bukan Pelakor

180K 5.6K 171
                                    

Ada yang minta ceritanya dilanjut, sampe ngancem-ngancem segala ya ampun ('/,\).

Aku terlalu muda :v untuk ini.

Wkwkwk

Skip curhatan gajelasnya... Cuss silahkan simak bagaimana nasib Adhina selanjutnya.

Happy reading 😘

❤❤❤

Kelas berakhir dan aku keluar dari ruangan. Zara menepuk bahuku pelan. Hanya pelan tapi cukup untuk membuatku terkejut luar biasa. Dia lalu tersenyum manis, aku memaksakan lengkungan bibirku untuk membalasnya. Kemudian dia berlalu begitu saja.

Dadaku selalu terasa nyeri tiap melihatnya. Padahal aku tahu bukan aku yang menggoda pacarnya lebih dulu. Dan tapi tetap saja, ada rasa takut tiap aku melihatnya. Ku pikir tidak mungkin Ralfin bisa menyembunyikan kelakuannya untuk selamanya. Pada saatnya nanti pasti terbongkar juga. Dan pada saatnya tiba, aku yakin akulah yang akan disalahkan untuk semua itu. Zara akan menyebutku pelakor dan memakiku sepuasnya.

Mulai berjalan ku hela nafasku pelan, menenangkan detak jantung yang membalap hanya karena melihat Zara. Ya tuhan dosa apa yang ku perbuat hingga harus dipertemukan dengan lelaki se brengsek Ralfin. Ku usap wajahku gemas, hanya dengan mengingat wajahnya saja kepalaku terasa pening.

"Kau baik-baik saja?" Tanya seseorang menepuk pundakku pelan.

Sedikit terkejut aku menoleh. Wisnu tengah tersenyum menatapku. Aku balas tersenyum dan mengangguk. Aku teringat hari itu saat Ralfin bilang lelaki ini tidur dengan Zara beberapa kali. Nafasku menyesak sekarang gara-gara terbayang di kepalaku adegan panas antara Zara dan Wisnu. Ya ampun harusnya aku tidak mempercayai si brengsek itu. Dia mungkin hanya tak ingin aku dekat-dekat Wisnu. Tapi entah kenapa aku tak bisa mengabaikannya juga.

Yang aneh adalah kejadian setelah hari itu. Besoknya aku bertemu dengan Wisnu, dia sangat khawatir dengan apa yang terjadi padaku. Ku bilang aku tak ingin membicarakannya dan ku katakan aku sangat menyesal tidak bisa menepati janjiku. Itu saja dan tapi Wisnu bisa menerimanya, dia tak lagi bertanya dengan apa yang terjadi dan siapa yang mengangkat teleponnya. Aneh bukan.

Ah entahlah, aku jadi terus berprasangka gara-gara Ralfin bilang dia bukan lelaki baik-baik. Aku bingung harus mempercayai siapa.

"Kau ada acara, hari minggu ini?" Tanyanya.

Ku tebak ia ingin membuat janji kencan lagi. Tapi tidak bisa, sejak senin kemarin mama menelfon dan ingin aku pulang akhir pekan ini. Jadi aku mengangguk dan berkata.
"Aku sudah ada janji."

Dia nampak kecewa, namun manggut-manggut juga.
"Dengan laki-laki itu?" Tanyanya hati-hati.

Jantungku bergejolak dia bertanya seperti itu. Tersenyum masam aku menggeleng.
"Dengan ibuku," jawabku.
"Dia menyuruhku pulang," tambahku.

Wisnu segera saja nampak merasa bersalah dan tak enak padaku. Jadi canggung sekarang. Siapa suruh dia coba-coba menebaknya. Dia bisa saja bertanya baik-baik padaku dengan siapa aku membuat janji. Tidak harus menebak begitu. Aku mengerti kalau sebenarnya tebakan itu wajar, tapi disangka mempunyai janji dengan Ralfin itu terasa seperti tuduhan kejam bagiku.

❤❤❤

Aku sedang membuat susu saat seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang. Aku terkejut tentu saja. Aku tinggal sendirian dan tiba-tiba ada yang memeluku pagi-pagi begini. Kulepaskan diriku dan berbalik untuk melihatnya.

(bukan) PELAKOR [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang