Jimin akhirnya bangun dari tidurnya. Kecelakaan yang di alaminya kemarin membuat Jimin koma selama beberapa jam. Sementara diluar sana, diruangan lain, ada Tuan Park dan ibu Jimin yang terisak tak kala melihat tubuh wanita yang sangat amat dikenalnya terkaku tak berdaya. Kecelakaan yang dialaminya telah merenggut nyawa wanita yang terkaku itu. Jimin belum tahu masalah ini, ia baru saja terbangun dan mendapati ruangan yang ditempatinya kosong. Tak ada satu orang pun yang menemaninya. Sejenak Jimin terdiam, mereka ulang tentang kejadian yang membuat dirinya harus masuk ke dalam rumah sakit ini. Sekelebat ingatan langsung menyerang inderanya, Jimin teringat dengan ibu Yoongi. Apa yang terjadi dengannya, apa ia baik-baik saja? Jimin menarik selang infus yang berada ditangannya, kemudian sekuat tenaga turun dari ranjangnya dan pergi entah kemana, mengabaikan rasa sakit yang mendera seluruh tubuhnya. Jimin harus mengecek sesuatu, hanya itu yang berada dipikirannya saat ini. Di luar ruangan, Jimin mendapati Taehyung yang tak henti menangis. Ia menghampirinya, dan berusaha menenangkan Taehyung dan mengatakan bahwa dirinya sekarang baik-baik saja. Jimin sempat bertanya tentang seseorang kepada Taehyung, namun bukannya menjawab, Taehyung malah menggeleng sambil menunjuk ruang ICU.
Dengan gontai Jimin membuka pintu ruangan yang dimana ia menemukan ibunya dan Tuan Park disana. Kakinya bergetar, langkahnya melemah, air mata Jimin seketika jatuh dengan derasnya padahal ia belum tahu sedang apa yang terjadi. Kemudian ia memanggil ibunya, tapi Tuan Park yang menoleh. Tuan Park terlihat gelabakan ketika melihat tubuh lemah Jimin terjatuh di lantai, sepertinya Jimin telah berhasil membaca situasi, itulah yang membuat ia begitu rapuh.
"Ji.. Jimin-ah!" Panggil ibunya, Jimin tak mendengar, ia sibuk menangis. Sementara Tuan Park tengah membantu Jimin berdiri.
Jimin dengan cepat menghampiri tubuh itu, tubuh putih pucat yang mungkin sudah tidak bernapas.
"Eo.. eomonim! Eomonim, kau kenapa?" Jimin bertanya pada tubuh wanita itu, walau tahu ia tak akan menjawab, Jimin tetap melayangkan beberapa pertanyaan.
"Eomonim, kenapa kau tak bangun? Yoongi hyung membutuhkanmu!"
"Ahh benar, kita kemari ingin bertemu Yoongi hyung kan? Dimana ia sekarang dan bagaimana keadaannya?"
"Eomonim kau harus tandatangani persetujuan operasi Yoongi hyung! Eomonim aku penasaran kenapa Yoongi hyung harus di operasi"
"Eomonim, ayo kita pergi bersama. Tujuan kita kemari bukan untuk tidur! Eomonim ku mohon bangun" setelah itu tubuh Jimin kembali limbung. Ia terjatuh lemas seraya terisak, tak hentinya menyalahkan diri sendiri. Memukul-mukul dadanya yang sesak akibat napas yang tercekat. Dibelakangnya, ibu Jimin hanya bisa menangis, sedang disampingnya ada Tuan Park yang berusaha menenangkannya.
"Tenanglah Jimin-ah!"
"Eomonim, kenapa ia tidak bangun?" Jimin semakin terisak.
"Ia, istriku. Menghembuskan napas terakhirnya dua jam yang lalu" pertahanan Tuan Park pun runtuh, tak ada gunanya lagi menenangkan Jimin jika dirinya sendiri saja belum bisa tenang. Kepergian istrinya, kenapa bisa terasa begitu cepat? Setelah mendapat kabar bahwa anaknya, Yoongi harus dioperasi, sesaat kemudian ia mendapati lagi kabar duka bahwa Jimin dan istrinya mengalami kecelakaan dahsyat. Tuan Park berada di Daegu saat itu untuk kelancaran bisnisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ɪ'ᴍ ғᴇᴇʟɪɴɢ ᴊᴜsᴛ ғɪɴᴇ [✓]
FanfictionTAHAP REVISI Jimin bermimpi. Mimpi yang membuat jantungnya tidak lagi bisa berdetak normal. Pada suatu pagi yang indah, ditemani musim semi yang baru saja tiba. Ia pergi dan meninggalkan orang terkasih. Diselingi tawa bahagia Yoongi, sang bintang y...