✧・゚ CRESCENT : 1 ✧・゚

41K 667 23
                                    

 

   

       Aku masih berada di atas ranjang, telanjang, menungging dengan pantat menghadap kearah Jeno. Kedua tanganku berada di sisi tubuhku, meremas sprei yang sudah kusut sekuat tenagaku.

       Jeno mengelus-elus bongkahan pantatku, sesekali meremas dan menamparnya dengan pelan. Aku menggerakkan otot vaginaku, Jeno pasti bisa melihat otot di sekitar lubang vaginaku bergerak-gerak.

       "Noona, vaginamu cantik, terusin gerakin ototmu." kata Jeno sambil membuka lebar-lebar bibir vaginaku.

       "Ohhh" aku mendesah nggak sabar. Ini ronde pertama kami hari ini.

       Jarinya mulai mengelus sekitar vaginaku, berputar disepanjang bibir vaginaku yang kuyakin sudah merekah. Aku menunggu aksi Jeno selanjutnya. Gelenyar nafsuku memberontak, aku ingin Jeno memasukkan penis besarnya ke dalam vaginaku secepatnya. Tapi yang kutunggu nggak terjadi juga. Jeno masih asyik menjelajahi vaginakuku. Kini dia menyentuh bibir dalamku. Aku merasakan lendirku sudah keluar banyak, mengalir keluar dari lubangku, melintasi clitku, memberiku sengatan erotis yang kuat!

       "Jenn..." panggilku.

       "Sebentar, Noona." Jeno mengelus lubangku lalu jarinya mulai bergerak perlahan... ke atas! Aku tersentak. Jeno membasahi lubang analku dengan lendirku. Lalu mengusap-usapnya dengan lembut.

       Apakah Jeno akan melakukan anal sex padaku?

       Seperti... dia?

       Cengkeraman tanganku semakin kuat di sprei, gairahku tiba-tiba mengendur, ingatan itu melintas bak roket dalam pikiranku.




🌹🌹🌹




       Saat itu, beberapa tahun yang lalu, Jaehyun -mantan pacarku- pulang tengah malam. Entah apa yang dilakukannya sebelumnya, dia membangunkanku dan langsung menyuruhku membuka baju. Dia sendiri langsung melepaskan bajunya hingga telanjang bulat, penisnya sudah sangat tegang.

       Aku menatapnya heran dan seakan menjadi kelinci yang tak berdaya saat dia dengan sekali gerakan membalikan badanku hingga tengkurap. Semua syaraf tubuhku menegang, bukan karna oleh nafsu, tetapi oleh rasa takut yang menyergap tiba-tiba.

       "Nungging!" perintahnya.

       Aku melaksanakan apa yang disuruhnya dan apa yang dilakukannya kemudian membuatku gentar. Dia meludahi lubang analku! Jantungku berdebar kencang, aku belum pernah melakukan anal sex dan nggak pernah ingin melakukannya. Aku benci anal sex.

       "Jae, jangan..." kataku pelan sambil mengangkat sedikit kepalaku padanya, mengharapkan pengertiannya.

       Dia mengabaikanku, dia mengelus lubangku, meratakan ludahnya disekitar lubangku yang aku yakin semakin mengkerut karena rasa takutku.

       "Jae, please... jangan di sana..." aku memelas, mataku memanas.

       Dia meludah di tangannya, lalu mengusapkan ludahnya lagi disana. Lalu, tiba- tiba kurasakan sesuatu memasuki lubangku.

       Jarinya, dia memaksa jarinya masuk ke dalam.

       Aku berusaha berdiri, aku ingin lari, aku nggak mau anal sex, bukan masalah aku belum terangsang, tetapi aku memang nggak pernah mau melakukannya.

       Dia menahan punggungku kuat dengan tangan kirinya, kakinya menahan kakiku agar tetap diam. Aku nggak berkutik. Ini sudah menjadi pemerkosaan. Saat kurasakan nyeri di lubangku karna desakan sesuatu yang lebih besar dari sekedar jari tangan, aku mulai menangis dalam diam.

       Aku terluka. Rasa sakit di lubangku kalah oleh rasa sakit di hatiku. Tanganku semakin mencengkeram kuat apapun yang bisa kuraih didekatku.

       Dia terus bergerak, maju mundur dan setiap gerakannya itu mengiris luka raga dan jiwaku.

       Suara lenguhan kenikmatannya menjadi menjijikkan di telingaku. Aku menahan segukanku, aku berusaha bertahan. Hingga terakhir dia menusuk lubangku dengan sangat kuat dan mengeluarkan spermanya di dalam sana. Dia meremas pantatku sekali, lalu mencabut penisnya keluar dan dia menghempaskan tubuhnya ke ranjang, diam dan tertidur.

       Aku menurunkan pantatku perlahan, menahan rasa sakit luar biasa di lubangku. Aku menenangkan diriku, mengeluarkan air mataku hingga tak bersisa lagi.

       Mataku terasa kering dan panas saat suara dengkuran di sebelahku terdengar. Aku berdiri perlahan, turun dari ranjang lalu berjinjit pelan menahan sakit menuju ke kamar mandi.

       Aku nyalakan shower air hangat, dan kubiarkan tubuhku tersiram guyuran air itu, aku ingin mengenyahkan semua sisa-sisa yang dilakukannya padaku. Kupukul dinding kamar mandi dengan kepalan tanganku, ada rasa amarah kini muncul. Aku berjongkok di lantai kamar mandi, masih dengan shower yang menyala, menangis lagi. Apa yang bisa kulakukan?

Tbc

Huhu maaf yaa mas jae, kamu disini jadi cowo brengsek:( sebenernya aku sayang kamu kok mas:(

Huhu maaf yaa mas jae, kamu disini jadi cowo brengsek:( sebenernya aku sayang kamu kok mas:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double update ga nih?

See ya!💚
Mooni

Crescent ―Lee Jeno [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang