Malam hari dilalui dengan kecanggungan sepihak. Makan malam memang menggugah selera, sangat. Namun jika tata cara makan tiba-tiba diubah, mungkin akan terbentuk suatu simbiosis. Mutualisme, parasitisme, dan komensalisme.
Dalam kasus malam ini, terbentuk suatu simbiosis parasitisme. Sang dominan kegirangan sendiri saat melihat rona merah menjalar sampai ke telinga sang submisive. Posisi ambigu ini membuat sang submisive berusaha berkali-kali lipat menetralkan detak jantungnya.
"Ayo buka mulutmu..! Aaa...." Perintah Eren.
"Aku bisa makan sendiri!" Rivaille mulai merajuk. Tangan terlipat di dada, pipi digembungkan, alis lumayan tebalnya menekuk menjadi satu. Belum lagi dari tadi, dia harus duduk di paha Eren. Dia nggak suka.
Eren terkekeh. Sendok diletakkan di piring kembali. Kedua tangannya melingkari perut ramping Rivaille lalu mengecup pipinya lama. "Aku benar-benar mencintaimu, Rivaille. Jangan marah ya." Ucapnya lembut sembari mengelus pipi tirus Rivaille.
Rivaille luluh seketika. Tangan kanannya digunakan umtuk menggenggam tangan Eren di pipinya. Menyingkirkannya lembut. "Eren, aku masih belum bisa mengerti perasaanku. Aku tidak ingin memberimu harapan palsu jika kau bersikeras menjadikanku kekasihku. Tolong mengertilah!"
"Tidak. Aku akan menunggumu, pasti." Ujar Eren sambil membenamkan wajahnya di ceruk leher Rivaille. Menghirup wangi alami Rivaille.
Ah! Simbosis parasitisme berubah menjadi simbiosis mutualisme.
Rivaille sendiri tidak memberontak, karena sebenarnya dia juga mencintai Eren, namun ia belum siap membangun hubungan semu tanpa adanya pengucapan janji sehidup semati. Kata ibunya, dia dilarang memiliki kekasih diluar hubungan yang disahkan oleh agama. Mengingat hal tersebut, ia jadi merindukan ibunya. Malaikatnya itu sudah pergi saat dia masuk Junior High School.
"Eren. Ayo makan."
Ah, perintah dan permintaan istri itu jangan ditolak, nanti dia marah. "Dari tadi aku yang menyuapimu, Rivaille. Sekarang gantian!"
Ucapan suami juga jangan dibantah. Maka dari itu, dengan tangan tremor, Rivaille mengambil sendok dan menyuapi. Namun diluar dugaan, karena tangannya tremor, makanan dalam sendok malah tumpah diatas pakaian mereka berdua. Rivaille cepat-cepat bangkit dan berlari ke dapur, mengambil lap bersih dan kembali lagi. Lap bersih namun basah tersebut digunakan untuk mengambil makanan yang terjatuh di pakaian Eren.
"Eren... Aku tidak sengaja. Maafkan aku." Sesal Rivaille sembari mengusap bekas tumpahan kuah pada pakaian Eren.
Eren tersenyum lembut. Dia genggam lap basah tersebut lalu meletakkannya di meja makan. Tangannya digunakan untuk melepas baju kotornya. Baju tergeletak di lantai, sekarang tangannya bekerja menarik pinggang Rivaille mendekat. Masih sambil duduk, Eren juga melepas pakaian Rivaille. Tadi Eren menyuruh Rivaille untuk menginap, jadi dia meminjamkan pakaiannya yang kekecilan kepada Rivaille.
Rivaille terpaku ketika Eren selesai melepas pakaiannya. Sekarang dia hanya memakai celana dalam. Dia tidak memakai celana santai tadi, pakaian Eren yang kekecilan ternyata sangat besar untuknya, sampai menutupi pahanya.
Eren mendengus, melihat celana dalam abu-abu miliknya yang tidak pernah dipakai karena kekecilan, terpasang apik di area privasi Rivaille.
Rivaille tersadar lalu memungut pakaian yang tadi dipakainya dan melilitkannya diluar celana dalam pemberian Eren. Wajahnya merah luar biasa.
"Eren, kau berniat menggodaku, heh?" Nada kesal terdengar di telinga Eren.
"Tidak. Kecuali kalau kau mau." Kali ini Eren benar-benar menggodanya. Rivaille memalingkan wajahmya. Kesal dan malu menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Fanfiction"Aku bersamamu. Kau tidak sendiri." ~Eren Yaeger "Jangan lepaskan dekapanmu! Aku menginginkanmu!" ~Rivaille Ackerman Kematian sang kakak dimasa lalu membuatnya tidak ingin bergaul dengan siapa pun. Namun seseorang datang dan menerima dirinya sebagai...