"Mungkin aku begitu takut menghadapi kegagalan
Hingga tak bisa mengungkapkan cintaku padamu
Aku takut kau akan pergi
apabila aku mengungkapkannya"*****
Dentingan suara sendok bersamaan dengan pecahan kaca dilengkapi cairan yang tumpah tak berdaya dilantai. Terjadi keheningan beberapa saat sebelum akhirnya suara bising bising mulai terdengar. Nadin memejamkan mata melafalakan semua doa yang di ajari Vina dari TK. Ia tak berani mendongak menatap korban kecerobohanya hari ini.
Cowok berbadan tegap tengah menatap Nadin dengan tangan yang menggepal. Seandainya murid yang dihadapanya ini cowok, mungkin dia sudah menghajarnya tanpa ampun. Sayang nya dia cewek, dan dia membenci itu.
"Angkat kepala lo!" tegas Aksa membuat Nadin tersentak, jantung nya berdegub kencang. Bukan deguban cinta, melainkan deguban takut. Ia tahu pemilik suara bass itu, seorang cowok yang tak sengaja ia tabrak di koridor tadi pagi. Dan lagi lagi ia terjerat masalah.
Nadin mendongak, menatap mata Aksa yang memerah menahan amarah. Ia merutuki kecerobohanya yang satu ini.
"Maaf-"
"Gak guna minta maaf!" potong Aksa cepat. Nadin meringis, sepertinya kesalahanya kali ini sulit dimaafkan. Dalam sekilas saja Nadin bisa menyimpulkan barang yang sudah berceceran di lantai adalah sebuah tugas proyek yang sangat penting.
"Gu-gue h-harus ngapa-in" ringis Nadin tergagap. Ia sudah tidak tahan dijadikan pusat perhatian.
Aksa tersenyum, tersenyum licik tentunya. "Lo mau nya ngapain?" tanya Aksa, Nadin mengernyit. "Gue? Maunya minta maaf."
"Lo uda minta maaf. Dan gue gak nerima maaf lo! Paham?" kata Aksa dengan intonasi tinggi.
"Terus-"
"Temuin gue pulang sekolah nanti!" ucap Aksa sebelum berlalu meninggalkan kantin yang semakin ramai penuh bisikan dan gunjingan, dan tentunya itu untuk Nadin.
Nadin merasakan tepukan di pundak nya, ia menoleh melihat Keysa yang tersenyum sambil merangkulnya. "Ke kelas aja yok." ajak Keysa dibalas anggukan lemah dari Nadin.
"Terus makananya?" tanya Nadin polos yang di hadiahi jitakan mulus di kepala. "Kasih orang mesken ae!" balas Keysa asal. Nadin mengusap kepala nya sambil terkekeh geli mendengar respon Keysa.
***
"Nadin pulang." teriak Nadin di ujung pintu, ia mengambil kunci yang sengaja di letakan di bawah keset. Berjalan memasuki rumah yang sunyi sudah biasa. Jam segini papa nya masih sibuk di kantor, Vina mama nya pasti sedang berada di cafe. Sedangkan Nadira, ia pulang jam setengah empat sore dan sekarang masih setengah tiga sore. Artinya masih satu jam lagi Nadira sampai di rumah, itu pun kalau tidak macet.
Nadin membaringkan tubuh nya di sofa ruang tamu dengan seragam yang masih lengkap. Fikiranya melayang saat kejadian di gerbang sekolah menjelang pulang tadi.
"Lo gak niat kabur kan?" tanya seorang cowok dari arah belakang, Nadin menepuk jidatnya, gagal sudah rencana nya untuk kabur dari Aksa.
Pelan pelan Nadin membalikan badan. Mata nya bertemu manik mata Aksa, Nadin mencoba tersenyum, walaupun tersenyum paksa.
"Gak usah sok manis lo!" gertak Aksa membuat senyuman paksa itu luntur seketika.
"Disini gue gak mau basa basi. Lo, udah ngehancurin tugas kimia gue. Dan lo gak tau gimana susah nya gue buat ngerancang proyek itu. Jadi, lo bakal buatin ulang, tanpa bantuan siapa pun! Paham?" jelas Aksa penuh tekanan di setiap kata nya. Nadin melongo, membuat tugas kimia? Arghh itu salah satu mata pelajaran yang paling dibenci Nadin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silent
Teen FictionNadina Prescya~ Bagi Nadin mencintai Arga dan memujanya dalam diam itu terlalu berat. Ia menjadi salah satu pengagum dari ratusan pengagum lainya. Nadin tidak menyangka, keputusan yang awal nya ia kira benar ternyata malah menyeretnya ke dalam sebua...