Rumah Sakit Jiwa

186 4 4
                                    

"kreeeekk...."

decitan pintu membangunkan aku dari mimpi burukku. ternyata, mimpiku itu adalah kenyataan. dimana di mimpi itu kak Vero mencoba untuk membunuh ku di kamar ku sendiri menjadi kenyataan. namun usaha kak Vero gagal, karena Dad kebetulan sedang memeriksa kamar kami di atas. dan akhirnya Kak Vero menggigit tangan Dad hingga Dad keluar banyak darah. akhirnya Mom memberanikan diri agar membawa kak Vero ke rumahsakit jiwa yang ada di kotaku. kini tepat aku dirumah sendirian dan badanku terbujur kaku. mungkin masih shock dengan perlakuan Kak Vero tadi. namun, sepertinya rambutku telah berhasil ia tebas. rambutku jadi terlihat lebih pendek di bagian kanan dan kirinya masih oanjang kiranya sepunggung. 

ku lihat ke luar kamar dan ku lihat ke arah kamar Mom dan Dad. disana tak ada siapapun. aku menuruni anak buah tangga. tapi rasanya sungguh berat. badan ku tremor. semuanya bergetar hebat. tak lama aku mendengar seseorang sedang memindah acan channel TV. ku lihat di balik kursi. ternyata ia adalah Dad. Dad terlihat lesu. 

"dad, are you ok?" aku bertanya pelan sekali.

"fine. kamu gakpapa?" tanya Dad sambil menoleh ke arahku.

aku tak menjawab hanya mengangguk dan duduk di kursi yang kosong di sebelahnya.

Dad sebenarnya sedang sedih, aku tau. sekaligus bingung dengan situasi macam ini.

"Dad aku gapernah nyangka. kita bakal se kacau ini" kataku.

Dad hanya diam dan terus menangis. suara tangisannya semakin menggema di seluruh ruang keluarga. ku lihat jam menunjukan pukul 4 dini hari. sepertinya Dad perlu istirahat tapi dia sedang tidak bisa beristirahat. fikir saja, putri kesayangannya sedang mendekap di Rumah sakit jiwa. 

aku baru sadar Mom tak ada dirumah. Dad bilang dia menginap di rumah omma. akhirnya aku memutuskan untuk mengunjungi omma besok pagi.

*****

"omma.. ommaa.. ini aku Hazzel"

kata ku mengetuk pintu rumah Omma ku yang sederhana dan catnya warna putih semua.

kulihat omma ternyata sedang duduk di kursi goyang miliknya di teras samping. ku hampiri ia dan ku tanyakan adakah Mom disini.

"Mom tidak tidur disini. bahkan dia tak mengabariku apapun semenjak kejadian malam itu"

kata Omma sambil menyeruput teh yang ada di pangkuannya.

aku heran, bukannya Dad bilang ada di rumah Omma. lantas aku bersikukuh menjelaskan bahwa Mom ada disini dan menjelaskna kejadian apa yang terjadi pada ku dan Kak vero semalaman. Omma hanya terdiam dan memanggil Nanny, penjaga yang hidup bersama Omma ku. Nanny menjelaskan bahwa malam tidak ada ynag mengetuk pintu atau tanda bahwa Mom ada disini. sampai akhirnya aku mendapat telfon masuk. telfon itu berasal dari psikolog yang opernah datang kerumahku. ya Alex. dia mengatakan bahwa Mom sedang ada di rumah sakit dan sudah bersamanya sejak pagi tadi. 

"kau tak perlu khawatir dia aman bersamaku"

ucap Alex sebelum menutup telfonnya.

aku kemudian pulang kerumah karena aku akan membawa beberapa pakaian yang Mom pesan sebelumnya melalui pesan sms. aku kemas baju Kak vero. entah kenapa yang harusnya aku berangkat pada jam 3 sore, aku merasa sangat ngantuk dan akhirnya aku tertidur. sebelumnya aku sadar. aku tadi makan melon yang sudah di kupas di dekat meja makan. sepertinya seseorang telah menaruh pil tidur.

lagi lagi, aku diranjingi setan yang entah apa anamanya. tubuhnya menimpaku. celana ku dia sobek dan dia berada tepat di depan kemaluanku. aku tak bisa melihatnya jelas. yang jelas tanganya besar sehingga mukaku bisa ia tutup hanya dengan satu tangan. di jejakinya mulutku dengan melon tadi. dan akhirnya aku tak sadar apa yang terjadi.

setelah aku bangun ternyata sudah jam 5 sore, aku terbangun dan berusaha meraih handphoneku. benar saja, Mom sudah marah karena aku telat. aku langsung bangun. dan aku menjerit. pakaianku sudah tak lagi menempel pada tubuhku. aku hanya memakai bra. yang lainhya ada di bawah. terkecuali celana dalam ku yang hilang. aku panik dan segera mungkin memakai baju. kulihat Dad tidur. aku bangunkan dia. namun sepertinya Dad benar-benar pulas. aku memesan taksi dan aku meminta nya untuk mengantarkan aku ke Rumah sakit jiwa. di taksi aku menangis dan terus mengingat apa yang terjadi pada saat aku tidur tadi.

******

ku langlahkan kaki kanan ku pertamakali menginjak Rumah sakit jiwa. Tempatnya menyeramkan. semua di lindungi oleh pagar yang tinggi. aku hanya melihat bentangan taman yang luas. dan aku melihat suster yang jaga di depan. ku tanya adalah pasien baru. dan ia menagatakan ada. sebenarnya ini adalah rumah rehabilitas. namun, memang aku panghil ini rumah sakit jiwa. tentu saja. mereka yang hidup disini, berbeda dengan orang yang biasa.

ku lihat di sekelilingku. ada yang sedang bermain dengan bonekanya. ada yang sedang makan dan kemudian memuntahkannya kembali. ada pula yang diam di balik jendela kamarnya dan meratapi ku berjalan.

"ini ya kamarnya Veronica"

suster memgatakannya padaku. aku masuk kesana. 

disana ternyata sudah ada Mom. aku pun melihat Kak Vero sedang tidur. aku bercerita pada Mom tentang sore tadi. Mom marah dan berusaha memanggil Dad tapi Dad nampaknya masih tidur dan tidak menjawab telfon Mom.  Mom benar-benar marah dan akhirnya menelfon tukang kebun untuk memeriksa adakah pagar yang rusak atau pintu yang rusak sehingga orang bisa masuk kerumahku dan memperkosa ku dengan tenang.

namun, di balik itu semua, aku sebenarnya merasa sangat depresi. namun aku tak mau melibatkan hal itu pada diriku, aku menikmati semua pemerkosaan itu. hanya saja aku tak suka bila di perlakukan secara paksa. 

kenapa aku berkata demikian?? karena apabila hidupku dipenuhi beban. maka aku akan berakhir seperti Kak Veronica. tanganya di kunci dengan kain putih yang di lilitkan ke atas ranjang tua dan sudah berkarat. dan hidup di runagan sempit seperti ini. aku tak mau hidup di rumah sakit jiwa.


NEXT SCROLL LAGI ADA KELANJUTANYA

The Revenge (i come for Awakening)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang