Siang itu saat bel istirahat tiba di sudut ruang kelas aku menyendiri, entah mengapa banyak orang di sekolah berbuat jahat kepadaku. Padahal aku tidak pernah berbuat jahat kepada mereka. Yang aku lakukan di sekolah megah dan ternama ini hanyalah menuntut ilmu. Selalu berusaha mempertahankan nilai – nilaiku yang hampir tak pernah buruk. Aku sadar betul Ayahku berusaha setengah mati bekerja siang malam untuk bisa menyekolahkanku disini, sehingga aku tidak ingin mengecewakannya. Beberapa orang bilang tindakan Ayahku adalah kesalahan, namun aku selalu ingin membuktikan bahwa Ayahku tidaklah salah. Aku ingin terus membuat ia tersenyum dengan memberikan kabar baik dari nilaiku di sekolah. Walau sebenarnya aku sangat menderita.
***
Kesendirian selalu menemaniku dimana pun. Di rumah maupun di sekolah. Bahkan sekolahku yang hampir sebesar stadion sepak bola belum seluruhnya aku jelajahi. Karena tidak banyak tempat di sana yang bisa membuatku merasa tenang. Biasanya di pojokan kelas atau pun koridor aku menyendiri untuk membaca buku kusam atau melakukan hobiku dari kecil yaitu menggambar. Bukan menggambar pemandangan, wajah, seseorang, ataupun kartun. Melainkan menggambar pakaian yang sangat ingin aku miliki namun belum mencapai kemampuan, dimana hal ini juga sering menjadi bahan tertawaan bagi teman sekolahku karena sikap ku yang aneh. Terkadang dengan menyendiri aku merasa tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
FOBIA
Short StoryRebecca mengalami depresi. Tetapi ia bertemu dengan seseorang yang mengubah dan memotivasi untuk kembali bersemangat hidup.