ATHAHIRA 01: Ingatan

231 5 0
                                    

Bak kaset rusak, perkataan-perkataan mereka terus berputar dikepalaku.
Perkataan yang membuatku menjadi sosok yang dingin, tertutup, bahkan hampir tak tersentuh.
Perkataan yang membuatku membenci akan keramaian.
Perkataan yang selalu membuatku mengingat kejadian pada hari itu.
Kejadian yang membawa dia hingga kembali ke tangan Tuhan.
Kejadian yang membuat mereka terus manyalahkanku dan membenciku.
Kejadian yang merubah segalanya.
Kejadian yang tak pernah ingin ku ingat seumur hidupku.

________

Gadis itu masih setia memandangi bingkai foto yang ada ditangannya, terdapat dua anak perempuan dan satu anak laki-laki ditengah, mereka mengenakan seragam biru putih lengkap, terpancar pula senyum bahagia dari ketiganya.

Ingatan tentang mereka semasa duduk dibangku sekolah menengah pertama kembali berputar, tentang bagaimana awal pertemuan mereka sewaktu MOS hingga tanpa diduga mereka dipersatukan dalam kelas yang sama.

Awal mula kedua anak perempuan itu nampak tak peduli, namun karena sifat jahil anak laki-laki itu yang hampir setiap hari menganggu keduanya membuat ketiganya semakin dekat, dan entah bagaimana caranya hingga mereka bisa menjadi sahabat.

Sekilas nampak seulas senyum dari bibir gadis tersebut.

Namun senyuman itu hanya bertahan beberapa detik kala sebuah ingatan kembali menghampirinya, ingatan tentang bagaimana anak laki-laki itu berusaha tersenyum diambang kematian, senyuman yang mampu membuat siapa saja ingin ikut menarik sudut bibirnya, namun sayang senyuman tersebut adalah senyuman terakhir dari anak laki-laki itu.

Tanpa sadar sebulir air mata lolos begitu saja dari kelopak matanya hingga membasahi pipi, kini rasa sesak memenuhi rongga dadanya.

Tokk tokk tokk....

Ketukan pintu mengembalikan kesadarnya, dengan kasar ia menghapus air mata yang membasahi pipinya. Kemudian ia bangkit dan segera menghampiri seseorang dibalik pintu.

"Mbak Atha, Bapak dan Ibu sudah pulang katanya Mbak Atha disuruh kebawah,"

Ia mengangguk "Mbak Ita turun duluan, Atha nanti nyusul mau beresin buku bentar."

Wanita yang dipanggil 'Mbak Ita' itupun mengangguk, kemudian ia kembali masuk ke kamarnya meraih kembali bingkai foto yang tadi diletakkannya di lantai dan mengembalikannya ke atas meja belajar, lalu ia sedikit membenarkan ikatan rambutnya.

Setelah dirasa cukup rapi, ia mengambil kaca kecil yang ada dimeja belajarnya, matanya terlihat sedikit sembab kemudian tanganya terangkat untuk mengusap sisa air mata yang masih menggenang dikelopak mata.

Diletakkannya kembali kaca tersebut lalu ditariknya sudut bibir keatas hingga membentuk bulan sabit, 'senyum' ya senyum palsu lebih tepatnya. Lalu ia melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuruni tangga, hingga pada anak tangga terakhir ia melihat orangtuanya tengah mengobrol dengan Helina,mama dari Archi sahabatnya.

Helina yang pertama menyadari kedatangan Atha -pun angkat suara.

"Eh Atha baru bangun nih pasti, kebonya kalian tuh ya," ucap Helina disertai kekehan.

Atha hanya tersenyum, kemudian Hariza dan Maulidya pun menoleh mendapati anaknya berdiri tak jauh dari keduanya.

"Kalo gitu aku pamit pulang dulu, dy, za." pamit Helina yang akrab dipanggil Lina itu seraya bangkit dari sofa.

"Kok buru-buru, Ma? " tanya atha.

"Mama udah dari tadi Tha, itu nganterin kue eh, kebetulan Mama Papa kamu pulang jadi ngobrol dulu, "

Atha hanya ber 'oh' ria.

"Yaudah aku pulang ya Dy, Za, Tha, silahkan kalian kangen kangenan dulu," kekeh Lina. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." jawab mereka serempak.

Atha melangkahkan kakinya mendekati mereka (Hariza dan Maulidya) kemudian diciumnya punggung tangan orangutanya yang dibalas kecupan didahi, setelahnya Atha duduk disamping Dya -mamanya.

Hening beberapa saat hingga akhirnya Atha angkat suara.

"Mama papa udah pulang dari tadi?"

"Enggak lama setelah mama Lina masuk," jawab Dya.

"Ohh."

Kemudian dengan gerakan tangan dya menyuruh Atha mendekat, lalu dipeluknya anak semata wayangnya itu dengan erat.

"Mama kangen Atha," ucap Dya disela pelukan mereka.

Pelukan yang lembut namun erat, pelukan yang seolah mengartikan betapa rindunya ia pada sang anak karena hampir tiga bulan lamanya mereka tidak bertemu.

"Atha juga." balas atha tak kalah erat.

"Papa enggak, nih?" tanya riza yang merasa terabaikan.

Atha beralih memeluk papanya. "Papa juga."

Setelahnya, sore mereka dihabiskan dengan menonton TV dan mengobrol santai seputar kehidupan Atha tiga bulan ini.

___________________________

Jodoh dunia akhiratnya jungkook😜

Bekasi,24 November 2018

ATHAHIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang