Sebuah Percakapan (fiktif)

695 69 6
                                    

"Pinjam handphone-mu", pintaku.
"Untuk apa?". Dia bertanya.
"Tenang saja, aku tak pernah mencurigaimu selingkuh. Pinjam saja, cepat!", balasku lagi.
"Hahahahaha." Oke. Kita berdua tertawa (hanya karena itu).
"Tak ada fotomu di HP-mu? Eh maksudku fotomu sendiri saja", tanyaku dengan nada sedikit terperangah.
"Tidak ada. Hanya ada foto keluarga dan denganmu saja.Kenapa?"
"Tiba-tiba ingin saja menggambarmu. Hehe," jawabku.
"Jangan pernah menggambar wajahku," jawabnya sembari menoleh ke arahku. Sedikit jeda pada perkataanya.
"Aku akan selalu menemuimu. Lalu pandangi saja wajahku hingga kau ingin muntah mungkin. Sebagus apapun gambarmu atau semirip apapun dengan aslinya, tak pernah benar- benar bisa melepas rindu. Ingat saja, rindu ya bertemu."
Aku diam dan tiba-tiba saja.. "Hahahaha. Bagus juga kata-kataku barusan. Kau bahkan tak berkedip sama sekali. Masih bernafas, kan?", candanya.
"Sudah jadi penyair? Atau penyihir?", balasku . Hehe.

Kamis, 22 November 2018

Sajak(?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang