PROLOG

93 14 1
                                    

"ibu! ibu!" keramaian di salah satu kota yang dikenal 'Kota Padat Penduduk' menyesakkan orang-orang yang berada didalam sana.

"sayang!!" jauh terus menjauh. Sang manusia yang sangat belia itu semakin jauh dari pandangan anak tercintanya.

"ibu! jangan tinggalkan aku..." ia terus mencari ke kanan dan ke kiri tapi hasilnya nihil. Ibunya yang sangat ia sayang sudah menghilang bagai arus yang membawa apa pun didalamnya.

Orang-orang yang berlalu lalang tidak mempedulikan anak yang satu ini. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Sama sekali satu orang pun yang peduli. Ia berlari kemana pun yang ia bisa.

"permisi pak, apakah bapak melihat ibu saya?" tanyanya kepada seorang lelaki yang hanya melihat orang-orang sibuk dengan dunia sendiri itu seraya isakan tangis kecilnya.

"maaf nak. Bapak tak lihat ibumu. Lagipula ibumu yang mana?" tanya Pria tua itu

"ia cantik, tinggi, memakai pakaian bagus dan rambutnya di sanggul" jelasnya.

"sekali lagi bapak tidak lihat, maaf ya" dengan hati-hati Pria tua itu menyatakan penyesalannya.

Gadis kecil itu mengangguk pelan. Lalu meninggalkan Pria tua tadi. Ia tidak tau kemana ia akan pergi sekarang, dengan kondisi tidak membawa dan memegang satu benda pun hanya membawa diri saja. Di kota sebesar ini, apakah ia akan seperti nasib anak-anak gelandangan di pinggir kota? atau ia terus menunggu ibunya datang menjemputnya? Ia tidak tau. Gadis polos semacamnya baru pertama kali menghadapi keadaan seperti ini.

***

Orang- orang semakin ramai memadati kota besar tersebut padahal waktu sudah dinyatakan malam hari. Gadis kecil itu terus berjalan menyusuri gedung-gedung tua yang sudah lama tak dipakai. Ibunya belum menjemput, tetapi ia masih berharap ibunya pasti akan menjemputnya. Ia tau bahwa Ibunya sangat sayang padanya, walaupun ia memiliki Kakak Perempuan yang usianya sedikit jauh darinya Ibunya juga sangat sayang keduanya.

Lapar, itu yang dirasakannya semenjak petang tadi. Ia melewati sebuah restoran sederhana yang terpampang besar isi ruangannya oleh kaca. Gadis kecil itu melihat banyak sekali makanan yang ia biasa makan bersama keluarganya. Tapi tidak malam ini.

Gadis itu melihat sebuah keluarga kecil tampak senang di restoran tersebut. Canda tawa, senyuman, keharmonisan persis apa yang selama ini di alaminya. Ia tersenyum tipis.

Wanita muda yang sedang berada di restoran tersebut menoleh ke arah Gadis kecil yang berada di luar sana. Ia memanggilnya dengan lambaian tangan. Gadis itu terperanjat kaget, keluarga yang dilihatnya sedari tadi menyadari bahwa ada orang yang memperhatikan mereka. Gadis itu menggeleng keras, ia tidak mau seperti anak-anak pengemis yang hanya meminta belas kasihan dari orang lain agar memenuhi kemauannya.

Wanita muda itu bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Gadis itu. "apakah kamu mau bergabung dengan kami gadis kecil?" katanya. Gadis itu mengangguk, ia sudah lapar sekali. Wanita itu tersenyum ramah. Ia membawa Gadis itu kedalam.

"hey... coba tebak Ibu membawa siapa?" tanya Wanita itu kepada keluarganya yang sedang asyik makan.

"hmm... dia siapa, sayang?" suaminya bertanya sambil memperhatikan detail Gadis kecil itu.

"sepertinya dia lapar maka aku bawa kesini" Wanita itu duduk di sebelah suaminya lalu mempersilahkan Gadis itu duduk di sebelah anaknya.

"hey sayang, kalau lagi makan jangan bermain ponsel!" Ibunya mengambil ponsel si empunya dengan kasar. Ia terkadang tidak suka melihat anaknya lebih dominan bermain ponsel daripada bermain layaknya anak lain di luar sana.

Dia cemberut. Ponselnya selalu diambil oleh ibunya dimana pun ia memainkannya. Padahal orang tuanya yang memberi ponsel tersebut, terkadang hidup memang tidak adil.

Gadis kecil itu tertawa kecil melihat anak laki-laki yang mungkin setara dengan usianya. Tingkahnya membuat ia teringat seperti kakaknya.

"jadi, nama mu siapa sayang?" Wanita itu memulai pembicaraan.

"Namaku Amy" suara mungilnya membuat Wanita itu tersenyum.

"bagaimana kau bisa disini? dimana orang tua mu?" kata Suaminya

"aku tidak tau. Tapi aku yakin Ibu akan menjemputku"

Hening.

"ukhm," Pria itu mendeham memecahkan keheningan. "usiamu berapa Amy?"

"6 tahun"

Hanya anggukan. Selang beberapa menit, keluarga itu hanyut dalam keheningan. "ini dia makanannya..." beruntung Pelayan datang. Pelayan memberikan makanan pesanan Amy. "terima kasih ya" kata Pria tersebut. Pelayan itu membalasnya dengan senyuman.

Akhirnya Amy mendapatkan apa yang ia inginkan seharian ini. Ia langsung melahap makanannya dengan semangat tak peduli Wanita yang mengajaknya tadi terkekeh pelan. Tak lupa ia berterima kasih pada keluarga baik hati itu.

"bagaimana kalau kamu tinggal sebentar di rumah kami?" tawar sang kepala keluarga itu.

Amy menolaknya dengan senyuman. "tidak perlu Paman. Ibuku pasti sedikit lagi datang"

"baiklah kalau begitu, hati-hati yaa!" seru mereka berdua.

"iya.." Amy menoleh pada anak laki-laki yang hanya diam tidak peduli, Sifatnya sangat dingin. Ia bahkan belum mendengarnya bicara. Apalagi ia tidak mengenalkan dirinya sendiri.

Kedua orang tuanya melambaikan tangan selamat tinggal. Amy membalasnya. Keluarga itu sudah tidak menampakan diri mereka lagi.

Apa yang dilakukan Amy sekarang?

Amy berjalan menuju teras gedung-gedung tua yang ia lewati tadi. Amy duduk disana sambil menunggu Ibunya menjemput. "Ibu... kapan Ibu menjemputku?" beberapa tetes air mata akhirnya keluar dari kedua mata kecilnya.

~~~

hey heyy heyy! thanks to reading my first fanfic. pertamanya emang agak aneh dan gak menunjukan tanda-tanda 5 manusia tampan itu :v tapi seiring berjalannya cerita ntar ada kok (lohh kok spoilerr!!) dan kata-katanya drama banget ya?

Don't forget to Vomment!!

JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang