Six

4 2 0
                                    

V O T E

Jennie is calling...

Ponsel Alice berdering, dan ternyata Jennie meneleponnya. Baru saja ia keluar dari kamar mandi, jadi Alice menyambungkan sambungan telponnya dan langsung menempelkan benda persegi panjang ke telinganya.

"Lice,"sapa Jennie diseberang telepon.

"Hai, Jane! Tumben nelpon gue, ada apa?" tanya Alice, lalu ia duduk ditepi ranjangnya.

"Hmm... Besok 'kan ada kelasnya Pak Adi, selesai kelas kita ke taman bentar, ya? Ada yang mau gue omongin, penting!" ujar Jennie.

"Oh, yaudah, Jane. Lo kemana aja, Jane? Gue cariin lo mulu tahu," saat ucapan itu terlontar, Jennie tidak tahu harus menjawab apa.

Karena selama Alice PDKT dengan Kai, Jennie tidak jadi saksi mata disana. Dia tidak ada dikampus. Mungkin ia merenungkan kisah cintanya dari 1 bulan yang lalu terputus karena egonya yang tinggi.

"Nanti pas ketemu, gue kasih tahu. Itu aja Lice, yang mau gue bilang. Besok jangan lupa, ya?" Jennie mengingatkan.

"Oke, see you tomorrow!"

"Iya, see you tomorrow!"

Alice memutuskan sambungan telepon, lalu menaruh ponselnya ke atas meja dikamarnya.

"Kok Jennie tumben, ya? Ngajak gue ketemuan? Biasanya juga kayak biasa," gumam Alice bingung.

***

"Kai jemput kayak biasa, Dek?" tanya Kris disela-sela sarapannya.

Alice mengangguk. "Iya, Kak. Tadi sih sebelum aku sarapan, dia chat aku katanya udah otw,"

"Oalah, kamu nggak ada niatan bawain dia bekel gitu?" tanya Kris lalu meminum kopi latte.

"Buat apa, Kak? Lagian kita sama-sana punya uang, ngapain bawa bekel kalo ujung-ujungnya nggak dimakan?" perkataan Alice ada benarnya, untuk apa mempunyai banyak uang tapi membawa bekal jika akhirnya tidak dimakan?

Tapi tidak ada salahnya, jika mengirit uang dengan cara membawa bekal setiap harinya? Toh, kita bakal membutuhkan uang itu saat ekonomi lagi masa kritis.

"Bukan gitu maksud Kakak, Lice. Jadi gini ya, kamu bisa belajar menghemat dari sekarang dengan cara bawa bekal ke kampus." jeda Kris sambil melanjutkan memakan nasi goreng buatan Bi Ratih. "Karna 'kan kita nggak bakal tahu, kalo ke depannya ada masalah diperusahaan Kakak. Jadi otomatis keadaan ekonomi kita kritis, don't you? Nah, karna Kai udah sering anter-jemput kamu selama pacaran, apa salah kamu sama dia bawa bekal? Sama-sama irit uang, dan uangnya bisa ditabung untuk masa depan 'kan?"

Alice mengangguk paham, yang diucapkan Kakaknya selalu benar. Itu yang membuat Alice tidak bisa membantahnya, karena Kris memberitahunya bukan dengan cara membentak tapi dengan ucapan yang lembut serta senyuman manis. Dan itu adalah mood pagi Alice jika sudah berhadapan sama Kris.

Alice yang tadinya sedang makan nasi goreng, kini beranjak lalu memeluk leher Kris dari belakang. "Kak Kris sama Papah tuh nggak ada bedanya, sama-sama ngertiin Alice banget, perhatian, and anything! Alice nggak bisa bayangin kalo suatu saat... yaa, begitulah Kak. Alice nggak mau ucapin, karna nggak mau kejadian."

Kris tersenyum, lalu mengusap lengan Adiknya yang memeluk lehernya. "Semua manusia pasti kembali ke penciptanya, Dek."

"Iya, Kak. Alice paham, kok." ujar Alice.

Tin! Tin!

Suara klakson turtle, membuat Alice melepaskan pelukannya pada leher Kris. Alice mengambil kotak makan dari lemari, lalu menuangkan nasi goreng yang dibikin Bi Ratih untuknya dan Kris. Bi Ratih membuat nasi goreng itu banyak, jadi sayang jika tidak dimakan. Itu sebabnya Alice membawanya ke kampus, agar ia bisa makan, dan kotak makan satunya lagi untuk Kai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATE X BBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang