1+3=4

92 14 12
                                    

"Udah gapapa kan?" Tanya daniel sembari mengusap lembut pucuk kepala haebi

Hatinya sakit kala melihat haebi selalu saja bergantung dengan obat asma semprot miliknya, Ventolin inhaler.

Haebi tersenyum, daniel tetaplah danielnya yang dulu, ceroboh dan khawatir yang berlebihan.

"Aku itu gapapa, selagi ga kamu bawa aku lari-larian kayak tadi" haebi terkekeh pelan,kemudian meraih jari telunjuk kanan milik daniel, lalu di genggam, sesekali di mainkan sembarang oleh haebi.

Mereka sedang berada rumah haebi, tepatnya duduk di sofa dengan haebi yang sedikit berbaring, acara sudah selesai sejak tadi sore.

"Udah malem kamu gamau pulang?"

"Ngusir nih bi?"

"Iiih ga gitu loh daniel, udah jam 9 kan kamu belum pulang nanti mama kamu nyariin"

"Aku udah ijin sama mama, jadi aku nginap disini aku tidur bareng guanlin, lagian juga kerumah aku makan waktu 1 jam"

"Really?! Sejauh itu?" Kaget haebi, dan mulai memperbaiki posisi duduknya

"Heum" daniel mengangguk lucu

"Yahhh... Gabisa main sering sering dong" haebi mempoutkan bibir, yang sukses mendapat cubitan pelan di pipinya oleh daniel

"Kata siapa"

"Kata aku" Haebi mengusap pelan pipinya yang terasa perih karna cubitan daniel lumayan kencang di pipinya

"Aku bakal terus datang kesini"

"Janji?!"

"Setiap hari dan, deal" daniel mencubit pelan hidung mungil haebi

Pekikan girang bergema pada ruangan, tentu saja pelakunya adalah haebi.

"Oiya daniel bagai mana rasanya di berau?" Haebi menghadapkan tubuhnya tepat di depan daniel

"Membosankan" Keluh daniel

"Bukannya disana ada pantai yang indah ya?"

"Iyaa, pantai derawan, aku akan mengajakmu kesana nanti"

Dan lagi, pekikan nyaring dari mulut haebi.










Tok~ Tok~ Tok~

Obrolan haebi dan danielpun terhentik kala sebuah ketukan pintu menginstrupsi kegiatan mereka berdua.

"Aku saja yang buka" haebi bangkit dari duduk nyaman nya dan sedikit berlari menuju pintu rumahnya yang bercat-kan warna ungu muda tersebut.

"Ya siapa di-?"
"JINYOUNG?!" Haebi terkejut dan memekik nyaring kala jinyoung menggendong tubuhnya teramat tinggi kemudian berputar putar.

"Jinyoung turunkan!, perut ku mual hey!" Haebi menjambak keras rambut jinyoung, tapi percuma saja tenaga jinyoung itu kuat.

"Aku kangennnnn" Jinyoung menurunkan badan haebi kemudian memeluk erat badan berisi tersebut.

"Sering ketemu juga, alay banget" Haebi memutar bola matanya malas

Jinyoung adalah sahabat terlama yang haebi punya, bahkan lebih lama dari pada daniel, banyak yang menjuluki mereka anak kembar.

"Ga suruh aku masuk?"

"Ck! Kayak di rumah siapa aja kamu, sini masuk" haebi menarik pergelangan tangan jinyoung.






















•°•°•°•

Sudah 1 setengah jam lamanya, tapi yang haebi dapat hanya sebuah keheningan.

Entah aura apa, haebi merasa bahwa hawa daniel sangat tidak bersahabat.

Haebi menatap kedua mata daniel, hitam dan gelap.

"Niel?" Haebi menyentuh lutut daniel

"Kayaknya aku pulang aja ya bi, aku ga enak sama pacar kamu" daniel berdiri dari duduknya, sekilas tatapan sinis daniel lontarkan untuk jinyoung, sedangkan jinyoung sibuk memakan krpik singkong milik haebi.

"Loh pulang?"

Daniel meraih helmnya.

"Daniel ini udah malem astaga jangan pulang" haebi menarik pelan kaus daniel

"Ga enak sama pacar kam-"

"Diiih, aku sahabat dia bukan pacar dia" jinyoung berhenti dari kegiatan mengemil rianya dan datang merangkul bahu sempit haebi.

Daniel menatap sinis lengan jinyoung.

"Daniel aku sama jinyoung cuman sahabatan udah lama kok, ini udah tengah malam ga baik anak muda jam segini diluar, bahaya"

Jinyoung dan daniel tersenyum kala mendengar ocehan dan omelan haebi.

"Aku tidur disini juga kalo gitu"

"Tidak jinyoung, mau tidur dimana kau?"

"Ck, kita bergadang saja besok masih tanggal merah, kita bisa tidur di depan tv mu, kan di depan tv ada ambal, kamu tidur di sofa" jelas jinyoung

"Seru juga" sambar daniel

"Sebentar kalo gitu aku panggil guanlin"

Jinyoung dan daniel hanya mengangguk paham, menatap punggung haebi yang perlahan menghilang.

Kini mereka hanya berdua.

"Jangan coba coba dekatin haebi kalau tujuan mu cuman nyakitin dia" jinyoung berujar sinis tapi tatapannya tetap tenang

"Haha, kau suka dengan haebi?" Daniel tertawa remeh

"Kalau iya?"

"Sialan!"

Tbc.

Good Bye Sad_Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang