Chapter 3

318K 4.7K 311
                                    

Tragedi soal dare mengajak nikah yang diterima sudah mencengangkan, ditambah fakta jika Pak Abra diam-diam suka bahkan ngerinya memakai foto Raihana di wallpaper ponselnya. Ini gila dan ngeri, seriusan begitu?!

"Bohong banget lo! Lo kan tukang tipu! Cih!" Sang pemberi dare hanya menggedikan bahu. "Tuh, nipu, lo emang pada dasarnya pengen ngerjain gue! Argh, gue bakalan bikin perhitungan nanti! Liat aja!"

"Ya terserah aja mau lo percaya atau percaya, gue gak peduli, tapi hati-hati aja kalau beneran, orang cupu kek Pak Abra biasanya ...." Dia bergedik ngeri.

"Hih elo!" Raihana siap melancarkan bogeman mentah, andai tak ditahan yang lain. "Awas aja lo!"

Senyum si pemberi dare penuh kemenangan.

"Ya udah sih, lo tau kan dia gimana, ayo lanjut aja main kali aja beruntung." Teman ikalnya berbisik.

"Awas aja kalau enggak ...." Dan berikutnya pun, Raihana memutar botol dengan ragam perhitungan, bukan sembarangan.

Senyum Raihana merekah lebar.

"Gak gak gak! Lo curang!" teriak si pemberi dare tadi ketakutan karena ujung botol ke arahnya.

"Curang? Coba lo ngomong sama diri sendiri dan temen lo yang bantuin lo muterin." Senyum Raihana mengembang bak iblis. "Siap-siap lo!"

Raihana akhirnya puas mengerjai balik dengan dare membacakan puisi cinta ke satpam sekolah. Siapa sangka, satpam gemuk itu menerima hingga sang gadis SMA lari terbirit-birit pulang. Hal tersebut mau tak mau membuat acara Dare or Dare mereka terpaksa ditunda besok.

Raihana tertawa puas bersama temannya menyusuri lorong tanpa beban, terlebih sambil melihat video memalukan tersebut, sampai seseorang menyeletuk.

"Raihana!"

Suara itu ... mereka mengenalnya!

Spontan, keduanya menoleh. "Besok, saya akan menemui orang tua kamu."

"Pa-Pak Abra ...." Benar, itu pria berkacamata culun dengan gigi agak majunya.

Tiba-tiba, terbayang ucapan Pak Abra soal melamarnya, apalagi ditimpal dengan ucapan si pemberi dare kampret itu ... Raihana menggeleng, bukan, bukan itu. Jelas, Pak Abra tengah melakukan pengancaman, wajah datar sok keren tersebut mengatakan semua.

"Pak, ja-jangan, Pak. Saya mohon maaf atas kenakalan saya, tapi itu bukan kesalahan saya aja, Pak, tapi si Nadia genit itu, Pak!" kata Raihana membela diri.

"Apa pun itu, bersiaplah untuk esok." Perkataan tersebut diikuti dengan tatapan dingin tak ada ganggu gugat.

"Ta-tapi, Pak--" Pak Abra langsung berlalu tanpa kecuali. "Eh, Pak! Pak! Ish, dasar!"

"Jadi, seriusan Pak Abra bakalan lamar elo?"

"Ah, lo kenapa bilang gitu, sih!"

"Aduh!" Raihana membuat temannya mengaduh karena ditampar di lengan cukup keras. "Sakit woi!"

"Lo juga gak pahaman, dia itu bermaksud mau aduin kenakalan gue sama ortu gue! Gara-gara kalian semua ini nih! Aduuuh, gimana nih? Bonyok gue pasti marah besar, argh!"

"Seriusan gitu? Bukan soal lamaran?"

"Bukanlah! Lo gila, ya?! Lo percaya ucapan Nadia si centil itu?!" Temannya terdiam.

"Jaga-jaga aja!"

"Ish elo!"

"Kalau iya cuman ngaduin elo, gak usah diambil pusing lah, dia kan bukan guru tetap, bisa apa? Gak akan kenapa-kenapa nilai lo, serius!" Raihana tak lega akan perkataan tersebut. "Lebai banget, sih. Udah gue bilang gak akan kenapa-kenapa!"

"Kalau gue ampe kenapa-kenapa, lo kudu jajanin gue, karena ortu gue gak akan ngasih gue jajan seumur hidup!" Raihana menunjuk wajah temannya.

"Astaga, jahat amat kek anak tiri aja. Udah ah gak usah lebai!"

"Gak bisa, janji dulu!"

Teman Raihana berdecak. "Iya iya, oke."

"Bagus, sekarang traktir gue!"

"Heh, asem! Kan uang jajan lo belum diputus! Masa minta traktiran sih?! Ogah!"

"Heh, ini tuh asuransi kesehatan mental gue yang kalian bikin malu hari ini! Cepetan!"

"Ck, ya udah iya."

Raihana tersenyum puas. "Gitu, dong."

Cerita ini cerita spesial yang tersedia di KARYAKARSA: anurie

Silakan mampir, murah meriah saja ;)

PAK ... NIKAH YUK! [B.U. Series - A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang