Jeonghan

18 2 5
                                    


Lagi-lagi aku terbangun tepat jam 2 dini hari.

Sudah seminggu terakhir aku selalu terbangun dini hari. Dan aku tidak bisa tidur lagi hingga pagi hari. Menyebabkan mataku terlihat menyedihkan.

Aku tidak tau apa penyebabnya, tapi selama hari-hari itu Jeonghan, kekasihku, sedang pergi ke Jeju karena pertemuan dengan mitra perusahaan.

***

"Kau sudah tidak tidur berapa lama?" Tanya Seungcheol ketika berpapasan denganku di lift. Seungcheol ini teman dekatku dan Jeonghan. Dan dia yang mendapat tugas dari Jeonghan untuk menjagaku saat dia pergi.

Aku menatap kaca pada dinding lift, "Aku selalu bangun jam 2 dan tidak bisa tidur setelahnya."

Seungcheol menahan tawanya, "Karena kesepian?"

"Tidak."

"Akan kukatakan pada Jeonghan kalau kau rindu padanya. Dia pulang besok kan?"

"Tidak perlu, Cheol, aku akan mengatakannya sendiri," aku berhenti pada meja kerjaku, "dan ya, dia pulang besok."

Aku mulai fokus pada pekerjaanku sampai sebuah notifikasi membuat handphoneku berbunyi.

Joshua
Aku sampai di bandara nanti sore, mungkin jam 3 11.53
Jemput aku ya 11.53

Ah iya, aku lupa kalau sepupuku yang dari LA itu akan mampir ke rumah setelah pekerjaannya di Jeju selesai.

Me
Pulang sendiri naik shelter bus, nanti kujemput di halte dekat rumah 11.58 read
Masih ingat kan? 11.59 read

Joshua
Aku bawa banyak oleh-oleh untuk kalian 12.03
Ada kepiting Boos restoran, katanya paling enak di Jeju 12.03
Dan aku sudah lupa jalan pulang ke rumah kalian 12.03
Jadi jemput aku 12.04

Wah kepiting Boos restoran adalah kepiting terenak yang pernah ada.

Me
Merepotkan 12.06 read
Okay, jam 3 kan? 12.06 read

***

Jam di meja kerjaku menunjukkan pukul 2 siang. Joshua bilang kalau dia sudah terbang sejak setengah jam lalu. Itu artinya dia akan tiba kurang lebih 30 menit lagi.

Aku membereskan meja kerjaku tepat ketika Seungcheol melihatku, "Mau kemana?"

"Bandara. Sepupuku pulang sore ini dan dia minta dijemput," aku menatap Seungcheol yang tampaknya sedang kaget, "tenang, pekerjaanku sudah selesai. Aku pergi dulu, Cheol. Bye."

Selama perjalanan menuju bandara, aku mencoba menghubungi Jeonghan yang sejak tadi pagi tidak bisa dihubungi. Aku tidak berpikiran kalau Jeonghan kenapa-napa karena dia punya kebiasaan mematikan handphone nya ketika bekerja.

Me
Besok penerbangan jam berapa? 7.06
Biar aku yang menjemputmu 7.06

Me
Sudah mulai bekerja? 8.23
Semangat untuk hari ini! 8.23

Me
Jangan lupa makan siang, okay? 14.42

Apa dia tidak menyempatkan istirahat dan membuka handphone nya sebentar? Tidak ada satu pun chatku yang dibalasnya.

Setibanya di bandara, aku segera menuju terminal kedatangan dan mencari Joshua yang seharusnya sudah selesai dengan bagasinya.

"Josh!" aku melambaikan tangan ketika melihat Joshua keluar dari pintu kedatangan.

Dia tersenyum dan menghampiriku. Tak lupa mengacak rambutku tiap kali bertemu, "Haish! Jangan buat rambutku berantakan!"

Dan dia menaikkan level tersenyum menjadi tertawa terbahak. Usil sekali memang.

"Lama sekali. Ayo pulang." Joshua merangkul pundakku, memutar tubuhku ke arah luar area kedatangan.

Langkahku terhenti. Mataku melebar kaget.

"Jeong... Han?"

Iya, dia berdiri tepat didepanku saat ini.

Matanya tak kalah kaget denganku.

"Kenapa berhenti? Ayo pulang, aku rindu kasurmu." Suara Joshua menginterupsi.

Aku yakin Jeonghan salah paham. Buktinya dia langsung pergi tanpa berusaha bertanya padaku.

Tanpa memperdulikan teriakan Joshua, aku mengejar Jeonghan yang makin lama makin cepat langkahnya.

TIIN

Aku yang awalnya berlari mengejar Jeonghan tiba-tiba berhenti karena suara klakson mobil. Baru sadar kalau sedang menyebrang dengan tidak aman.

Jeonghan menarikku ke tepi dengan kasar. "Kenapa tidak hati-hati?"

"Karena kau lari," Aku menatapnya yang juga menatapku tajam, "kalau kau bertanya padaku, aku tidak akan berlari dan berakhir menyebrang sembarangan."

"Aku sepupunya. Kau tenang saja." Tiba-tiba Joshua datang menginterupsi-lagi. Membuat kami mengalihkan pandangan padanya. Membuat raut Jeonghan menjadi tenang.

"Makanya jangan salah sangka dulu." Aku mencibir Jeonghan.

"Makanya jangan terlalu cantik. Aku jadi tidak tenang kalau meninggalkanmu." Balas Jeonghan.

Kami menoleh-lagi-pada Joshua dan tertawa karena suaranya, "Ah, kenapa aku melihat drama sore hari."

⭐️⭐️⭐️

Ini based on my dream dengan beberapa perubahan, jadinya absurd gini ehe

Seventeen ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang