa anak yang berada di sana, mungkin itu karena sebagian besar sedang ada kegiatan ekskul dan memang juga dikarenakan jadwal latihan basket yang kadang tidak teratur.

Dan saat sedang mengedarkan pandangannya, Dhea menagkap sepasang mata yang juga sedang menatapnya saat itu tapi hanya sekilas karena orang itu kembali fokus berlatih basket. Kedua ujung bibir Dhea terangkat sedikit.

***

“Kalian tau ngak? Ada yang bilang kalau kalian lagi nonton tim basket SMA Bumi Pertiwi latihan, terus kalian ngak sengaja bertatapan dengan salah satu pemainnya saat latihan masih berlangsung, itu pertanda bahwa kalian memang ditakdirkan berjodoh.”

Dhea, ruby, dan beberapa teman cewek sekelas mereka sedang asyik nonton tim basket SMA Bumi Pertiwi latihan, dan tiba-tiba Zura, salah satu diantara mereka bercerita tentang rumor bahwa kalau mereka tidak sengaja bertatapan langsung dengan salah satu pemain maka itu berarti mereka memang berjodoh.

“Makanya kalian berdua harus sering ikut kita nonton mereka latihan dan kalian harus terus menatap ke arah satu pemain yang kalian suka, kalau kalian ngak sengaja saling tatap kan mayan tuh, jodoh..” Sambung Bunga.

“Aduhhh, siapa sih yang ngerusak otak kalian dengan teori tidak masuk akal begitu?” Tanya Dhea.

“Risa dari SMA sebelah. Kalian pernah liat kan, rombongan cewek-cewek dari SMA sebelah itu tiba-tiba datang buat nonton tim basket latihan, sampai cowok-cowok dari SMA sebelah sama yang dari SMA kita hampir tawuran karena dikiranya cowok-cowok SMA kita godain cewek-cewek SMA mereka.” Jelas salah seorang teman kelas Dhea menimpali.

“Iya, gue ingat itu.” Balas Dhea sambil terkekeh pelan mengingat kejadian itu dan alasannya yang sepele.

“Emangnya ada bukti kalau kita ngak sengaja tatapan sama salah satu diantara mereka, kita bakal nikah sama orang itu?” Tanya Ruby.

“Belum ada sih, kalau lo mau bukti, nanti gue sendiri deh yang buktiin langsung.” Celetuk Zura sambil senyam-senyum aneh.

“Jangan mikir yang aneh-aneh lo dasar kepiting.” Balas Bunga.

“Ngak mikir apa-apa kok, emangnya gue kayak lo yang tiap hari kerjaannya cuma bisa mimpi ditembak sama Varo ketos SMA sebelah.” Balas Zura sedangkan Bunga hanya bisa cemberut sambil komat-kamit tidak jelas.

“Bby emangnya kenapa perlu bukti? Lo naksir salah satu dari mereka ya? Jadi kalau memang rumor itu benar, lo mau praktekin?” Tanya Dhea sambil tersenyum jahil.

“Ih ngak mungkin lah! Lagian gue juga ngak bakal percaya kok sama rumor konyol kayak begituu!” Seru Ruby membuat Dhea hanya tertawa melihat pipi Ruby yang membesar kalau marah.

***

Dhea teringat percakapannya dengan Ruby dan ketiga temannya di tempat yang sama, bangku penonton beberapa bulan yang lalu. Tadi dia tidak sengaja bertatapan langsung dengan Ryan dan itu membuatnya kepikiran dengan rumor tidak masuk akal yang mereka bicarakan saat itu. Tapi Dhea segera mengenyahkan pikiran-pikiran aneh yang sedang hinggap di pikirannya itu.

Karena bosan menunggu, Dhea akhirnya keluar sebentar untuk membeli minuman dan sekalian jalan-jalan sebentar menghirup udara segar. Entah ada keajaiban dari mana, Dhea membeli dua minuman, satu untuknya dan satunya lagi untuk Raya.

Karena Raya sudah berbaik hati mengantarnya sehingga dia bisa menghemat uangnya, Dhea membeli satu air gelas untuk Raya, setidaknya air gelas itu lebih murah daripada ongkos bus, begitu pikirnya.

Innefable Pain [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang