Chapter 5 -

242K 3.7K 83
                                    

Raihana mau tak mau mengikuti keinginan sang ibu untuk mempercantik diri, tetapi soal make up dia abai, toh dia cantik alami tanpa harus tampil feminin. Jadi, setelah dirasa memakai pakaian terbaiknya, Raihana pun turun.

"Haduh, Raihana! Kamu gak ada baju cewek apa?!" kata sang mamah geleng-geleng miris. "Ganti baju kamu cepetan!"

"Ah, Mamah, biarin kenapa sih? Aku gak nyaman baju yang lain, lagian ini baju sopan, dan yang dilamar kan si tua bangka itu. Mah, ada makanan gak? Aku laper nih."

"Raihana--"

"Mamah, aku pulang!" Seorang wanita berpakaian modis dengan semringah masuk rumah.

"Eh, anak Mamah sayang!" Raihana memutar bola jengah akan dua wanita tersebut, mereka saling mendekat. "Kamu siap-siap pakaian cantik!"

"Jadi serius, Mah, atasan Papah pengen jodohin anaknya sama anak Papah?"

"Iya, kan kamu tahu Papah karyawan teladan, jadi ...."

Raihana mengabaikan percakapan itu dan menuju dapur, siapa sangka ada seorang pria dewasa di sana. "Pagi, Pah."

"Hm." Hanya gumaman jawabannya, bahkan terkesan enggan, hingga Raihana hanya bisa menghela napas dan kemudian duduk di kursi, mulai makan dengan lahap.

"Atasan Papah serta keluarga datang nanti, seharusnya kamu jangan malu-maluin, cepat ganti pakaian kamu sebelum terlambat," celetuk sang ayah, padahal belum Raihana memasukkan makanan ke mulutnya. "Kamu sudah terlalu banyak membuat malu, dasar bebal!"

"Iya, Pah, iya." Raihana menjawab seadanya, tak mau memperpanjang masalah. Dia memilih makan meski rasanya tak enak.

Setelah itu, dia melangkah naik ke kamarnya lagi di atas, bertepatan itu seorang wanita cantik keluar dari pintu di ruangan sampingnya.

"Eh, Rai, gimana penampilan Kakak? Cantik gak?"

"Iya, cantik, Kakak kan emang cantik mau gimana pun penampilannya." Dan dalam hati, Raihana amat iri dengan wanita tersebut, dia sudah cantik, tinggi semampai rambut panjang tergerai dan kulit putih bersih, otaknya encer pula, berbeda dengan Raihana. Beda jauh.

"Kamu juga, dong, pake pakaian yang feminin! Sini, biar Kakak bantu!"

"Gak usah, entar tamu calon suami Kakak dateng, malah repot, aku lagi yang kena omel Mamah Papah." Raihana masuk ke kamarnya.

"Jangan lupa pake skincare, Dek! Biar putih!" Raihana mendengkus, dia tahu itu ejekan, tetapi Raihana hanya bisa menghela napas karena memang kenyataannya, kulitnya tak seputih kakaknya.

Namun, dia cantik ....

Terserahlah.

Raihana mengganti pakaiannya menjadi pakaian perempuan, atau lebih tepat unisex, sweater abu-abu dan celana jeans bergambar boneka. Dirasa cukup feminin, barulah dia turun, siapa sangka ternyata sudah ada tamu di ruang tamu, duduk di sofa. Raihan agak kaget karena keberadaannya membuat sosok pria dan wanita dewasa itu, menatap dengan agak syok.

Aneh ....

Dia atasan ayahnya kan?

Dan lalu, pria tampan beralis tebal, rahang tegas, dan rambut rapi berjas bersama tubuh tegap itu, oh calon suami sang kakak.

"Nah, dan ini anak kedua saya, namanya Raihana, Pak, Bu. Sini, Raihana," kata sang ayah lembut, Raihana hanya menghela napas melihat ayahnya bersikap demikian ... pastilah karena ada atasan ayahnya.

Raihana pun duduk agak berjauhan dari keluarganya, di samping sang ibu. "Dari mana saja kamu, Raihana? Dasar anak enggak sopan!" bisik sang ibu kesal.

"Aku disuruh Papah ganti baju, Mah. Nih liat bajuku."

"Ck, baju jelek lagi! Kapan kamu becus, sih?" Raihana memutar bola mata malas karena hal tersebut.

Ia lalu menatap atasan ayahnya serta putranya di hadapan mereka, tersenyum sesopan mungkin walau enggan. Orang tua Raihana tampak gugup, dan sang kakak yang sudah modis terus malu-malu.

"Oh, benar, tak perlu berbasa-basi lagi, jadi sesuai ungkapan saya, saya ingin melamar anak Bapak, untuk anak saya, Abraham Taamir."

Abraham Taamir? Namanya tidak asing.

"Iya, saya bersedia!"

Cerita ini cerita spesial yang tersedia di KARYAKARSA: anurie

Silakan mampir, murah meriah saja ;)

PAK ... NIKAH YUK! [B.U. Series - A]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang