00 | Pria itu

2K 210 12
                                    

Namanya Eun Jisu, gadis 17 Tahun yang bersekolah disalah satu SMA bergengsi kota Seoul, Haneul High School. Ia tidak mencolok, cukup pendiam, cantik, dan hanya dikenal karena masuk dalam jajaran murid cerdas yang mendapat bea siswa di Sekolahnya. Selebih itu, tidak banyak yang mengenalnya, tidak sampai suatu kejadian menimpanya bersama Kim Taehyung, menggemparkan satu Sekolah hingga sampai ke Sekolah lainnya.

Siang ini Jane masih mengoceh panjang lebar menceritakan berbagai hal, termasuk diantaranya mengapa ia bisa mendapat nilai besar pada Mapel Sastra Korea. Tidak perlu dijelaskan, teman-temannya sudah tahu penyebabnya ada pada Guru Sastra Korea baru yang belakangan ini tertarik pada Jane secara pribadi. Guru itu telah mengaku jatuh cinta pada Yeo Jane, dan itu sangat menjijikan.

Sementara ketiga sahabatnya tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang bermain ponsel, membaca buku, semuanya dilakukan sambil menyantap makan siang yang barusaja mereka dapat dari hasil mengantri selama 15 menit lebih, terbilang cukup lama untuk seukuran roti isi selai yang masing-masing dari mereka hanya kebagian satu.

BRAKKK.

"WAH! DAEBAK SAKKON!" Suara telapak tangan Yuna yang beradu keras dengan permukaan meja berhasil membuat Jisu disampingnya tersentak kaget, Jisu terbatuk-batuk karena menelan bulat-bulat satu gigitan besar roti isi selai blueberry-nya. Sedangkan Yuna buru-buru mengambil air mineral dan menyodorkan didepan Jisu sambil berujar "Mian..."

"Yuna-ya. Berapa kali harus aku ingatkan? Jebal hajima!" Jiha mendelik kesal.

"Mianhae..." Tidak perlu menunggu lama mendengar omelan panjang Jiha
Yuna lebih dulu menunduk menyadari kesalahannya. Well, membuat kaget memang tujuannya dari awal, tapi itu hanya berlaku jika tidak ada Jisu disana. Akan sangat Mem-ba-ha-ya-kan.

Jisu tidak berkata apa-apa, ia hanya tertawa kecil berusaha meredamkan masalah, tangannya mencolek pinggang ramping Yuna, membuat empu yang digoda menegak-an tubuhnya geli.

"Akhh, yaaaaa apa-apaan tanganmu, mau kugigit huh?" Jisu menjulurkan lidah membalas ancaman Yuna, mereka tertawa dan saling melempar candaan, bertingkah seolah-olah kejadian kecil tadi tidak pernah terjadi.

"Jadi.. apa kabar wah ny-"

BRAKKK

Lagi-lagi bunyi bising kembali masuk ke indra pendengaran Jisu. Suara hantaman dimeja yang kali ini lebih besar, membuat Jisu tersentak kaget, hingga menutup telinganya.

Dua orang pria dalam posisi berkelahi sudah berada didepan netra Jisu saat ia membuka kelopak matanya kembali.

Salah satu Pria dengan punggung terbaring diatas meja, kaki pria itu terkulai menyentuh lantai membuat posisi pinggangnya menggantung diujung meja, sudut bibirnya terangkat menyeringai mengeluarkan darah.
Sedangkan Pria yang satunya lagi menghimpit pria dibawahnya, wajahnya berbanding terbalik dengan lawannya, ia memasang wajah penuh emosi, mencengkram kerah kemeja Pria dibawahnya dengan satu tangan, dikanan ada tangannya yang mengepal diudara, bersiap melempar bogeman besar.

Sekujur tubuh Jisu menegang, wanita itu terperanjat ketakutan ketika dua orang Pria didepannya kembali berkelahi, saling membentak dan melempar pukulan, menghasilkan bunyi yang amat bising, belum lagi teriakan wanita sepenjuru kantin yang menambah kebisingan disana.

Jisu melihat perkelahian itu dengan jelas, seolah-olah kelopak matanya diolesi perekat agak tak bisa menutup, seolah dirinya dipaksa menyaksikan perkelahian itu.

Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup telinga, berharap mengurangi pikiran-pikiran aneh yang muncul sebagai respon dari suara bising itu, tapi tetap saja kalimat-kalimat laknat itu menembus masuk ke indra pendengarannya, membuat sekelebat bayangan aneh yang terjadi dimasa lalu, kembali merusak otaknya Jisu.

Jantung wanita itu berpacu dua kali lebih cepat, nafasnya tak beraturan, bibirnya semula merah jambu kini berubah pucat kaku, peluh dengan bebas meluncur dari keningnya, hingga air mata tak dapat dibendung jatuh pada pipi Jisu ketika ia berhasil menutup mata, dan memalingkan wajah.

Untuk siapapun yang belum tahu. Trauma Jisoo sedang kambuh, suara dan ketegangan lama dimasa lalu akan muncul memenuhi kepalanya jika ia berada dalam kebisingan. Bayangan tentang cangkir yang dilempar dengan bebas kelantai, suara pukulan, tamparan, dan teriakan wanita memenuhi kepalanya.

Jisu berjongkok di lantai, berdoa, berharap siapapun, tolong bawa ia menjauh dari tempat bising ini, kakinya kaku tak bisa bergerak. Jisu benci kebisingan dan meruntuki dirinya yang selalu tak berdaya dalam kondisi ini.

"Suyaa, ayo.." Sebuah suara lembut membuat Jisu menengok, Jiha sudah ada didepannya, menarik tangannya dan berkenan membawanya keluar dari area perkelahian bersama Yuna dan Jane. Wanita itu mengangguk, tapi sebelum ia berhasil melangkah jauh dari area itu sebuah suara bersamaan dengan tubuh yang amat berat mendorongnya hingga jatuh kelantai.

"AWASS!!"

Lalu pandangan Jisu menggelap, bersamaan dengan hilangnya suara bising disana. Wanita itu tak sadarkan diri dilantai kantin. mungkin itu lebih baik saat ini, dari pada Jisu harus menderita karena semua rasa takutnya kembali menghantui.

TBC

Hai guys, masih ingat sama cerita ini kah? Sudah aku publis sebelumnya dengan judul yang berbeda, dan sekarang kembali aku publis dengan beberapa perubahan, mulai dari judul, pemeran dan sedikit perubahan pada jalan ceritanya.
Cerita kali ini cuma cerita pendek sih, per episodenya mungkin cuma makan waktu beberapa menit doang. Aku cuma mau ngelunasi utang sebelumnya karena banyak yang nagih cerita ini.
Sesuai request kalian, aku bikin genre romance, school life, dan perpaduan comedy + sad (?) Nanti bakal aku bikin genre lainnya juga tapi bergiliran ya, aku gak mau publis cerita dikit-dikit tanpa kepastian.
See you next eps guys, love you.

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang