Di alam mimpi.
Alam tergeletak di padang rumput yang luas. Ia membuka mata dan melihat langit yang biru. Ia lalu bangkit dan memeriksa keadaan di sekitarnya. Dari kejauhan ia bisa melihat Bapak sedang berdiri di bawah pohon. Ia berlari sekuat tenaga ke arah pohon besar itu. Saat ia sampai ia bertatapan muka dengan Bapaknya.
"Bapak, apakah engkau benar-benar disini?"
Bapak hanya terdiam.
"Aku datang untuk menyusulmu."
"Mengapa kamu sangat ingin menyusulku hingga mencoba untuk membunuh dirimu sendiri."
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi semenjak Ibu meninggal Bapak yang membesarkanku dan memberiku kasih sayang. Aku sangat berterima kasih dan bersyukur. Suatu hari aku berjanji akan membuat Bapak bangga. Tapi saat aku mendengar berita bahwa Bapak terlibat kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa hatiku hancur. Aku ingin bertemu Bapak sekali lagi dan meminta maaf karena belum sempat membuat Bapak bangga."Alam tidak bisa menahan air matanya lebih lama lagi.
"Kau tidak perlu menyusulku. Kau sudah membuatku bangga anakku. Kau selalu menjalani ibadah dengan ikhlas. Tidak pernah berbuat jahat kepada orang lain. Itu sudah cukup untuk membuatku bangga."
"Apakah itu benar?"
"Semua yang aku katakan berasal dari hatiku. Ingat anakku sesungguhnya kau tidak sendirian. Tuhan itu dekat. Sekarang kembalilah."
"Terima kasih, Bapak."Alam terbangun. Aku masih melingkar di lehernya. Ia lalu berusaha untuk duduk.
"Maafkanlah aku Tuhan karena tidak mensyukuri nikmatmu. Bapak aku berjanji akan selalu mengingatmu di setiap doaku."
Aku lega mendengarnya. Ia duduk terdiam untuk beberapa lama.
Tiba-tiba dari luar rumah mulai terdengar suara azan subuh menandakan hari sudah pagi. Ia bangkit lalu mengambilku dan mengenakanku di pinggangnya. Membuka pintu rumah menuju Masjid. Berangkat
untuk melaksanakan perintah Tuhan dan melanjutkan hidup.
