TERRA Pradana Tedjawidjaja baru saja akan mengangkat telepon dari kekasihnya, Feminda Soetopo dan mencari tempat yang lebih sunyi untuk bicara kepadanya.
Malam ini ia menghadiri pesta pernikahan pasangan Garen dan Farrahia Darmandira. Ia di undang karena Garen adalah salah satu rekan bisnisnya juga rekan bisnis ayahnya.
Ia juga melihat Giga, kakaknya datang bersama Almira istrinya. Jadi tidak ada alasan baginya untuk tidak hadir di acara ini untuk menghormati rekan bisnis.
"Hallo, Feminda? Sorry aku mau cari tempat yang lebih sepi."
"Sayang, aku gak punya banyak waktu. Lima menit lagi aku ada take, aku cuma mau bilang kalau jangan pulang terlalu malam, ngerti?"
"Apa? Aku gak dengar." Jawab Terra karena kebisingan ballroom ini membuat suara Feminda tidak terdengar.
Saat ia sibuk berjalan, tiba-tiba saja seseorang mencengkram jasnya dan sesaat kemudian sudah memuntahkan isi perutnya ke dadanya. Membuat Terra langsung melupakan Feminda di ujung sana.
"Ups.. sepertinya aku muntah." Gumam wanita yang berani-beraninya mengotori jas mahalnya.
Sekarang beberapa orang mulai memperhatikan mereka.
"Oh my God! Itu kan Terra Tedjawidjaja, enggak salah gue ngikut bonyok ke sini.."
"Gila yang ganteng selalu dapat yang cantik ya. Itu Afiya Darmandira kan?"
"Tuhan gak adil!"
Terra menarik napasnya untuk meredam kekesalannya.
"Hei, bisa lepaskan jas saya?"
Wanita yang memuntahinya mengerutkan alisnya dan menatapnya. Membuat Terra membelalakkan matanya.
Dia adalah dokter payah yang menangani neneknya. Untuk apa dia datang ke sini? Dan bagaimana bisa seorang dokter terlihat mabuk?
"Kayaknya aku beneran sudah mulai gak waras. Kenapa dinding bisa bicara?" Gumamnya lagi.
"Aduh gak kuat gue lihat Afiya Darmandira pegangin dada doi.."
Terra dapat mendengar bisikan itu dan sedikit terkejut. Dia putri keluarga Darmandira?
"Bisa lepaskan jas saya?" Ulang Terra namun sebelum wanita itu menjawab, Afiya sudah terhuyung ke depan dan tidak bergerak lagi, membuat tangannya otomatis melingkar di pinggang Afiya, agar wanita itu tidak jatuh.
Terra kembali menahan kekesalannya. Sekarang ia harus mengurus wanita mabuk.
Teriakan terdengar di antara orang yang menonton mereka. Sepertinya tidak menyadari jika Afiya tengah pingsan karena mabuk.
Terra sangat ingin mendorong tubuh wanita ini dan meninggalkannya. Namun ia tidak bisa melakukan itu. Tidak saat semua orang kini tengah menatap mereka dari jauh.
Ia menghela napas sekali lagi. Jika saja ia tidak tahu kalau wanita ini adalah putri dari keluarga Darmandira yang merupakan rekan bisnisnya, ia akan melemparkannya dengan mudah.
Demi kehormatannya pada rekan bisnis, akhirnya Terra merangkul Afiya dan berusaha membawanya keluar dari sini.
"Hei, bangun!" Bisik Terra yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya.
Sekarang apa yang harus ia lakukan?
"Bisa tunjukkan saya kamar?" Tanya Terra pada seseorang yang ia yakin bekerja di hotel ini.
Orang itu menatapnya bingung.
"Saya tanya apakah saya bisa mendapatkan kamar?" Ulang Terra yang sudah menaikkan nada bicaranya.
Lelaki itu mengangguk dan membawanya masuk ke sebuah lift.
Hanya ada mereka berdua dan di tambah Afiya yang tengah tidak sadar di rangkulannya. Lelaki yang membawanya menuju ke lantai atas itu hanya memandanginya dengan tatapan curiga bercampur takut.
Terra tahu apa yang sedang lelaki itu pikirkan. "Apa anda kira saya akan melakukan tindakan asusila?"
Lelaki itu terlonjak kaget dan tidak menatapnya lagi.
"Ini, tuan kamarnya." Ucap lelaki itu sambil membuka pintu kamar.
Tanpa mengucapkan terimakasih, Terra langsung membawa Afiya masuk ke dalam dan tanpa ia sadari, pelayan itu mengunci mereka.
Pelayan itu tahu bahwa wanita yang Terra bawa adalah Afiya Darmandira, adik ipar dari Allen Suryandri pemilik hotel ini, tempatnya bekerja. Ia berasumsi jika Terra akan melakukan tindakan tercela dan ia akan melaporkan kepada bosnya.
***Terra meletakkan tubuh Afiya ke atas kasur dan menatap wajah wanita itu untuk sesaat. Ia amat kesal dengan wanita ini lalu setelah itu menatap bajunya. Sepertinya ia akan segera pulang sekarang karena jasnya penuh dengan muntah.
Terra melangkahkan kakinya untuk keluar namun segera mengerutkan alisnya saat mengetahui jika pintu itu sudah di kunci.
"Permisi? Bisa buka pintunya?" Teriak Terra sambil memukul pintu itu.
Setelah beberapa lama menunggu, ia yakin kalau dirinya sudah di kurung bersama wanita menyebalkan yang sekarang tengah pingsan itu.
Ia mengerang frustasi. Sekarang bagaimana? Ia tidak bisa memakai baju bekas muntah ini.
"Wanita sialan!" Teriaknya lalu membuka jas dan kemejanya. Bahkan muntah itu sudah merembes ke kemejanya.
Ia meletakkan jas dan kemejanya ke sembarang tempat dan duduk di sofa yang ada di kamar itu.
Sekarang bagaimana?
Sekali lagi ia mengerang frustasi.
"Hmm.."
Terra menatap Afiya yang sekarang tengah bergerak-gerak gelisah. Ia berdiri dan berniat untuk memarahinya. Terserah jika ia dianggap tidak waras karena bicara dengan orang yang mabuk.
"Hei, bangun!"
"Hmm.. kenapa disini panas?" Gumam Afiya yang masih menutup matanya.
Lalu dengan gerakan cepat, Afiya membuka satu persatu kancing gaunnya dan melepaskannya dari tubuhnya. Membuat Terra memelototkan matanya.
Sekarang ia di hadapkan dengan seorang wanita yang nyaris tanpa busana—hanya memakai lingerie tipis berwarna hitam yang hampir menampakkan setiap lekuk tubuhnya.
Ia adalah seorang lelaki dan mengakui jika wanita di hadapannya ini sangat cantik dan tubuhnya sangat menggoda dengan lingerie hitam sialan itu. Di tambah lagi dengan high heels yang masih ia kenakan, membuat kaki jenjangnya terlihat makin menarik.
Beberapa kali Terra mengingatkan dirinya bahwa ia sama sekali bukan penjahat kelamin yang menggauli orang tidak sadar.
"Ini lebih baik." Gumam Afiya lagi. Tanpa tahu bahwa ada orang lain yang sedang berusaha menahan diri karena pemandangan yang ia suguhkan.
*Bersambung*
![](https://img.wattpad.com/cover/168421907-288-k183690.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TERRAFIYA'S CHOICE (OPEN PO)
Romance#1 for Adult on January 11 2019 #2 for romance on March 26 2019 SEHARUSNYA Afiya tidak boleh mabuk di malam pesta ulang tahun pernikahan orangtuanya, Garren Darmandira dan Farrahia Darmandira yang diadakan di ballroom Four Seasons Hotel milik Allen...