Sunset

1.4K 126 41
                                    

❛ Biarkanlah aku menikmati indahnya senja barang sejenak, bergumul dengan keromantisan warnanya, dan bercinta dengan eufhoria kehangatan yang disajikannya. Karena bagiku, senjaku akan berujung luka. ❜
.
.
[ WARNING !! In this part you'll see bondage-explicit content. If you still under 18 or not into BDSM, you can skip in middle story ]
.
.
HAPPY READING
.
.

Aku pikir, dalam waktu hampir empat bulan ini, aku sudah benar benar mulai mengenali sosok asli seorang Off Jumpol.

Tak dapat ku pungkiri, kami memang dekat akhir-akhir ini. Dan walaupun kami saling bertukar cerita, nyatanya masih banyak sisi hal lain dari dirinya yang belum kuketahui secara pasti.

Aku sendiri tidak mengerti apa yang tengah kurasakan sekarang. Yang jelas, aku juga tak banyak bicara pada P'Off sejak kami menginjakkan kaki di apartemenku.

Dengan segera, aku membalut tubuhku dan keluar dari kamar mandi. Bergegas aku mengganti baju dan menghampiri lelaki itu. Ia sedang berada di ruang tamu dan sedang sibuk membaca salah satu majalah koleksiku di bawah meja.

"P' kau tidak mau mandi?"

"Ah—" nampaknya P'Off terlalu serius membaca majalah di tangannya sehingga tak menyadari keberadaanku. "Baiklah."

"Err—tapi," aku menggaruk kepalaku. "Aku tidak yakin jika pakaianku muat dengan badanmu P" ada nada geli dalam suaraku. Mencoba menggodanya.

"Haha—aku tahu Nong," jawab P'Off. Kemudian ia memperlihatkan sebuah ransel hitam kecil. "Makanya aku membawa ini"

Aku bahkan tidak menyadari ia membawa ransel itu, "Wah, kau niat sekali rupanya P."

P'Off lagi-lagi memberikan cengirannya. "Tanpa niat, semua pekerjaan kita akan sia-sia, Nong." Kemudian ia menepuk bahuku dan berjalan menuju kamar mandi di ujung lorong.

Sejenak, aku meresapi perkataannya. Apa maksudnya?

.
.
.
.
.

Malam itu, aku sedang kehabisan bahan makanan dalam lemari es ku. Yang tersisa hanyalah mie instan di rak atas wahstafel. Tapi P'Off berkata ia tidak keberatan ketika aku membuatkan mie instan untuknya. Aku tahu, karena P'Off pernah bilang bahwa ia mempunyai nafsu makan yang besar.

Setelah makan dan bercerita sedikit tentang hari ini, kami menuju kamar untuk bersiap tidur. Dan tempat tidurku nyatanya mampu menampung 2 orang dewasa, walaupun aku sangat yakin, tempat tidurku tidak -akan- sebanding dengan tempat tidur yang P'Off punya di rumahnya. Dan seperti yang sudah kuduga, P'Off menolak tidur terpisah dengan ku.

Aku tahu P'Off sebenarnya belum tidur. Matanya masih menerawang, melihat langit-langit apartemenku yang bergambar langit malam. Posisi awalku yang membelakanginya, kini aku berbalik untuk menghadap kearahnya.

"Mau bercerita?" Tawarku melihat P'Off yang masih menatap langit langit.

P'Off melirikku sekilas, kemudian menghela nafas, "Aku ketahuan, ya?"

Aku mengendikkan bahuku, "Aku hanya merasakan kau sedang tidak dalam keadaan baik," jawabku. "Tapi kalau kau tidak mau atau tidak siap, aku tak memaksa."

Entah kerasukan apa, aku mengelus rambut P'Off, yang ternyata sangat berbeda dari kelihatannya. Meskipun tampak acak-acakkan, namun ternyata sangat halus ketika menyentuh telapak tanganku. Oh jangan salah sangka, aku hanya mencoba menenangkannya—setidaknya ini caraku.

"Nong," panggilnya pelan, matanya mulai menatapku meski ia tak bergerak sama sekali. "tidakkah kau merasa sedikit aneh?"

Sedikit banyak, aku mengetahui arah pembicaraan ini. Tapi kubiarkan P'Off menceritakannya.

My Sunshine [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang