Hancur

1.2K 44 1
                                    

1 tahun yang lalu.
.
.
.
"Jadi kamu lebih pilih dia, atau aku?"

Pemuda blonde itu nampak kebingungan. Dia terus menatap layar handphone sambil berdecak kesal.
Jari-jarinya tampak kaku untuk menyentuh layar handphonennya itu.
Perlahan, pemuda itu mulai mengetik sesuatu di handphonennya.

"Dengar, Sasuke. Kita selamanya nggak bisa bersatu. Jadi gua nggak mungkin terus-terusan lanjutin hubungan ini dengan serius. Maaf, gua pilih Hinata, kekasih gua. Sekali lagi, sorry".

Tampak dari kejauhan, seorang pemuda raven menahan amarah. Ia tak habis pikir. Orang yang ia sayangin, bahkan yang ia cintai pun, tega meninggalkannya karena alasan yang menyakitkan. Memang, hubungan sesama jenis itu dilarang. Tapi namanya cinta itu kadang tak memandang apapun. Cinta itu buta. Tak perlu memandang fisik seseorang, umur, bahkan gender. Jika memang sudah jatuh cinta, hubungan yang terlarang pun akan muncul.

Pemuda raven itu emosi. Seketika ia mengetik kalimat yang sekiranya membuat ia merasa lebih tenang untuk melepaskan sang pujaan hati.

"Ok, kalau begitu.. semoga kamu BAHAGIA dan LANGGENG sama pacarmu itu"

Setelah mengetik kalimat itu, pemuda berparas tampan ini menangis. Dia sudah sakit hati dengan perbuatan pemuda yang telah ia cintai.

"Semoga kau bahagia, Naruto". Gumamnya sambil meneteskan air mata.

Pemuda blonde yang tak lain adalah kekasih pemuda raven itu hanya bisa mengerutkan dahinya. Dia memijit sejenak kepalanya yang terasa pusing.

"Maafkan aku, Sasuke". Ujar pemuda blonde itu dengan raut muka penyeselan.

Kekasih pemuda blonde ini mendekati pasangannya yang terlihat bingung.

"Naruto, kamu sedang mikirin apa?". Ujar gadis itu sambil memijit pundak sang pemuda blonde yang bernama Naruto.

"Haa~ tidak apa kok sayang. Gua cuman capek aja. Oh ya gua tinggal dulu ya". Ujar Naruto sambil meninggalkan gadis disampingnya.

Handphone Naruto tertinggal di sofa. Lantas gadis cantik berambut indigo ini mengambil hp Naruto. Diliatnya chat Naruto dengan seorang pemuda yang tak lain adalah Sasuke, mantan gay nya Naruto.

"Hooo. Jadi Naruto lebih pilih aku ketimbang dia? Bagus deh". Ujar sang gadis.

Sang gadis cantik bernama Hinata ini mulai mengetik sesuatu dilayar handphone Naruto.

"Jangan pernah hubungi pacarku lagi. Hapus kontaknya. By: Hinata, kekasih Naruto"

Setelah mengirim pesan ke Sasuke, Hinata langsung menghapus kontak Sasuke dari handphone Naruto.

"Hinata? Lu lagi liat apa di hp gua?". Tanya Naruto yang sontak membuat Hinata kaget.

"Eum, ini sayang. Mainin game di hp mu. Liat, udah level lanjut nih.. waaah". Ujar Hinata sambil memainkan hp Naruto dengan asyiknya.

Tanpa disadarin, Sasuke, mantan kekasih Naruto telah menangis sejadi-jadinya.

"Apa-apaan ini? Hapus kontak? Nggak mungkin!". Ujar Sasuke kesal.

Meski telah dicampakkan oleh sang kekasih, tapi di lubuk hati Sasuke yang paling dalam, dia masih mencintai Naruto. Dia tau jika ia masih berkomunikasi dengan Naruto, itu hanya akan menjadi pemicu rusaknya hubungan Naruto dengan kekasihnya. Maka dari itu Sasuke memilih diam dan tak menghubungi Naruto lagi..
.
.
.
.
.
Satu tahun berlalu sejak peristiwa itu, kini Naruto menghadapi masalah yang amat sulit.

"Kita putus. Jangan pernah temui aku lagi"

Naruto hanya bisa terdiam, menatap dengan pandangan kosong dan hampa.

'Apa ini, sudah berakhir'?. Batin Naruto.

Dia tak menyangka. Cintanya yang dia perjuangkan dari awal, hingga akhir ini telah pergi. Seakan pengorbanan dan cintanya tak dihargai.

'Apa salahku? Kenapa cuman karena salah paham, aku harus dijauhi oleh kekasihku'?.

Naruto tak berhenti-hentinya mengomel dalam hati. Dia kesal, marah, sedih, tak ada sedikitpun kebahagiaan dalam perasaannya.

*iyalah goblok! Masa diputusin harus senang? Cih*

Naruto tak tau. Benar-benar tak tau. Bahwa apa yang ia perbuat telah menjadi boomerang bagi hubungannya.

"Seharusnya, gua nggak ngomong kayak itu". Gumam Naruto.

Entah apa yang harus ia perbuat kali ini. Hidupnya seakan tak ada harapan. Semuanya hampa, kosong, gelap, sepi, hanya ada kegundahan di dalam hatinya.

"Sudah tak berarti lagi gua hidup di dunia ini. Haha". Naruto hanya tertawa, tertawa layaknya orang gila.

Dia putus asa, seakan tak ada lagi kedamaian dan kebahagiaan di hidupnya. Gadis yang ia cintai, yang ia sayangin, yang ia perjuangkan, kini telah meninggalkannya. Memutuskan hubungan dengannya hanya karena sang pujaan memilih berpegang teguh pada perkataan orang tuanya.

Naruto mulai memasuki kamarnya. Ditutupnya pintu rapat-rapat. Dicarinya sebuah benda yang sedari dulu dia simpan dikamarnya.

"Aku akan mengakhirinya. Pasti". Gumam Naruto sambil menangis.

"Sayonara....".

Di dekatkannya pisau itu ke tangannya. Mata pisau itu telah berada tepat dinadinya. Naruto mulai bersiap menggoreskan pisau itu tepat dinadinya. Satu goresan telah ia lakukan. 2 goresan, 3 goresan.

Sfx: pesan masuk

Handphone Naruto tiba-tiba berbunyi. Dilihatnya ada notif apa di handphonenya.

"Oh. Sudahlah".

Naruto melempar begitu saja handphone nya ke kasur. Saat ia ingin melanjutkan sayatan ke tangannya.

"Naruto. Sebaiknya, urungkan niatmu. Saya disini, saya akan menjagamu".

Naruto tiba-tiba tersontak kaget. Diliatnya sekeliling, tak ada seorangpun didekatnya.

'Siapa yang bicara?'. Batin Naruto.

"Saya akan mengambil alih tubuhmu. Dengan itu, kamu tak perlu merasakan rasa sakit".

Seketika, Naruto tak sadarkan diri. Pisau pun tergeletak begitu saja.

Dengan air mata yang terus mengalir, Naruto tak sadarkan diri. Namun dari raut wajahnya, dia seperti tengah tidur dengan perasaan yang sedikit lega.

TBC

Kembali (NaruSasu YAOI Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang