Chapter 1: Waktu

675 55 6
                                    

Waktu itu terasa sunyi bagi bocah 10 tahunan tersebut. Keramaian masih membludak di sekitarnya, tapi telinganya tidak mendengar apapun. Darah dari hidung bocah itu perlahan mengalir turun, rasa asinnya tercap di lidah. Kata-kata kasar yang sempat di lontarkan pada pria gendut di depannya hilang—toh, orangnya sudah pingsan. Pandangannya fokus pada sosok punggung pria lain di sana, yang berjalan menjauh.

...

Dulu, ketika rambutnya—Levi, Levi saja—masih panjang, banyak yang mengiranya anak perempuan. Tidak perlu diragukan, wajah cantiknya keturunan sang ibu dan dia kalem—tidak banyak bicara lantaran tak guna. Banyak pria-pria pedofil atau para penjual perempuan mengincarnya. Yang membuatnya selamat adalah Kenny. Dia mengajari Levi cara berbicara dan bertarung, memberinya makan dan musuh yang harus dihajar. Tidak apa, itu akan berguna, begitulah pikir Levi kecil. Dia juga telah bosan dikira perempuan. Karena itu dia memotong rambutnya gaya undercut yang mirip potongan militer. Berbekal pisau jelek-jelekan dan ilmu bertarung pemberian Kenny, Levi menghajar para penggodanya dulu, mengumpati mereka dengan gaya bocah preman tulen. Sekarang, siapa yang tidak mengenal Levi? Bocah preman yang sudah berani menantang preman-preman dewasa, menang pula!

Sekarang Levi hidup sendiri, Kenny sudah lama meninggalkannya, pergi entah mengapa. Walau ada rasa sedih di sudut hatinya—Levi sudah menganggap Kenny seperti ayahnya (dia tidak pernah mengenal ayahnya), tapi dia tidak mau mengakui (tentu saja karena sifat Kenny terlalu menyebalkan)—Levi bersikap cuek. Kepalanya tetap terangkat garang, seolah tidak terjadi apa-apa. Dia menyambung hidup dengan mencuri dan memalak. Tapi Levi masih punya rasa kemanusiaan, dia hanya mencari masalah dengan orang yang tepat—para polisi militer sok hebat dan preman-preman sialan sok berkuasa. Dia tidak pernah menggangu sesama penduduk Underground. Mudah membedakan mereka—baju robek-robek, kusam, kotor, wajah berdebu, muka pasrah. Tidak jauh berbeda dengan keadaannya sendiri. Sementara golongan penguasa—polisi militer, bangsawan, dan tetek-bengeknya—yang pergi ke Underground untuk tujuan tidak terpuji—kebanyakan adalah orang penuh skandal—akan berpakaian rapi, baju bersih, dan wajah berseri. Karena itu Levi sama sekali tidak dirundung rasa bersalah ketika berniat mencuri sepotong besar roti dari seseorang berpakaian bersih serta wajah tertutup tudung—pergi ke Underground memang berbahya bagi orang-orang permukaan. Dia menubrukkan tubuh pada orang tersebut dan orang itu langsung rubuh menghantam tanah. Tudungnya tersingkap, rambut hitam panjang terurai. Orang itu—yang ternyata adalah gadis seusianya, mungkin setahun dua tahun lebih muda—memeluk roti di tangan, enggan menyerahkannya pada Levi. Levi berprinsip tidak akan menyerang perempuan yang tidak salah apa-apa—dan lagi, gadis itu tidak mungkin salah satu dari orang permukaan. Dia menyerah, mengulurkan tangan untuk membantu si gadis.

Gadis itu buru-buru bangkit tanpa bantuan Levi. Wajahnya pucat, takut pada tatapan tajam si bocah preman. Levi berdecak, "Baiklah, aku minta maaf. Kukira kamu orang dari atas sana. Harusnya aku sadar kamu terlalu kecil untuk jadi pengunjung." Levi mengucapkannya dengan cepat, lalu menambahkan dengan bisikan, "Soalnya bajumu terlalu bersih untuk jadi gelandangan Underground. "

Gadis itu sepertinya dapat mendengar ucapan Levi, dia menyahut, "Aku membersihkannya." Sebenarnya buat apa juga? Mereka hidup di tengah pembuangan sampah. Kotor dan bau. Untuk apa repot-repot menjadi bersih? "Bagaimana denganmu?" tanya gadis itu lagi. Ketakutan hilang dari wajahnya.

Levi memandang dirinya sendiri. Selama ini—semenjak ditinggal oleh Kenny—dia tinggal di bawah jembatan pembuangan. Atau jika tidak ada keributan, dia akan tinggal di gubuk tempatnya dan Kenny tinggal dulu. Gubuk yang makin hari makin hancur itu pun tidak bisa dibilang lebih baik dibanding kolong jembatan. Pakaiannya kotor, tentu saja. Baju itu merupakan hasil curianya 2 tahun lalu, sudah banyak sobekan dan tidak pernah dicuci. Levi lebih fokus memikirkan makanan dari pada pakaian dan kebersihannya.

Spesial Memories of Levi AckermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang