1. Jared Shoemoker

13 2 5
                                    

Setelah kejadian itu aku tidak masuk selama tiga hari kemudian memutuskan untuk pindah sekolah ke pedalaman California dimana tidak ada seorang pun anak dari sekolahku dapat menemukanku secara sengaja maupun tidak. Lulus dengan predikat biasa saja, bekerja di perkoranan lalu hidup menyendiri dengan puluhan kucing yang menghabiskan 90% penghasilanku.

Maunya sih begitu tapi kenyataannya aku masih masuk besoknya. Cassandra hanya bersenandung seraya menjahit sweater yang kutahu tidak akan pernah dipakai adikku dan nyaris menusukku dengan jarum saat aku bilang ingin bolos hari ini.

Aku juga tidak benar - benar bermaksud saat aku mengatakan bolos hari ini. Inginnya benar namun tidak akan pernah kurealisasikan. Hari ini rabu yang berarti pratikum membelah kodok atau ikan atau tikus bisa jadi juga burung tergantung mood Mr. Lau, guru biologi yang rese namun sayangnya aku sangat menyukai caranya mengajar. Bangaimana mungkin kulewatkan.

Sebangai orang yang berencanaan kerja dalam dunia paramedis aku tidak akan melewatkan kesempatan ini. Sebenarnya aku bisa melakukan pratikum sendiri di rumah dengan pedoman YT tapi pengalaman terakhir menyebabkan Cassandra pingsan saat masuk kamarku, melihat usus tikus beliber di meja belajar tidak bisa ditampung mentalnya.

"Bangaimana suara Jared di telpon?"

Aku baru saja keluar dari mobil, baru menguncinya saat aku berbalik menemukan Hody dan Clara serta Nami di belakang mereka yang sibuk mengemut permen batangan dan mata yang tidak lepas dari layar ponselnya.

Aku sempat kaget sesaat sebelum tersenyum, melihat betapa bersemangatnya mereka membuat Shirley Si Jail yang terkubur dalam diriku keluar. Kukibaskan tanganku sambil berjalan melewati mereka dengan smirk yang mengundang tanya. Clara dan Hody segera menyusulku, mengsejajarkan langkah mereka dengan langkahku. Mereka mengikuti layaknya anak ayam yang tidak berhenti bercicit. Lucunya.

"Apa dia pakai lensa kontak?"

"Apa kalian video callingan? Dia pakai baju?"

"Please bilang ke aku kalau dia pakai lensa kontak."

Aku tidak mengubris. Kuhentikan langkahku di loker 23B, membukanya dengan kunci yang kuberi gantungan paus. Aku sibuk memasukkan buku paket biologi dan kamus bahasa belanda ke ransel. Mengakhiri dengan menyemprot parfum wangi campuran mint dan kayu manis yang selalu kusiapkan di loker beserta lipbalm dan liptink pink tua, bukan pekat tapi tua mengarah ke magenta, merk korea yang lagi kugila - gilai.

"Kamu diajak ke rumahnya pekan ini?"

Aku masih membisu dengan senyum penuh makna.

"Oke. Jawab satu hal saja. Dia pakai lensa kontak, kan?"

Clara selalu iri dengan orang - orang yang memiliki mata hijau. Menurut dia mata hijau itu seperti telaga yang memantulkan segala kecintaan. Yang walaupun pemiliknya jelek sekalipun mata hijau itu akan membuat kalian melirik untuk kedua kalinya dan sejauh ini, Jaredlah yang memiliki mata hijau terindah menurut kami.

Sesampainya di depan kelas bahasa belanda, sebelum masuk aku berbalik. Menyadar di sisi pintu.

"Kalian mau ikut?" aku merujuk ke kelas bahasa belanda yang tidak satu pun dari mereka mengambilnya.

Hody yang menyerah dengan kemampuan bahasanya, dia sangat bersyukur lahir di negara dengan bahasa yang dipakai sebagai bahasa internasional itu menggeleng. Clara yang mempunyai kemiripan, dia sedikit bisa bahasa jerman namun hanya kata dasar yang semua orang tahu seperti 'halo' dan 'terima kasih', didorong rasa penasaran yang besar mengangguk diikuti langkah maju yang percaya diri seketika cardigan merah marunnya ditarik Hody.

"Ini belum berakhir." Hody memperingati.

"Kafetaria." Clara memperjelas.

Aku hanya mengedik bahu masih dengan senyum penuh makna lainnya kemudian menghilang di balik pintu. Wah. Terasa menyenangkan sekali menggoda teman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

0%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang