...
Chapter 03
...
Tetsuya terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menunjukkan bahwa hari telah beranjak, ditunjukkan dengan jam dinding berada di pukul 11 siang. Berarti hampir 2 jam dirinya tak sadar. Sebuah beban ditangan kanan mengalihkan perhatian. Ada suaminya yang kini tertidur sambil memegang tangan.
Baju kantornya masih rapi, dan dirinya ingat perutnya terasa sakit hingga kemudian hampir pingsan sebelum akhirnya suaminya datang. Tangan Tetsuya hampir saja mengelus wajah Akashi yang tampan sebelum akhirnya ingat bahwa mereka tengah bertengkar.
Padahal, entah efek kehamilan atau bagaima, Tetsuya ingin sekali dimanja dan diperlakukan penuh sayang. Dia ingin dibelikan banyak hal, ingin makan banyak karena perutnya selalu lapar, tapi tak bisa. Dia dan suaminya tengah berada di posisi saling serang. Akashi tak menyerangnya sih, tapikan mereka sedang perang!
"Kau jahat." Tetsuya mengucap, lalu air mata keluar banyak.
Menyebalkannya lagi, suaminya malah tidur nyenyak!
...
Disclaimer :
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original story by Gigi
Warn :
T
Akakuro
Male Pregnant
Romance & Family
Out of character
...
Akashi sudah lama tidak tidur sepulas ini. Tepatnya semenjak pertengkaran yang menyebabkan Tetsuya kabur dari rumah selama 3 hari. Kemudian perang dingin yang terjadi.
Namun, tidurnya terusik saat tangan yang dia dekap, kini bergerak-gerak. Diiringi dengan suara isak.
Sedikit silau cahaya membuat Akashi mengerjap-erjap. Membiasakan matanya sebelum akhirnya bisa jelas melihat.
Tetsuya-nya tengah menangis lirih dan meratap.
Sungguh, demi sumpahnya saat mengikat Tetsuya, tak ada sedikitpun bayangan bahwa dirinya akan membuat pasangan sehidup sematinya menderita.
"Tetsuya,"
Akashi berusaha mendekat, membelai pipi yang kini basah, "Sayang-"
"Jangan sentuh!"
Tapi Akashi nekat. Masalah ini tak akan selesai jika hanya ditunda, "Sayang, dengarkan!" Suara tegasnya membungkam berontakan.
Dahi didekatkan hingga Akashi dapat melihat iris pujaannya diselimuti duka, "Aku minta maaf. Tapi tolong dengar. Semuanya kecelakaan."
Keterdiaman Tetsuya membuat Akashi melanjutkan, "Aku mabuk. Kami mabuk. Shouzou tidak tahu bahwa minuman yang dikirim sepupunya itu telah dicampur aphrodisiac. Sungguh, kami tak melakukan apapun."
Tetsuya masih diam, matanya masih tak mau melihat Akashi yang menatap penuh harapan, "Mungkin tidak tepat, tapi aku bersyukur kau datang. Aku bahkan jijik pada diriku sendiri membayangkan seandainya kau terlambat."
Akashi berusaha membuat Tetsuya menatapnya, "Aku salah, aku berdosa menyakitimu sedemikian rupa, tapi ketahuilah, janjiku pada Tuhan saat membawamu ke altar, bukan hanya sekedar omongan."
"..."
"Kau percaya padaku, kan?"
Tidak ada jawaban, tapi Akashi melihat bahwa Tersuya perlahan memberi perhatian.
"Kau boleh memberi aku hukuman, apapun, asal Tetsuya percaya padaku."
"Tidak bohong?" Tetsuya mengusap pipinya yang berlelehan air mata dengan sedikit kasar, sebelum tangannya ditarik, diganti tangan Akashi yang menghapus air matanya dengan penuh afeksi.
"Apa yang membuatku meninggalkan seseorang yang aku cintai bahkan lebih dari nyawaku sendiri?"
"Sei-kun," Bukannya tenang, isakan Tetsuya malah bertambah kencang.
"Tetsuya," Pelukan Akashi mengerat.
Tuhan, dia rindu sekali memeluk kekasihnya seperti ini.
Dia rindu sekali, aroma yang membuat Akashi melupakan segala kepenatan dan emosi.
Dia rindu sekali, pada tubuh hangat yang membuatnya nyaman setiap hari.
Dia rindu sekali, saat tangannya mendekap tubuh yang terasa pas sekali.
Akashi rindu sekali, hingga dia tidak punya alasan dan tidak mau untuk melepaskan semua ini.
"Maafkan aku, Tetsuya." Tangannya mengelus perut Tetsuya yang masih terlihat datar meski jika diraba, ada sedikit bulatan, kemudian bibirnya turun mengecup perut istrinya pelan, "Maafkan ayah."
"Se-Sei-kun sudah tahu?"
"Maaf sudah membuatmu sampai begini."
Muka dipalingkan, sebenarnya Tetsuya juga merasa bersalah karena tak mendengarkan penjelasan. Emosinya terlalu tinggi saat melihat keadaan suaminya yang berada di posisi yang akan membuat siapapun salah paham.
"Maafkan aku," Kening dikecup, "Maafkan aku, Tetsuya."
Tetsuya yang melihat Akashi begitu merasa bersalah, ikut tak enak, "Berhenti minta maaf. Seperti bukan Sei-kun saja."
"Padahal sudah masuk bulan kedua, aku malah tahu saat ibunya hampir kolaps. Ayah macam apa."
"Berhenti aku bilang." Protes Tetsuya saat Akashi masih saja bicara kesalahan, "Kalau begitu-" Pipi Tetsuya memerah, "Sei-kun minta dihukum, kan?"
"Apapun."
"Aku minta tofu goreng, sup tofu, ramen tofu, tofu panggang, karage, omurice, yakiniku, vanilla milkshake jumbo super premium.." Tetsuya menyebutkan semua hal yang dia inginkan meski akan dimakan semua atau tidak. Meski sebenarnya dia doyan atau tidak.
Pokoknya dia menyebutkan semua yang ada dalam kepalanya sebagai hukuman yang diminta Akashi padanya, "Dan yang terakhir, tolong jangan begini lagi." Tetsuya menggenggam erat tangan Akashi.
Dia juga tak mau melepaskan ikatan yang sudah mengikat mereka menjadi pasangan sehidup semati.
To be continue.
AN :
Err, entah deh mau remake apa enggak. Ini malah bikin baru wkwk
Entah kenapa saya lebih tertarik bikin story tentang asem manis rumah tangga mereka.
Terimakasih sudah membaca!
Sign,
Gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHOULD WE
FanfictionMembina rumah tangga tak semudah yang dikira. Inilah lika-liku Akashi dan Tetsuya! Akakuro. Mpreg. Selamat membaca!