Tuhan, maafkan aku..

131K 5.5K 292
                                    

Vote sebelum baca..

Eaaaak dibajak ini pasti. Bukan author aslinya ini pasti, masa iya dia minta vote sebelum baca...

Tumben amat wkwk 😆.

Nggak papa kan ya sekali-sekali. Biar kaya author lainnya... Biar nggak di bully.
Kaya Author lainnya ("/,\)

💥Plak.

❤❤

Ya Tuhan, apa memang sudah Kau takdirkan laki-laki ini untuk jadi teman hidupku? Kau tidak sedang bercanda denganku kan Tuhan? Ku pikir telah ku temukan jalan keluar, tapi lorong itu justru membawaku masuk semakin dalam.

Rasanya seperti aku berlari memutar. Kupikir Aku sudah berlari jauh. Tapi nyatanya aku hanya kembali ke tempat semula. Sudah lama aku kenal tante Ana. Bagaimana bisa Ralfin ternyata adalah anaknya?

"Ma," gumam Ralfin memanggil tante Ana.
"Apa dia calon istriku?" Tanyanya tak mengalihkan mata dariku.

"Apa?" Tanya tante Ana terkejut. Aku menatapnya.
"Ta-tadinya begitu. Tapi kamu bilang, kamu sudah punya pacar kan?" Jawab tante Ana dengan senyum geli. Nampaknya ia pikir telah berhasil membuat Angga-nya ini berubah pikiran. Jelas ini tidak sama dengan pikirannya.

Aku kembalikan pandanganku pada Ralfin.
Dia segera menggeleng.
"Aku putuskan pacarku secepatnya," katanya membuat mataku terbelalak.
"Aku mau dinikahkan dengannya," lanjutnya masih menatapku dengan tak percaya.

Tante Ana menjerit keras. Sama bahagianya dengan mama saat tadi pagi ku bilang aku setuju.
"Benar?" Tanya tante Ana memastikan.

Ralfin menoleh, mengangguk berusaha meyakinkan ibunya.

Bagaimana bisa berakhir begini. Aku menggeleng, ini pasti mimpi. Ini tidak mungkin nyata. Tidak mungkin, aku tidak mau berakhir begini. Mana mungkin aku menikahi laki-laki brengsek ini. Aku yang paling tahu bagaimana brengseknya dia meniduri gadis lain di belakang pacarnya. Mana mungkin aku bisa menerimanya jadi suamiku. Dia mungkin akan meniduri perempuan lain dibelakangku suatu hari nanti.

"Tidak," kataku dengan mata mulai berair.
"Tidak ma. Adhina nggak mau," kataku mundur beberapa langkah, lalu membekap mulutku sendiri dan air mata tak kuasa lagi ku bendung.

Ralfin berjalan menghampiri ku.
"Dhi," panggilnya membuat mama dan Tante Ana akhirnya sadar kalau kami sudah saling kenal.

Aku kembali menggeleng dan mundur beberapa langkah. Kenapa jadi begini? Jangan berakhir seperti ini. Aku baru mau lari. Ku pikir aku baru mau lari.

"Dhi," panggilnya memegang satu tanganku.

"Berhenti memanggilku Madhi," seruku kesal berusaha menarik tanganku tapi gagal.

Mama dan Tante Ana terkejut dengan sikapku yang tiba-tiba berubah histeris. Tapi mereka benar-benar tak mengerti. Angga baik hati yang mereka banggakan ini tidaklah sebaik yang mereka kira.

"Aku bukan Dhi mu," kesalku sudah menangis sejadi-jadinya.

"Ma, bisa tolong tinggalkan kami berdua," kata Ralfin menatap ibunya.

Tante Ana dan juga mama saling pandang sama bingungnya. Tapi kemudian bangkit dan pergi meninggalkan kami juga.

"Dhi, jangan seperti ini," kata Ralfin lembut.

Aku menggeleng.
"Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana bisa kau ada disini," teriakku benar-benar kesal dengan kebetulan yang mengerikan ini.

"Aku sudah bilang padamu, ibuku akan menikahkanku dengan gadis lain. Aku hanya tak mengira gadis itu adalah dirimu," jelasnya berusaha menenangkan aku.

(bukan) PELAKOR [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang