I. PEREMPUAN KECIL

90 10 2
                                    


     Aku lahir di awal bulan juni diabad 20. Anak perempuan yang sedang mengukir mimpi-mimpinya diatas dunia imajinasi.Sejak kecil aku tak merasa bahwa aku harus dituntut semua bisa.Menjalani kehidupan dimasa kanak-kanak pada umumnya.Aku memulai pendidikan di TK dekat aku tinggal yang berlangsung 2 tahun lamanya.Disini aku banyak menemukan teman,permainan juga guru-guru yang menyenangkan.Dan saat masa ini aku tak ditemani oleh ibuku tapi dengan nenekku,ibu dari ibuku.Kenapa?jawabannya adalah ibu menjaga adik aku yang masih kecil."Nak,ini sarapan dulu" kata ibu yang sembari menyiapkan tas sekolah.Aku menyantap makan pagi dengan susu putih hangat ditambah nasi goreng buatan ibu.Masakan seorang ibu seolah selalu enak dilidah anak-anaknya.Setelah itu nenek mengantarku kesekolah menggunakan ciptaan tuhan,yaitu kaki hehehe.Yaps,aku dan nenek setiap hari pergi kesekolah dengan berjalan kaki ya kira-kira 5-7 km barangkali.Ayah tak punya motor,berangkat kerja saja dia juga jalan kaki melewati sawah dan sungai karena tempatnya diseberang kampung.Hebat kan?ayah kerja sebagai buruh harian lepas.Menjadi penjahit baju yang kadang dirumah juga dikantor hehe kantor jahit maksudku.Penghasilan ayah hanya harian dan keluargaku masih menumpang dirumah nenek.O iya aku punya adik perempuan yang diberi nama Zhiva,perbedaan usia kita 4 tahun.

      Singkat cerita,aku masuk sekolah dasar.Aku mulai diperkenalkan dunia persaingan dalam kelas.Dari mulai rangking 3 sampai 2 telah kuraih,Sayangnya belum pernah mendapat nomor 1.Aku juga sembari masuk sekolah madrasah pada kelas 3 SD.Di madrasah aku menjuarai lomba cerdas cermat.Rank yang aku dapat rata-rata 1.Disamping itu semua ayah dan ibu tidak menuntut lebih dari yang aku raih.Lucunya,pada beberapa kesempatan kenaikan kelas mungkin orang tua lain memberi gift pada anaknya sebagai apresiasi atas prestasi anaknya.Sedangkan waktu itu aku meminta gift tersebut pada ayah karena kufikir aku yang dapat nomor 1 kok tidak diberi gift.Akhirnya ayah memberi aku uang senilai Rp.2000,- sebagai apresiasi yang aku raih.Bukan kepalang sedih malah aku senang mendapat sebuah apresiasi yang menurutku tidak melihat nilai mata uang tersebut.Dan dikesempatan yang lain setelah aku pulang sekolah,ayah membelikan aku sepeda berwarna biru dan terdapat keranjang abu.Tidak baru tapi aku bahagia punya sepeda yang nantinya bisa digunakan untuk kesekolah

    Di usiaku yang menginjak 10 tahun,keluarga kami bertambah satu.Ya aku punya adik lagi dan perempuan lagi hehe.Zhiya,sungguh menggemaskan.Tiga perempuan bersaudara itu yang aku katakana pada prolog tadi.Zhiva,Zhiya dan aku (Zhira).Di usia ini juga Zhiva berada disekolah dasar.Dia tidak menduduki taman kanak-kanak karena melihat kondisi ekonomi keluarga yang sedang tidak memungkinkan.

   Usaha ayah meningkat,ia bisa menyewa ruko untuk bisa membuka toko jahitannya.Setiap hari aku,Zhiva dan ibu yang menggendong Zhiya pergi ke toko ayah untuk mengantarkan makan siang dan bermain disana.Lumayan dekat diseberang jalan.Tahun ke tahun seperti ini sederhana tapi bisa membuat rasa syukur yang berlebih.

  Pada suatu ketika ayah memutuskan untuk pindah ke rumah ibu ayah.Perasaanku sangat sedih karena sudah tidak bisa lagi bermain dengan teman-teman dan harus meninggalkan kampung kelahiranku.Ayah menunggu aku lulus SD dan mendaftarkan aku sekolah disana.Yang tidak aku tau sama sekali lokasinya.Ayah sudah memiliki motor jadi kita sering berpergian tanpa harus jalan kaki.Sebelum dan sesudah ayah punya motor aku selalu diajaknya ke tempat-tempat yang baru aku temui.Di pasar,rumah sakit,rumah teman-temannya yang sering sekali mengenalkan aku dengan begitu banggaJ.

   Karena tes masuk sekolah SMP pada bulan puasa,ayah telat bangun pagi untuk mengantarkan aku.Akhirnya aku telat masuk ruangan tes dan kena semprot pengawas.Yang bikin aku menyesal alat tulis ku tidak aku siapkan,semuanya belum kuserut.Padahal yang lain sudah mulai mengerjakan tes tulisnya.Aku diam karena aku juga bingung bagaimana aku mengisi kertas ini.Terlihat pengawas mulai menghampiriku dengan tatapan menyeramkan.Lagi-lagi aku kena semprot dan ada yang meminjamkan serutan kepadaku.Selepas itu aku mulai fokus mengerjakan dengan soal-soal yang sudah aku pelajari saat UN.Bel berbunyi menandakan waktu habis untuk mengerjakan tes.Aku keluar ruangan dengan wajah polos.Aku tidak tau kemana arah pulang.Ayahku sepertinya sudah pulang.Aku mengikuti yang lain berjalan dan langit sedang menampakan teriknya matahari yang membuatku haus sekali sedangkan buka puasa masih lama.

   Aku perlahan mengingat rumah ambu(ibu dari ayah) dan akhirnya aku bertemu ayah yang sedang tidur dilantai.Agak kesal tapi melihat ayah sepertinya ia letih.Hari dimana pengumumanpun aku dinyatakan lolos tes.Sepertinya tidak sulit bagiku,sebelum itu aku meraih nilai UN SD tertinggi nomor urut kedua beda selisih 1,5 dengan yang pertama hehe.

Tapi Aku PerempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang