Perjalanan yang mengubah hidup

160 106 77
                                    

Pagi ini, aku akan berangkat menuju Jepang untuk melakukan pekerjaanku. Oh ya, kenalkan, Namaku Cornelius Vanderbilt, aku bekerja sebagai seorang Flight Attendant atau seorang Pramugara di sebuah maskapai penerbangan di Belanda. Reputasiku sebagai seorang Pramugara maskapai Kerajaan Belanda (Koninklijk Luchtvaart Maatschapij) terbilang baik. Akhir tahun lalu, aku dinobatkan sebagai "Flight Attendant of The Year" karena kinerja dan pelayananku yang sangat memuaskan.

Di mata kawan-kawanku, aku adalah sosok yang sangat professional ketika bekerja namun juga seorang yang sangat suka bercanda di luar jam terbang.Aku memiliki seorang tunangan yang bernama Marianne, dia adalah seorang gadis Prancis yang dulunya adalah seorang penumpang pesawatku dengan rute Rotterdam-Versailles. Singkat cerita, kami pun berkenalan dan aku melamarnya.

Kembali ke topik utama, Ya, aku akan terbang ke Tokyo pagi ini dari Eindhoven dengan membawa 216 penumpang dan 1.354 Kg muatan kargo berupa surat dan barang-barang lainnya yang biasa dipesan orang dari Eropa ke Asia. Pesawat kami dijadwalkan terbang pukul 08.00 Waktu Eropa Barat, Namun kami terpaksa menunda keberangkatan kami karena pesawat harus disemprot cairan pencair salju untuk mengurangi beban. Mengingat kami berangkat di bulan Januari, dimana Eropa sedang mengalami musim dingin. Akhirnya Pesawat Boeing 777-800 milik Kerajaan Belanda ini tinggal landas pada pukul 09.00 menuju negeri matahari terbit. Keadaan dalam pesawat sama seperti musim-musim liburan Natal pada umumnya, banyak sekali turis yang datang dan juga pergi menggunakan maskapai kami.

Kami seharusnya mendarat di Bandara Internasional Narita, Tokyo pada pukul 05.00 Waktu Asia Timur. Namun tiba-tiba terdengar suara dentuman petir yang menyambar mesin sebelah kiri. Sontak para penumpangpun bingung dan panik melihat kepulan asap yang muncul dari sayap bagian kiri, Sementara pesawat kami terus mengalami turbulensi di tengah badai. "all crew standby!" terdengar suara tersebut sebagai instruksi dari kokpit agar semua awak kabin menangkan penumpang dan bersiap mempraktekkan prosedur emergency. Aku selaku kepala awak kabin di pesawat itu menginstruksikan pada semua penumpang agar menundukkan kepala mereka ke arah sandaran kursi dan posisi punggung ditelungkupkan untuk menghindari terjadinya cidera akibat memar. Tiba-tiba seorang ibu hamil memanggilku,

"Tuan, aku takut bayiku tidak akan selamat!" Karena tidak ingin membuatnya semakin khawatir dan panik, aku pun menyarankannya untuk menunduk seperti penumpang lainnya dan terus berdoa untik keselamatannya. Pilot membunyikan sirine emergency semakin keras sambil menghidupkan lampu penunjuk arah keluar dan juga menurunkan masker oksigen diakibatkan oleh tekanan udara dalam kabin yang berkurang secara tiba-tiba.

Banyak sekali teriakan panik di pesawat pada saat itu, untungnya Pilot dan Co-Pilot segera menurunkan ketinggian pesawat untuk menghindari badai dan segera mencari tempat pendaratan yang memungkinkan untuk selamat. Pilot Engelbern Haartman tiba-tiba berseru menggunakan mikrofon
"Para penumpang dimohon untuk tidak panik dan kami sedang mengusahakan untuk mendarat di Bandara Internasional Ulaan Bator di Mongolia. Demi keselamatan anda, mohon mengikuti panduan dari awak kabin kami."
Sebenarnya, pesawat ini dijadwalkan transit di salah satu markas klm di Asia Tenggara, yaitu Jakarta. Namun, apalah daya kita manusia yang tidak bisa memprediksi musibah seperti ini. Akhirnya, setelah berusaha dengan susah payah, Kapten Engelbern Haartman berhasil mendaratkan pesawat ini walau dengan kondisi keluar dari landasan pacu akibat beban pesawat yang condong ke kiri dan sayap yang retak karena kerusakan mesin setelah disambar oleh petir di ketinggian 32.000 kaki.

"Syukurlah kami telah mendarat dengan selamat, walau terdapat beberapa kerusakan pada pesawat." Kata Kapten Engelbern. Sontak para penumpang yang telah keluar semua dari badan pesawat berterima kasih pada pilot .
"Terima Kasih banyak kapten, berkat kemahiran kaptenlah kami semua selamat!" Teriak salah seorang penumpang lak-laki yang duduk di kelas bisnis.
Lalu tiba-tiba aku melihat dari kejauhan seorang perempuan yang berjalan ke arahku yang sedang diobati oleh paramedis di sebuah ambulans di sisi kiri badan pesawat.
"Tuan! Tentu kau ingat aku kan, Tadi kau menolongku dengan menengakanku ketika aku panik. Aku ingin berterima kasih pada jasamu." Sontak aku pun ingat pada sosok perempuan hamil di depanku ini.
"Ya, tentu saja aku mengingatmu, Nyonya. Kemarilah duduk disampingku dan biarkan paramedis mengecek kondisi tubuhmu dan juga bayimu." Kataku sambil memberikan sebotol air mineral kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRANDEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang