2#

43 7 4
                                    

Utamain vote ya,,gak susah kok tinggal klik bintang di pojokan sana kok,,udah deh...

.
.
.

Orang yang mendampingi Gwen kini telah pergi,mungkin menurut beberapa orang Gwen beruntung karena dia termasuk ke orang yang selamat,tapi tidak bagi Gwen ia merasa murka marah,bahkan tak ada rasa syukur sama sekali saat ini,dia menyalahkan Tuhan,kenapa tuhan tak mengambil nyawanya sekalian,kenapa tuhan hanya mengambil keluarganya saja.

Hidup sebatang kara itu sangat menyakitkan,tak ada lagi Ibu yang selalu memberikan pelukan hangat dan teman untuk bercerita segala apapun,tak ada lagi Ayah yang selalu menjadi panutannya,dan tak ada lagi kakak kembarannya yang kadang membuatnya kesal tapi dalam berapa menit mereka akan akur lagi,kini hanya ada rasa dingin menusuk tubuhnya.

Gadis itu seperti kehilangan hidupnya,tak ada lagi Gwen yang ceria,tak ada lagi Gwen yang dengan lesung pipit di kedua pipinya,tak ada lagi Gwen dengan mata bulan sabitnya,tak ada lagi tatapan hangatnya,,kini hanya ada Gwen yang pendiam,Gwen yang dingin dan terpuruk.

Gwen menghapus air matanya dan memutuskan untuk keluar dari kamarnya dengan langkah yang lemas.Ia berjalan menelusuri setiap sudut rumahnya hingga pemandangannya menuju satu ruangan di mana di ruangan itu adalah tempat keluarganya berkumpul.

Memorinya kembali berputar,seakan membawanya ke masa di mana ia melihat sang ayah dan sang ibu sedang bercengkrama di depan tv di ruangan itu,,dengan tangan bergetar gadis itu mencoba memegang pundak sang ibu yang begitu sangat terasa dingin memastikan apakah ibu nyata atau tidak,wanita itu menoleh dan tersenyum lembut padanya.

Nafasnya tercekat tanpa terasa beberapa tetes air mata telah jatuh tanpa sanggup ia bendung,tangan nya terangkat untuk menggapai ibunya,namun alih alih bukan bayangan sang ibu yang ia sentuh melainkan ruang kosong dan dingin,Gwen mengerjakan matanya berkali kali ia melihat sekeliling ruangan itu.

Tidak ada lagi senyuman ibu yang hangat

Gwen memegang dadanya ia merasakan sakit yang luar biasa bagai di tusuk tusuk jarum yang amat sangat dalam,ia menangis sejadi jadinya ,,dia berfikir apakah Tuhan begitu membencinya sehingga dia di beri cobaan seperti ini?oh astaga tuhan memberi cobaan di bawah Titi terendah dalam hidupnya.

Nafas Gwen semakin memburu ia dengan cepat berdiri dari duduknya.

Kaki lemasnya ia paksa untuk berlari menelusuri seluruh ruangan,,mencari keberadaan ibunya,ia benci jika menyadari itu adalah halusinasi.Tidak itu hanya mimpi buruknya,semakin berusaha ia meyakinkan dirinya jika itu mimpi buruk maka semakin dalam kenyataan yang harus ia terima bahwa itu bukanlah mimpi buruk.

Tiba tiba lutut gadis itu mulai lemas ia kehilangan keseimbangannya,Gwen tersungkur dan semakin merasakan dinginnya lantai itu idamannya mulai melemah dan penglihatannya pun mulai menggelap.

-- -- --

Gwen membuka matanya dan ia menyadari bahwa dia tidak sedang tidur di kamarnya melainkan ruangan asing baginya,Gwen bangkit dan menyandarkan kepalanya lalu melihat sekitar ruangan itu.

Sudut pintu itu terbuka dan menampakan seseorang dengan membawa nampan yang berisi makanan

"Bagai mana ke adaan nona?"

"Saya membawakan bubur dan susu untuk nona,silahkan di makan selagi hangat"

Gwen mengangguk "terimakasih". Ucapnya lirih

Wanita itu berbalik dan hendak keluar

"Permisi..." Ujar Gwen

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang